PON.png
Nasional

Deretan Kekacauan yang Terjadi di PON Aceh-Sumut 2024

  • Pelaksanaan PON XXI 2024 Aceh-Sumut diwarnai dengan banyak kekacauan, dimulai dari konsumsi yang tidak memadai, infrastruktur yang dinilai tidak siap, dan masalah sportivitas

Nasional

Ilyas Maulana Firdaus

JAKARTA — Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut yang berlangsung pada 8 - 20 September  2024 diwarnai banyak kekacauan.  Padahal perhelatan ini telah menelan biaya triliunan rupiah.

Dalam unggahan akun instagram @kemenpora pada tanggal 17 September 2024, total anggaran penyelenggaraan PON 2024 hampir mencapai Rp4 triliun. Total anggaran tersebut didapatkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp2,2 triliun, sedangkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp1,7 triliun.

Dengan rincian, untuk dana APBN Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menyumbang Rp517,4 miliar, sementara sisanya disumbangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) senilai Rp1,74 triliun. Serta pembagian dana anggaran di kedua wilayah pelaksana Sumut senilai Rp2,09 triliun, sementara Aceh senilai Rp1,85 triliun.

Dengan nilai anggaran penyelenggaraan PON XXI Aceh-Sumut yang fantastis, ternyata masih ada kekacauan yang terjadi dan beredar luas di media sosial.  Berikut beberapa di antaranya

Makanan 

Menjadi buah bibir dan sorotan oleh netizen di banyak media sosial mengenai foto dan video yang beredar mengenai makanan untuk para atlet peserta, di dalam kontrak seharusnya setiap atlet mendapatkan makanan senilai Rp50.000. Namun netizen mengatakan dengan nilai Rp50.000 kondisi makanan tersebut tidak sesuai dengan kandungan gizi dan harganya. 

Di lain sisi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo, menyatakan dan memastikan bahwa unggahan yang beredar di media sosial adalah hoaks.

Infrastruktur dan Akses

Kemudian mengenai infrastruktur yang tidak memadai untuk keberlangsungan pertandingan, proyek pembangunan Stadion Utama Sumut yang mengeluarkan biaya sebesar Rp587 miliar belum rampung ketika acara PON sudah dimulai. 

Selain itu, pembangunan Gelanggang Olahraga (GOR) voli juga belum rampung, ditambah dengan akses yang buruk menuju GOR. Alat-alat berat masih terlihat di area tersebut, yang seakan-akan menandakan bahwa pembangunan masih berlangsung.

Demikian halnya dengan atap venue di cabang olahraga menembak yang mengalami kebocoran dan ambruk akibat air hujan, salah seorang atlet menembak mengatakan bahwa saat kejadian terjadi memang Aceh sedang dilanda hujan deras. Sementara itu, Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat mengatakan kejadian robohnya atap venue diakibatkan cuaca ekstrim.

Sportivitas

Demikian dengan masalah sportivitas, ketika wasit sepakbola mendapatkan hantaman tangan seusai pertandingan tim sepakbola putri Sumut melawan tim Babel. Tidak sampai di situ, pada laga perempat final tim sepakbola putra Aceh melawan Sulawesi Tengah juga diwarnai dengan pemukulan kepada wasit. 

Awal kerusuhan ini dimulai dari wasit yang memutuskan memberikan tambahan waktu selama 13 menit, ketika pertandingan sudah berlangsung sekitar 97 menit wasit memberikan penalti kepada Aceh. 

Selain itu, dua kartu merah juga diberikan kepada pemain Sulawesi Tengah dan menuai protes. Bahkan lebih buruknya, tim sepakbola Sulawesi Tengah memutuskan untuk mengundurkan diri dari laga pertandingan sebelum dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu.