<p>Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) / Dok. Kementerian ESDM</p>
Industri

Deretan PLTU Ini Sudah Manfaatkan Limbah Batu Bara

  • JAKARTA – Pemanfaatan limbah batu bara atau fly ash dan bottom ash (FABA) terus didorong dalam proses pembuatan bahan baku material bangunan. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebagai perusahaan pelat merah, mengaku telah menggunakan produk hasil pembakaran batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). “Pemanfaatan FABA bisa memberikan nilai ekonomi untuk berbagai […]

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Pemanfaatan limbah batu bara atau fly ash dan bottom ash (FABA) terus didorong dalam proses pembuatan bahan baku material bangunan.

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebagai perusahaan pelat merah, mengaku telah menggunakan produk hasil pembakaran batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

“Pemanfaatan FABA bisa memberikan nilai ekonomi untuk berbagai hal di sektor konstruksi, infrastruktur, pertanian dan lainnya,” ungkap Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam sebuah webminar daring, Senin, 22 Maret 2021.

Ia berharap, berbagai sektor turut memanfaatkan FABA, mulai dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), bisnis, industri, hingga pemerintah.

Darmawan bilang, pihaknya telah melakukan uji coba pengembangan FABA di beberapa lokasi. Pertama, di PLTU Tanjung Jati B, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Di wilayah tersebut, FABA diolah menjadi batako, paving dan beton pracetak untuk pembangunan rumah warga kurang mampu.

Selain itu, PLTU ini juga menyalurkan 115.778 buah paving dan 82.100 batako untuk pembangunan infrastruktur lainnya. Pada 2020, ada sebanyak 15.241 paving dan 20.466 batako yang dihasilkan.

Kemudian di Ombilin, Sumatera Barat, FABA dimanfaatkan untuk rehabilitasi lahan tambang PT AIC dan penghijauan di Gunung Tandikek. Menurutnya, limbah batu bara tersebut bisa menetralisir asam tambang dan menyuburkan lahan.

Sementara di PLTU Asam Asam, road base atau lapisan jalan juga dibuat dari FABA. Terakhir, PLTU Suralaya memanfaatkan produk ini sebagai bahan baku batako, paving block dan bahan baku di industri semen.

Saat ini, pihaknya tengah melakukan riset dengan menggandeng arsitek dan kontraktor untuk pengolahan FABA. Hasilnya, akan diaplikasikan pada pembangunan atap, tembok, dan lainnya.

Sementara besi yang menjadi tiang pondasi, ia akan mencoba menggunakan bambu. “Kami biaya untuk pembangunan rumah menjadi lebih murah,” tuturnya.