Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Budi Herawan saat membuka pertemuan 28th Indonesia Rendezvous di Nusa Dua, Bali, Kamis, 10 Oktober 2024.
IKNB

Di Depan Pelaku Asuransi dari 15 Negara, Ketua AAUI Sebutkan Tantangan dan Potensi Pasar di Indonesia

  • Dalam paparannya, Budi menyampaikan pentingnya kolaborasi, inovasi, serta pemahaman mendalam mengenai pasar asuransi di tanah air untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.

IKNB

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Pada acara 28th Indonesia Rendezvous yang digelar di Nusa Dua, Bali, Kamis, 10 Oktober 2024, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Budi Herawan memberikan paparan mengenai potensi, tantangan, dan prospek industri asuransi umum di Indonesia. 

Dalam paparannya, Budi menyampaikan pentingnya kolaborasi, inovasi, serta pemahaman mendalam mengenai pasar asuransi di tanah air untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.

Tantangan dalam Asumsi dan Realita Pertumbuhan Industri Asuransi

Budi Herawan memulai paparan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang menantang para pelaku industri untuk berpikir lebih dalam. 

"Bagaimana kita menjelaskan ketika hal-hal tidak berjalan sesuai dengan asumsi kita? Atau lebih baik lagi, bagaimana kita menjelaskan ketika orang lain dapat mencapai hal-hal yang tampaknya menentang semua asumsi kita?" ujarnya. 

Pertanyaan ini menyoroti dinamika yang dihadapi industri asuransi umum di Indonesia, terutama ketika kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi pasar atau pemangku kepentingan.

Dalam pidatonya, Budi mengapresiasi kehadiran para peserta dan narasumber yang diundang untuk berbagi pandangan serta pengalaman mereka dalam beberapa hari mendatang. 

Ia berharap acara ini dapat memberikan kejelasan terkait langkah-langkah yang harus diambil ketika menghadapi ketidakpastian, serta bagaimana menemukan jalan yang tepat untuk mencapai pertumbuhan industri yang optimal.

Gambaran Pasar Asuransi Umum di Indonesia

Salah satu poin utama yang disampaikan Budi dalam paparannya adalah gambaran umum pasar asuransi di Indonesia. 

"Industri asuransi di Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun, terutama terlihat dari peningkatan premi dan aset," katanya. 

Namun, ia menyoroti bahwa kontribusi industri ini terhadap perekonomian nasional masih relatif stagnan. Hal ini tercermin dari rendahnya penetrasi asuransi komersial, asuransi wajib, dan asuransi sosial.

Budi juga menyoroti bahwa meskipun terjadi peningkatan penetrasi sebesar 2,64% antara tahun 2020 hingga 2023, angka tersebut masih jauh di bawah rata-rata penetrasi asuransi di negara-negara ASEAN lainnya. 

"Pada tahun 2022, penetrasi asuransi komersial di Indonesia hanya sekitar 2,7%, lebih rendah dari rata-rata ASEAN yang mencapai 4,7%," jelasnya. Ia menekankan perlunya strategi pengembangan untuk mempercepat pertumbuhan industri asuransi di Indonesia.

Potensi Pertumbuhan Pasar Asuransi di Indonesia

Dengan populasi yang besar dan ekonomi yang terus berkembang, Indonesia memiliki landasan yang kuat untuk pertumbuhan industri asuransi. 

Namun, menurut Budi, tingkat penetrasi asuransi umum di Indonesia masih relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan negara maju. 

"Meskipun ada tantangan, potensi pasar asuransi di Indonesia masih sangat besar, dan kesempatan untuk memperluas pasar masih terbuka lebar," tambahnya.

Budi juga membahas faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perekonomian Indonesia, seperti penurunan harga komoditas, volatilitas harga pangan dan energi, serta ketidakpastian geopolitik global. 

Meski demikian, ia optimis bahwa ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh pada laju yang stabil, didukung oleh peningkatan belanja publik, investasi bisnis yang meningkat, dan permintaan konsumen yang stabil. 

"Perusahaan asuransi umum perlu menemukan cara inovatif untuk meningkatkan penetrasi di tengah tantangan ini," imbuhnya.

Baca Juga: 28th Indonesia Rendezvous 2024 oleh AAUI Resmi Dibuka,  Usung Tema Stabilitas dan Risiko Bisnis

Membangkitkan Potensi Pasar Asuransi Indonesia

Dalam memaksimalkan potensi pasar, Budi menjelaskan bahwa sektor swasta Indonesia terdiri dari banyak perusahaan kecil, namun dominasi ekonomi dipegang oleh beberapa perusahaan besar. 

