Nampak sejumlah mekanik sedang melakukan proses perawatan ringan rangkaian kereta di Depo LRT Jakarta, Pegangsaan Dua, Minggu 28 Mei 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
BUMN

Deretan BUMN yang Terlibat Proyek LRT Jabodebek

  • Proyek Light Rapid Transit (LRT) yang baru saja diresmikan operasionalnya ternyata dikerjakan ‘keroyokan’ oleh empat perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

BUMN

Khafidz Abdulah Budianto

JAKARTA - Proyek Light Rapid Transit (LRT) yang baru saja diresmikan operasionalnya ternyata dikerjakan ‘keroyokan’ oleh empat perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Keempat perusahaan tersebut memiliki peran masing-masing yang berbeda dalam membangun proyek tersebut. 

Berikut ulasan empat BUMN yang berperan dalam proyek LRT, dihimpun TrenAsia.com dari berbagai sumber, Senin 28 Agustus 2023. 

PT Adhi Karya Tbk.

Perusahaan pelat merah di bidang karya ini menjadi kontraktor dalam pengerjaan prasarana LRT yang mulai dibangun sejak tahun 2015 lalu. Adhi Karya mendapat penugasan langsung dari pemerintah untuk membangun lintasan LRT melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2015. 

Penunjukan Adhi Karya oleh pemerintah disebabkan karena BUMN tersebut dinilai paling siap dalam membangun LRT Jabodebek. Pembangunan lintasan yang dilakukan oleh Adhi juga meliputi konstruksi jalur layang, stasiun dan fasilitas operasi. 

Tidak hanya membangun lintasan LRT, tugas Adhi Karya kemudian juga membangun membangun depo seperti dituangkan melalui Perpres Nomor 65 Tahun 2016 sebagai perubahan terhadap Perpres Nomor 98 Tahun 2015.

Dalam membangun LRT Jabodebek, Adhi mengadopsi teknologi dari Perancis dengan menggunakan U-Shape Girder. Teknologi tersebut pertama kali digunakan di Indonesia dan lahir di Pabrik Beton Pracetak milik Adhi Karya. 

U-Shape Girder merupakan pondasi struktur bangunan LRT Jabodebek dengan cetakan beton berbentuk huruf U seperti dikutip dari laman Adhi Karya, Senin 28 Agustus 2023.

PT INKA (Persero)

PT INKA menjadi penyedia sarana LRT Jabodebek. Sebanyak 31 trainset (rangkaian) diproduksi oleh pabrik yang bermarkas di Kota Madiun ini. Trainset pertama LRT dikirim pada Oktober 2019 dan sisanya dikirim secara bertahap hingga pengiriman terakhirnya dilakukan pada akhir tahun 2021.

LRT yang diproduksi oleh PT INKA memiliki spesifikasi lebar gandar (gauge) 1435 milimeter dengan berat 12 ton. Satu trainset terdiri dari enam kereta dimana kapasitas maksimum penumpangnya sejumlah 1480 orang. Kereta ini juga dibangun dengan sistem driverless yang menggunakan mode operasi GoA 3.

PT Len Industri (Persero)

Sistem persinyalan dan operasional LRT Jabodebek dibangun oleh PT Len Industri (Persero). Perusahaan ini telah memulai bisnis di bidang persinyalan sejak lebih dari 35 tahun lalu dan dikenal sebagai pemain utama serta satu-satunya industri persinyalan kereta api di Indonesia. 

Len bertugas untuk melakukan instalasi perangkat persinyalan di seluruh lintasan LRT Jabodebek serta peralatan kendali di Operation Control Centre. Tidak hanya persinyalan, Len juga mengerjakan sistem Platform Screen Doors (PSD) di stasiun LRT dan perangkat di sarana LRT untuk mendukung operasional driverless.

PT KAI (Persero)

Pemerintah menugaskan PT KAI sebagai operator penyelenggara LRT Jabodebek seperti tertuang melalaui Perpres Nomor 65 Tahun 2016 sebagai perubahan terhadap Perpres Nomor 98 Tahun 2015. 

Sebagai operator KAI ditugaskan untuk melakukan pengadaan sarana, pengoperasian sarana, perawatan sarana, pengusahaan sarana, penyelenggaraan sistem tiket otomatis dan menyelenggarakan pengoperasian dan perawatan prasarana.

Kemudian melalui Perpres Nomor 49 Tahun 2017 KAI selaku operator kemudian menjadi investor utama dan mencari pendanaan untuk LRT Jabodebek setelah proyek tersebut tidak didanai melalui APBN. 

Kondisi tersebut sempat membuat utang KAI membengkak karena harus menanggung beban proyek LRT. Meskipun begitu, negara memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT KAI.