Potret kondisi Depo Pertamina Plumpang pasca kebakaran hebat Jum'at, 3 Maret 2023
Nasional

Depo Mepet Permukiman Pernah Ada di Solo, Sekarang Jadi Masjid Terkenal

  • Kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, mengangkat kembali problem tata ruang yang pelik di Indonesia.

Nasional

Chrisna Chanis Cara

SOLO—Kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, mengangkat kembali problem tata ruang yang pelik di Indonesia. Depo yang notabene objek vital mestinya jauh dari permukiman warga untuk mengantisipasi insiden yang merugikan. 

Tak hanya Plumpang, depo yang mepet permukiman warga ternyata pernah ada di kawasan Gilingan, Solo. Depo yang berdiri di tanah seluas 2,8 hektare itu hanya berjarak gang sempit dengan fasilitas publik dan permukiman sekitar.  

Penelusuran TrenAsia, pada tahun 2000-an depo tersebut masih beroperasi sebagai depo distribusi gas alam cair atau liqufied natural gas (LNG). Namun perlahan Depo Pertamina Gilingan mengurangi aktivitas setelah hadirnya Depo Pertamina di Teras Boyolali tahun 2008. Kala itu Presiden Joko Widodo masih menjadi Wali Kota Solo.  

Pada 2012, sempat muncul wacana pembangunan hotel, convention center hingga kawasan wisata kuliner di lahan depo. Namun ide tersebut menguap. Depo Gilingan pun menjadi semak belukar karena minim aktivitas. Warga saat itu mengenal lahan depo sebagai sarang ular. 

Kisaran tahun 2015 hingga 2016, Depo LNG pertamina di lokasi tersebut tak lagi beroperasi. Pagarnya dicopot dan bangunannya dibongkar, berganti menjadi SPBU Gilingan yang beroperasi di tahun yang sama. Sayang, operasional SPBU ini tak berlangsung lama. 

Pada Desember 2019, SPBU Gilingan berhenti beroperasi untuk selamanya. Penutupan kilang SPBU Gilingan kala itu dilakukan atas instruksi langsung Pertamina pusat. Menurut kabar yang beredar kala itu, bekas lahan SPBU Gilingan akan digunakan untuk pembangunan Islamic Center.

Setelah lama mangkrak, lahan bekas depo akhirnya tersentuh pembangunan tahun 2021. Kawasan itu menjadi lokasi proyek Masjid Raya Sheikh Zayed, masjid megah pemberian Uni Emirat Arab (UEA). UEA mengucurkan hibah sekitar Rp311 miliar untuk menyulap semak belukar menjadi masjid mewah yang kini menjadi jujukan warga.