Karyawan berkatifitas dengan latar layar monitor pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 8 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Bursa Saham

Di Tengah Fluktuasi IHSG, Saham BBRI, EXCL hingga GOTO Bisa Jadi Peluang Menarik di 2025

  • Pelemahan IHSG saat ini terutama disebabkan oleh sentimen politik akibat masa transisi pemerintahan di Indonesia.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Di tengah fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sejumlah saham dari berbagai sektor diproyeksikan memiliki prospek cerah untuk investasi pada awal tahun 2025. Beberapa di antaranya adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas, Ike Widiawati, menyampaikan pandangan optimistis terhadap prospek IHSG di tahun depan. Menurutnya, sejumlah sentimen positif diperkirakan akan mendorong penguatan pasar modal Indonesia.

"Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan tetap berada di atas 5%. Jadi, jangan khawatir 2025 akan gelap," ujarnya dalam sebuah diskusi pada Senin, 16 Desember 2024.

Ike menjelaskan bahwa pelemahan IHSG saat ini terutama disebabkan oleh sentimen politik akibat masa transisi pemerintahan di Indonesia. Selain itu, dinamika politik global, termasuk terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, turut menimbulkan kekhawatiran, seperti ancaman perang dagang yang lebih tajam.

Meski demikian, Ike menilai dampak geopolitik terhadap ekonomi Indonesia hanya bersifat tidak langsung. Dengan fundamental ekonomi domestik yang kuat, ia memproyeksikan IHSG akan mengalami penguatan pada awal 2025. Proyeksi konservatif IHSG berada di level 7.900, dengan potensi mencapai 8.100 sepanjang tahun depan.

Tren pelemahan IHSG saat ini justru dianggap sebagai peluang bagi investor ritel untuk melakukan aksi buy on weaknessatau "serok bawah." Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG terpantau mengalami penurunan nyaris sampai 10% dari titik tertinggin di level 7.900 pada 18 September 2024. 

"IHSG yang turun ini bisa menjadi momentum bagi investor untuk masuk," jelas Ike. Namun, ia mengingatkan agar strategi ini dilakukan dengan bijaksana, karena tidak semua sektor memiliki prospek penguatan.

Beberapa saham yang direkomendasikan untuk aksi buy on weakness di antaranya berasal dari sektor konsumsi dan infrastruktur seperti PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), serta PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). 

Sementara itu, sektor energi dan komoditas mencakup saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Selain itu, sektor perbankan dan media turut menawarkan peluang menarik, dengan rekomendasi saham seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), serta PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

“Saham-saham ini mengalami tren penurunan sepanjang 2024, tetapi secara fundamental dinilai masih kuat dan memiliki potensi pemulihan di 2025,” jelasnya. 

Risiko dan Peluang di 2025

Senada, Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, juga mengungkapkan proyeksi positif untuk pasar saham di tahun depan. Menurutnya, inflasi yang terkendali dan peluang penurunan suku bunga acuan akan menjadi pendorong utama penguatan pasar. 

Selain itu, program pemerintahan baru, seperti penyediaan makanan bergizi gratis, diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi ekonomi dan sektor konsumsi.

Namun, Josua mengingatkan sejumlah risiko yang perlu diwaspadai, seperti perlambatan ekonomi di China dan kebijakan proteksionis dari pemerintahan Trump, yang berpotensi memperburuk tensi perang dagang. Risiko-risiko ini dapat menjadi tantangan signifikan bagi pasar saham di tahun mendatang.