
Di Balik Lonjakan Harga Saham Bukalapak (BUKA), Sinyal Positif?
- Kenaikan saham Bukalapak pada belakangan ini didorong aksi beli bersih investor asing yang membludak Rp20,7 miliar selam satu minggu terakhir.
Bursa Saham
JAKARTA – Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) belakangan ini terpantau mengalami penguatan, yang menyebabkan nilai emiten perniagaan elektronik tersebut melonjak 15,20% secara year-to-date.
Meskipun demikian, dalam perdagangan terakhir saham BUKA mengalami penurunan sebesar 2,70% dan diperdagangkan pada level Rp144 per saham. Oleh sebab itu, kondisi kenaikan selama seminggu terakhir ini mengejutkan pasar di tengah strategi perusahan.
Berdasarkan data Stockbit Sekuritas kenaikan saham Bukalapak pada belakangan ini didorong aksi beli bersih investor asing yang membludak Rp20,7 miliar selam satu minggu terakhir. Lantas broker mana saja yang mengakumulasi saham ini?
- Dorong Peningkatan Kualitas Pegawai, Bank Mandiri Penuhi Dua Standar Internasional
- Mengenal Tokenisasi Aset Dunia Nyata: Beli Properti, Emas, dan Seni Dalam Bentuk Digital
- Tokenisasi Properti dan Emas: Peluang Investasi Baru di Era Blockchain
Tercatat sepanjang seminggu terakhir, Buana Capital Sekuritas dengan kode broker EF menjadi yang paling aktif memburu saham ini sebanyak Rp32,9 miliar. Ini diikuti KB Valbury Sekuritas yang membeli saham ini sebesar Rp23,5 miliar, dan RHB Sekuritas yang juga mengakumulasi saham ini sebesar Rp9,4 miliar.
Saham BUKA saat ini menarik perhatian pasar setelah perubahan besar di perusahaan. Berdasarkan konsensus dari 19 analis yang dihimpun Bloomberg, mayoritas (12 analis) memberikan rekomendasi beli, sementara 5 lainnya merekomendasikan untuk mempertahankan, dan 2 memberi saran jual.
Adapun rata-rata target harga saham emiten bersandikan BUKA untuk 12 bulan mendatang diperkirakan di Rp159,25 per lembar, yang memberikan potensi return sekitar 7,6% dengan harga saham saat ini sekitar Rp148.
Analis Sukor Sekuritas, Paulus Jimmy mengatakan bahwa meskipun restrukturisasi besar yang dilakukan oleh BUKA, seperti penutupan penjualan produk fisik di marketplace, memiliki dampak minimal terhadap pendapatan (hanya menyumbang sekitar 3% dari total pendapatan kuartal III/2024).
“Dengan keputusan ini, BUKA berharap dapat menghemat biaya sekitar Rp10 miliar. Perusahaan juga kemungkinan akan mengalami pertumbuhan yang terbatas dalam beberapa kuartal ke depan, dengan profitabilitas yang cenderung tertunda,” jelasnya dalam riset belum lama ini.
Dalam hal ini, Sukor Sekuritas menurunkan rekomendasi saham BUKA menjadi “hold” dengan target harga baru sebesar Rp160 per lembar, sambil menunggu hasil dari langkah-langkah strategis yang akan diambil BUKA.
Arah Bisnis BUKA
Pasca penghentian penjualan produk fisik, BUKA kini berfokus pada empat sektor utama: gaming, mitra, investasi, dan ritel. Dalam sektor gaming, BUKA akan menawarkan harga termurah untuk SKU terkait gaming di Indonesia dan memperluas pasar ke negara-negara ASEAN, seperti Filipina dan Malaysia, yang memiliki minat serupa terhadap game.
Sektor investasi menjadi fokus BUKA untuk menciptakan produk-produk yang dapat menghasilkan margin kontribusi positif. BUKA juga berkomitmen pada inklusi keuangan dengan menjangkau segmen yang lebih luas, termasuk individu dengan kekayaan tinggi dan kalangan menengah ke atas.
Di sektor ritel O2O, BUKA berupaya untuk menyederhanakan merek dengan kinerja terbaik dan fokus pada merek unggulan, baik lokal maupun internasional, untuk memastikan keberlanjutan mereka di pasar yang kompetitif.
Untuk sektor Mitra, BUKA akan memperluas jangkauan di area yang belum terjangkau dan meningkatkan keterlibatan dengan produk digital, dengan strategi mencapai skala ekonomi melalui keberagaman produk, terutama yang berbasis teknologi tinggi.