Dari 66 juta bisnis yang ada di Indonesia, hanya 9 juta yang terdaftar secara resmi. Kurangnya kesadaran di kalangan pelaku usaha kecil mengenai manfaat asuransi menjadi salah satu penghambat utama penetrasi pasar.

Selain itu, Budi juga mengungkapkan adanya masalah kepercayaan terhadap industri asuransi. "Banyak pelaku usaha dan masyarakat masih meragukan keandalan perusahaan asuransi, yang dipengaruhi oleh pengalaman buruk di masa lalu atau kurangnya kepercayaan terhadap sektor keuangan," ujarnya. 

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya yang konsisten dalam meningkatkan transparansi dan perlindungan konsumen.

Budi juga menyatakan dukungannya terhadap inisiatif pemerintah dalam mempromosikan perkembangan industri asuransi, termasuk implementasi regulasi yang lebih baik dan pemberian insentif bagi perusahaan asuransi untuk memperluas jangkauan mereka. 

Beberapa inisiatif regulasi yang diapresiasi oleh AAUI antara lain terkait kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi, tata kelola perusahaan mutual, pemisahan unit syariah, perlindungan nasabah, dan implementasi IFRS 17 sebagai standar akuntansi global baru untuk kontrak asuransi.

Tantangan Implementasi IFRS 17

Implementasi IFRS 17 diakui sebagai salah satu tantangan terbesar bagi industri asuransi umum di Indonesia. Menurut Budi, standar ini dirancang untuk memberikan pandangan yang lebih transparan mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan asuransi. 

Namun, implementasinya memerlukan investasi besar dalam teknologi, data, sumber daya manusia, serta strategi penetapan harga dan manajemen risiko.

"Implementasi IFRS 17 dapat menyebabkan volatilitas pendapatan bagi perusahaan asuransi, terutama yang berkaitan dengan produk asuransi umum jangka panjang. Selain itu, perubahan dalam persyaratan modal juga memaksa beberapa perusahaan untuk meningkatkan basis modal mereka agar sesuai dengan aturan baru," jelas Budi.

Prospek Masa Depan Industri Asuransi Umum

Di akhir paparannya, Budi Herawan menegaskan keyakinannya bahwa Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan bagi industri asuransi. 

"Pasar kita siap untuk pertumbuhan signifikan pada tahun 2025, didorong oleh kombinasi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan yang dapat dibelanjakan, lingkungan regulasi yang mendukung, kemajuan teknologi, dan penawaran produk yang semakin beragam," ujarnya.

Budi juga menyoroti persaingan yang ketat di pasar asuransi umum Indonesia, dengan banyaknya pemain asuransi domestik dan asing. 

Persaingan ini, menurutnya, memberikan manfaat bagi konsumen dengan harga yang lebih rendah, namun juga menambah tekanan bagi perusahaan asuransi untuk membedakan produk dan layanan mereka.

Inovasi Produk: Mikroasuransi

Salah satu tren yang mencuat adalah mikroasuransi, produk yang ditujukan untuk individu berpenghasilan rendah dan generasi muda. 

Budi menjelaskan bahwa mikroasuransi dirancang untuk menyediakan perlindungan yang terjangkau bagi berbagai kebutuhan, seperti kesehatan, jiwa, properti, dan kendaraan. 

"Mikroasuransi menjadi karpet merah untuk membuat asuransi lebih mudah diakses oleh masyarakat luas melalui kolaborasi dengan teknologi," ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa produk-produk mikroasuransi ini lebih personalisasi dan kurang mengandalkan interaksi tatap muka, mencerminkan perubahan preferensi konsumen di era digital.

Pentingnya Kolaborasi

Di akhir pidatonya, Budi menegaskan pentingnya kolaborasi di industri asuransi. "Dengan segala tantangan yang ada, kita semua berada di kapal yang sama dan berlayar ke arah yang sama. Kode etik menjadi sangat penting untuk menciptakan lingkungan dan ekosistem yang lebih baik bagi industri kita," tegasnya. 

Menutup paparan, Budi mengajak seluruh pihak untuk bekerja sama demi memajukan industri asuransi umum di Indonesia. "Jika ingin cepat, pergilah sendiri. Namun jika ingin jauh, kolaborasi adalah suatu keharusan," pungkasnya.

Budi optimistis bahwa dengan kolaborasi yang baik, Indonesia dapat menjadi pemain utama di industri asuransi global. 

"Indonesia adalah pasar yang besar dengan banyak peluang, baik bagi perusahaan asuransi umum dalam negeri maupun pemain asing. Mari kita tumbuh lebih kuat bersama dan mencapai hal-hal yang tampaknya menentang semua asumsi di tengah situasi ekonomi dan geopolitik yang penuh tantangan ini," tutupnya.