Industri

DEN Beberkan 4 Aspek Ketahanan Energi Indonesia

  • JAKARTA – Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Eri Purnomohadi menjelaskan empat aspek ketahanan energi Indonesia. “Pertama adalah keterjangkauan harga atau affordability, yakni biaya investasi energi, mulai dari biaya eksplorasi, produksi dan distribusi, hingga keterjangkauan konsumen terhadap harga energi,” ungkapnya dalam rapat koordinasi DEN, Senin, 28 Juni 2021. Kemudian yang kedua, ketersediaan energi atau availability, yakni […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Eri Purnomohadi menjelaskan empat aspek ketahanan energi Indonesia.

“Pertama adalah keterjangkauan harga atau affordability, yakni biaya investasi energi, mulai dari biaya eksplorasi, produksi dan distribusi, hingga keterjangkauan konsumen terhadap harga energi,” ungkapnya dalam rapat koordinasi DEN, Senin, 28 Juni 2021.

Kemudian yang kedua, ketersediaan energi atau availability, yakni ketersediaan sumber energi, baik dari domestik maupun luar negeri. Ada pula kemampuan akses alias accessibility untuk mengakses sumber energi, infrastruktur jaringan energi, termasuk tantangan geografik dan geopolitik.

Terakhir, aspek acceptability atau ramah lingkungan. Bagaimana menggunakan energi yang peduli terhadap lingkungan, termasuk penerimaan masyarakat.

Penilaian ketahanan energi Indonesia ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dinamis, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan.

Dari sisi internal maupun eksternal, ini berkaitan dengan perkembangan kebutuhan dan pasokan energi, investasi pembangunan infrastruktur energi, serta dampak kebijakan dan regulasi sektor energi.

Terkait ketahanan energi, pemerintah berkomitmen melakukan transisi pembangunan menuju rendah karbon. Tujuannya, tak lain untuk mencapai target pengurangan emisi sebesar 29% pada 2030 atau sebesar 41% dengan dukungan internasional.

Meskipun demikian, kontribusi Energi Baru Terbarukan (EBT) saat ini baru mencapai 11,2%, didominasi dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan PLT Panas Bumi (PLTP).

Saat ini, Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) tengah dirumuskan dengan adanya tambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 38 Giga Watt (GW) pada 2035.

Sebagai informasi, Indonesia memiliki lebih dari 400 GW potensi EBT yang tersebar di seluruh negeri. Rinciannya, energi solar sebesar 208 GW, disusul PLTA 75 GW, dan sumber lainnya dari angin, bioenergi, panas bumi dan laut.