<p>Muhammad Lutfi dengan Donald Trump dan Luhut Pajaitan / Dok. Kemenko Maritim</p>
Industri

Di Tengah Perang Dagang, Ekspor Indonesia ke AS dan Tiongkok Meningkat

  • JAKARTA – Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menegaskan kerja sama perdagangan antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok akan terus berlanjut. “Meskipun perang dagang antara AS dengan Tiongkok masih berlangsung, keduanya tetap menjadi negara mitra strategis untuk Indonesia,” mengutip keterangan tertulis, Senin, 1 Februari 2021. Dengan AS, misalnya, pada Januari – November 2020, ekspor […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menegaskan kerja sama perdagangan antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok akan terus berlanjut.

“Meskipun perang dagang antara AS dengan Tiongkok masih berlangsung, keduanya tetap menjadi negara mitra strategis untuk Indonesia,” mengutip keterangan tertulis, Senin, 1 Februari 2021.

Dengan AS, misalnya, pada Januari – November 2020, ekspor Indonesia ke negara Paman Sam ini naik 3,57% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dominasi produknya adalah pakaian jadi, yakni 19,4%, disusul elektronik 9,84%, dan produk karet 7,95%.

Namun sebaliknya, impor Indonesia pada periode tersebut turun 8,91%. Adapun produk mayoritas yang selama ini diimpor adalah bahan galian 12,7%, mesin 12,2%, dan benih minyak 10,95%.

Saat ini, lanjut Lutfi, kebijakan yang dijalin dengan AS, antara lain optimalisasi pemanfaatan skema khusus melalui Generalized System of Preferences (GSP), mengupayakan pendekatan keseimbangan perdagangan dan investasi, dan memperluas pasar nontradisional.

Target Jadi Negara Pengekspor Terbesar

Sementara itu dengan Tiongkok, hubungan kerja sama perdagangan dan investasi Indonesia terjalin melalui skema ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Lutfi menjelaskan, ACFTA mengalami peningkatan di mana periode Januari—November 2020, ekspor Indonesia ke Tiongkok naik sebesar 10,96% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Ekspor masih didominasi besi dan baja sebesar 23,7%, mineral 21,4%, dan minyak kelapa sawit 10,6%. Sama halnya dengan AS, impor Indonesia dari Tiongkok juga mengalami penurunan selama masa pandemi, yakni turun 13,81%. Produk impor dari negara ini didominasi oleh elektronik 23,51%, mesin 22,85%, dan produk plastik sebesar 4,01%.

Lutfi menambahkan, saat ini pihaknya berfokus pada visi misi menjadi negara pengekspor barang mentah dan barang setengah jadi dari produk besi baja dan kendaraan bermotor.

“Komoditas ini menjadi fenomena baru di masa yang akan datang. Sebab, nilai yang disumbangkan kedua produk ini sangat tinggi,” kata dia.

Diketahui, Indonesia merupakan negara pengekspor besi baja terbesar kedua setelah Tiongkok dengan persentase ekspornya lebih dari 70%. Pada 2020, komoditas ini pun menempati urutan ketiga di ekspor nonmigas senilai US$10,85 miliar.

“Ke depan, hubungan Indonesia dengan kedua negara ini diharapkan tetap berjalan baik dan semakin berkembang,” kata Lutfi.