Di-PHK Massal, Pekerja Google Merasa Jadi Korban Kapitalisme
- Perusahaan teknologi baru yang menaungi Google, Alphabet, memecat 12.000 pekerjanya pekan lalu. Jumlah tersebut setara 6% dari seluruh pekerja di perusahaan tersebut.
Dunia
CALIFORNIA—Perusahaan teknologi baru yang menaungi Google, Alphabet, memecat 12.000 pekerjanya pekan lalu. Jumlah tersebut setara 6% dari seluruh pekerja di perusahaan itu.
Alphabet beralasan PHK harus dilakukan agar belanja perusahaan lebih terarah bagi prioritas yang lebih besar.
Alasan tersebut kontan memicu kemarahan para pekerja korban pemecatan. CEO Alphabet, Sundar Pichai, dalam surelnya pada para pekerja mengatakan Google kini menghadapi kondisi ekonomi yang berbeda dibanding saat mereka mempekerjakan banyak pegawai di masa lalu.
- Prakiraan Cuaca Hari Ini dan Besok untuk Wilayah DKI Jakarta
- Habis Pecat Banyak Karyawan, Elon Musk Sebut Sisa Karyawan Twitter Tinggal Segini
- Rekomendasi 5 Aplikasi Habit Tracker, Bantu Anda Wujudkan Resolusi Tahun 2023
“Tujuan pemecatan ini adalah untuk menata ulang pengeluaran kami, supaya belanja kami terarah untuk prioritas yang lebih tinggi,” ujar Pichai, dilansir dari wsws.org.
Kebijakan PHK massal dan sepihak itu kontan membuat geram para pekerja. Seorang tenaga ahli Google, Chris McDonald, mengaku dipecat saat dia sedang memulai sebuah proyek penting di divisinya. Dia merasa ditusuk dari belakang sebab sebelumnya manajemen memuji kinerjanya.
Pekerja lain, Charlotte Cucchiaro, mengaku diberhentikan tanpa ada pemberitahuan apapun sebelumnya. “Saya bahkan tidak mendapat surel. Semua akses terhadap akun perusahaan diputus, tanpa penjelasan,” keluh Charlotte.
Sementara itu, salah satu pekerja senior di Google, Nick Eberts, merasa pengabdiannya selama ini tidak ada harganya karena perusahaan lebih memilih mengembangkan profit sebesar-besarnya.
“Bayangkan, 24 tahun 10 bulan menjadi buruh di perusahaan yang punya insentif berupa saham yang bisa dibeli 5 tahun lagi dengan harga sekarang, tapi bisa cair jika saya sudah bekerja selama 25 tahun. Lalu satu bulan sebelum 25 tahun bekerja di sana, saya dipecat oleh perusahaan yang tahun lalu menghasilkan profit sebesar US$198 miliar. Saya benci kapitalisme,” cuitnya di Twitter.
Sebuah organisasi investor, TCI Fund, disebut berada di balik PHK massal di Alphabet. Sejak tahun lalu TCI menekan CEO Alphabet agar mengambil kebijakan “agresif”. Google saat ini dinilai terlalu banyak mempekerjakan pegawai ddengan gaji terlalu tinggi. Selain TCI, Seeking Alpha mendesak Google merampingkan jumlah pekerjanya.