Kunjungan perwakilan Kemenkeu, IPI, LPEI, dan SMF ke Desa Nglanggeran, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, Kamis, 2 Mei 2024.
Makroekonomi

Desa Wisata Terbaik Versi PBB di Gunung Kidul Ini Terima Dana Desa Rp813 Juta dari Kemenkeu

  • Dana desa dimanfaatkan untuk perkembangan infrastruktur Desa Nglanggeran yang disematkan prestasi The Best Tourism Village versi United Nation World Tourism Organization (UNWTO) pada tahun 2021.

Makroekonomi

Idham Nur Indrajaya

YOGYAKARTA - Desa Nglanggeran, sebuah kawasan yang terletak di jantung masyarakat pedesaan kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta, memperoleh alokasi dana desa (DD) sebesar Rp813,47 juta. 

Menurut data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), angka tersebut mengalami penurunan 14,09% atau setara dengan Rp133 juta dari total alokasi tahun sebelumnya yang nilainya berada di angka Rp946,92 juta. 

Akan tetapi, penurunan tersebut lebih disebabkan oleh tidak adanya DD tambahan atau insentif di luar dana yang bersifat reguler. Pada tahun 2023, ada insentif sebesar sebesar Rp139,64 juta sebagai bentuk penghargaan atas kinerja Pemerintah Desa. 

Berhubung tahun anggaran 2024 masih berjalan, maka sejauh ini belum ditetapkan adanya insentif untuk Desa Nglanggeran tahun ini, berbeda dengan dana desa reguler yang disiapkan sebelum tahun anggaran berjalan. 

Sementara itu, jika hanya dihitung berdasarkan dana yang disalurkan tanpa mencakup insentif, maka dana desa untuk desa Nglanggeran secara keseluruhan mengalami peningkatan.

Tanpa memperhitungkan insentif, maka dana desa yang diperoleh Desa Nglanggeran mencapai Rp807,28 juta. Dengan demikian, dana desa reguler yang diperoleh desa ini mengalami peningkatan sebesar 0,77% dibanding tahun sebelumnya. 

Jika dirinci, dana reguler yang diterima oleh Desa Nglanggeran terdiri dari alokasi dasar (AD) sebesar Rp607,49 juta, meningkat 0,89% secara tahunan. Kemudian, ada alokasi formula (AF) sebesar Rp205,9 juta dengan pertumbuhan 0,41% dibanding tahun 2023. 

Untuk diketahui, Kemenkeu menganggarkan Rp71 triliun dana desa untuk dialokasikan kepada 75.259 di 434 kabupaten/kota untuk tahun 2024. 

Sebesar 69 triliun dicatut sebagai dana desa reguler yang pengalokasiannya dihitung sebelum tahun anggaran berjalan. Sementara itu, sebesar Rp2 triliun merupakan insentif desa atau tambahan dana desa yang dialokasikan pada tahun anggaran berjalan. 

Dari jumlah sebesar Rp69 triliun yang dianggarkan,,sebesar 65% diperuntukkan sebagai alokasi dasar (AD), yang dibagi secara merata kepada setiap desa berdasarkan klaster jumlah penduduk. 

Kemudian, alokasi lainnya dibagi lagi sebesar 1% untuk alokasi afirmasi (AA) yang dialokasikan kepada desa tertinggal dan sangat tertinggal, 4% untuk alokasi kinerja (AK) yang diberikan kepada desa dengan kinerja terbaik. 

Lalu, sebesar 30% dialokasikan untuk Alokasi Formula (AF) yang berdasarkan beberapa faktor seperti jumlah penduduk desa, tingkat kemiskinan, luas wilayah, dan kesulitan geografis desa.

Baca Juga: Hingga Maret 2024, Pemerintah Gelontorkan Rp43,3 Triliun Untuk Bansos

Direktur Dana Desa, Insentif, Otonomi Khusus, dan Keistimewaan Kemenkeu Jaka Sucipta mengatakan, dana desa sejauh ini telah berhasil meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat desa, termasuk untuk Desa Nglanggeran. 

Tidak hanya menyalurkan dana desa melalui program Transfer ke Daerah (TKD), Kemenkeu juga menyelenggarakan kolaborasi dengan perguruan-perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan optimalisasi dana desa.

“Kami berkolaborasi dengan kampus. Kami mengadakan pelatihan mengenai dana desa dengan beberapa kampus di tahun 2023 melalui program Kepala Desa Masuk Kampus. Kami bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk melakukan pelatihan kepala desa untuk menggali potensi desa. Kenapa kampus? Karena kampus mempunyai background literatur yang kuat sehingga bisa memberikan masukan yang kuat kepada desa,” papar Jaka di Gunung Kidul, Yogyakarta, dikutip Jumat, 3 Mei 2024. 

Manfaat Dana Desa untuk Nglanggeran

Dana desa dimanfaatkan untuk perkembangan infrastruktur Desa Nglanggeran yang disematkan prestasi The Best Tourism Village versi United Nation World Tourism Organization (UNWTO) pada tahun 2021. Salah satu kegiatan yang sudah didukung oleh dana desa adalah program pipanisasi untuk Program PAMSIMAS/SPAMDUS. 

Dengan adanya pipanisasi ini, sistem penyediaan air minum perdesaan (spamdes) maupun sistem penyediaan air minum perdusunan (spamdus) dapat dikelola dengan lebih efisien. 

Hal ini meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih, serta memperkuat kelompok-kelompok yang terlibat dalam pengelolaan air bersih di lingkungan mereka.

Kemudian, dana desa juga digunakan untuk rehabilitasi gedung PAUD/TK yang dimiliki oleh desa. Dengan kondisi yang lebih baik, gedung-gedung pendidikan ini dapat memberikan fasilitas yang memadai untuk kegiatan belajar mengajar. 

Selain itu, ada beberapa proyek pembangunan lainnya yang dilaksanakan dengan memanfaatkan dana desa ini, seperti cor rabat jalan desa, talud jalan, drainase, hingga taman wisata yang dikelola secara langsung oleh masyarakat desa, upaya ini bertujuan untuk memajukan kualitas hidup dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Salah satu proyek yang menonjol adalah pavingisasi parkir Griya Bubuk Coklat, yang memberikan kemudahan akses dan meningkatkan tata lingkungan. 

Tak hanya itu, pembangunan jalan usaha tani juga menjadi prioritas untuk menghubungkan petani dengan pasar secara lebih efisien sehingga mengurangi biaya operasional mereka.

Selain menyediakan sarana transportasi yang memadai bagi warga, infrastruktur yang diperkuat juga mencegah bencana alam seperti longsor dan kelongsoran. 

Drainase yang diperbaiki membantu mengalirkan air hujan dengan lancar, mengurangi genangan di jalan, serta menyelamatkan sumber daya air.

Upaya yang dikerahkan dengan bantuan dana desa ini juga berdampak positif pada sektor pariwisata dengan peningkatan fasilitas dan aksesibilitas pada Taman Wisata yang dikelola desa sehingga desa ini diharapkan dapat menjadi lebih menarik bagi wisatawan yang berkunjung. 

Sementara itu, penambahan prasarana parkir kendaraan roda empat tidak hanya memberikan kenyamanan bagi pengunjung, tetapi juga meningkatkan pendapatan desa dari sektor pariwisata.