Demonstrasi di China dan Komentar Pejabat The Fed Berpotensi Lemahkan Rupiah Lagi
- Menurut data perdagangan Bloomberg, Selasa, 29 November 2022, nilai kurs rupiah dibuka melemah 3,5 poin di posisi Rp15.725,5 perdolar AS.
Pasar Modal
JAKARTA - Nilai kurs rupiah berpotensi melemah lagi seiring dengan terjadinya demonstrasi bear-besaran di China dan komentar pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed) soal suku bunga dan inflasi.
Menurut data perdagangan Bloomberg, Selasa, 29 November 2022, nilai kurs rupiah dibuka melemah 3,5 poin di posisi Rp15.725,5 perdolar AS.
Pada perdagangan sebelumnya, Senin, 28 November 2022, nilai kurs rupiah ditutup melemah 49 poin di level Rp15.722 perdolar AS.
- Tahun 2023 Diramalkan 'Gelap', Pengamat Justru Melihat Peluang Positif bagi Ekonomi Indonesia
- CSIS Optimistis Ekonomi Indonesia Akan Aman pada 2023, Inilah Alasannya
- Indonesia vs Uni Eropa: Melawan Hegemoni Barat
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, demonstrasi besar-besaran di China telah berdampak kepada perekonomian negara tersebut dan pada gilirannya berimbas juga kepada negara-negara yang bermitra dengan negeri Tirai Bambu.
Untuk diketahui, aksi protes terjadi secara besar-besaran di China untuk mengecam pemerintah yang melakukan pembatasan ketat dalam penanganan COVID-19.
Para demonstran berpikir bahwa belum ada arah yang jelas untuk mengakhiri kebijakan nol COVID-19 sementara mereka sudah muak dengan pembatasan-pembatasan yang diberlakukan.
Selain itu, setelah sebelumnya risalah pertemuan The Fed mengindikasikan potensi perlambatan kenaikan suku bunga, namun ada lagi komentar dari pejabat bank sentra AS yang kembali menuturkan peluang untuk menaikkan Fed Fund Rate lebih tinggi.
Presiden The Fed St Louis James Bullard menuturkan bahwa pihaknya perlu menaikkan suku bunga sedikit lebih tinggi untuk mengendalikan inflasi hingga mencapai target di kisaran 2% secara tahunan.
Ia bahkan mengatakan bahwa para pelaku pasar keuangan tampaknya meremehkan potensi para pembuat kebijakan untuk lebih agresif di tahun 2023 demi meredam inflasi.
- Sempat Bersinar, Begini Tapak Tilas Runtuhnya FTX di Tangan Sam Bankman Fried
- Jahja Setiaatmadja: Indonesia Bebas Resesi 2023
- Arkeolog Mesir Temukan Hampir 300 Mumi di Sistem Terowongan Bawah Tanah
"Kebijakan suku bunga tinggi The Fed untuk menekan turun inflasi AS memicu penguatan dolar AS," ujar Ariston kepada TrenAsia, Selasa, 29 November 2022.
Dolar AS pun berpotensi tinggi untuk menekan rupiah karena menjelang akhir tahun, biasanya permintaan mata uang negeri Paman Sam itu meningkat karena adanya kebutuhan dari korporasi-korporasi untuk pembayaran utang.
Menurut Ariston, untuk perdagangan hari ini, nilai kurs rupiah berpotensi melemah di kisaran Rp15.750-Rp15.780 perdolar AS.