Ilustrasi jasa pengiriman logistik Anteraja, TIKI, JNE, J&T, Sicepat, Lion Parcel, POS Indonesia, yang makin moncer saat booming e-commerce. Ilustrasi: Deva Satria/TrenAsia
Industri

Di Tengah Redup Pendanaan Perusahaan Teknologi, Triliunan Dana Investasi Mengalir ke Start Up Energi Bersih

  • Anak perusahaan PT Pertamina (Persero) Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE) mengucurka dana sebesar US$500 juta atau sekitar Rp7,7 triliun untuk investasi di start up energi terbarukan
Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Anak perusahaan PT Pertamina (Persero) Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE) mengucurka dana sebesar US$500 juta atau sekitar Rp7,7 triliun untuk investasi di start up energi terbarukan. 

Melansir DealStreetAsia, investasi tersebut masuk ke dalam inisiatif Energy Fund yang akan dikelola bersama perusahaan ventura milik Telkom, MDI Ventures. Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury mengungkap bahwa dana tersebut akan dialokasikan untuk investasi selama lima tahun. 

"Kami berharap akan lebih banyak investor bergabung pada dana kelolaan ini," kata Pahala dikutip Selasa, 15 November 2022. 

Sebagai informasi, Kementerian BUMN resmi meluncurkan tiga dana kelolaan pada awal Oktober 2022 di ajang BUMN Startup Day. Ketiganya yaitu Energy Fund, PT Bio Farma (Bio Health Fund) dan PT Pupuk Indonesia (Agri Fund). 

Peluncuran ketiga dana kelolaan ini disepakati melalui penandatanganan Head of Agreement (HoA). Ketiga dana kelolaan ini akan menjadi kendaraan investasi pada startup tahap early hingga growth di vertikal terkait. 

Direktur SDM dan Penunjang Bisnis Pertamina NRE Said Reza Pahlevy mengatakan, inisiatif ini bertujuan untuk mempercepat transisi energi. Sektor yang diincar oleh Pertamina antara lain low carbon solutions, energi baru dan terbarukan (EBT), dan masa depan di sektor energi. 

"Transisi energi membutuhkan kolaborasi berbagai pihak. Kolaborasi Pertamina NRE dengan MDI Ventures yang didukung oleh Kementerian BUMN membuka peluang pendanaan bagi perusahaan rintisan yang memiliki semangat yang sama untuk mengembangkan energi bersih."

Start Up EBT

Menurut catatan TrenAsia, start up yang fokus pada energi baru terbarukan (EBT) antara lain SolarKita, Xurya, Warung Energi, Weston Energy, Forbetric, Erenesia, Khaira Energy, dan Syailendra Power. 

Powerbrain menghadirkan solusi smart energy management melalui perangkat IoT (termasuk sensor) hingga automation software untuk memaksimalkan utilisasi energi. Sedangkan, SolarKita menawarkan layanan end-to-end dari konsultasi terkait Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), hingga survei ke rumah dan memperhitungkan kondisi dan situasi untuk instalasi PLTS.

Tren Redup Pendanaan Start Up

Di sisi lain, pendanaan start up secara global dari perusahaan modal ventura menyusut pada 2022 dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan diikuti oleh badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di berbagai penjuru dunia.

Menurut data yang dirangkum CB Insight, nilai pendanaan yang masuk ke perusahaan-perusahaan start up di skala global terus mengalami peningkatan dari kuartal ke kuartal pada tahun 2021.

Penyusutan angka ini pun pada gilirannya menyebabkan penurunan pula pada jumlah kelahiran perusahaan unicorn.

CB Insights mencatat ada 85 start up unicorn baru pada kuartal II-2022, yang mana angkanya menunjukkan penurunan 23% dibanding kuartal sebelumnya yang mencatat kelahiran 125 unicorn.

Secara tahunan, jumlah kelahiran unicorn pada kuartal II-2022 pun tercatat menurun 43% yang mana pada saat itu tercatat ada 148 unicorn.

CB Insights memproyeksikan pendanaan dari modal ventura untuk perusahaan start up akan mengalami penurunan lagi pada kuartal III-2022.

Per 15 Agustus 2022, tercatat nilai pendanaan start up sebesar US$41,9 miliar (Rp628,5 triliun), dan para analis dari CB Insights memperkirakan total pendanaan untuk kuartal III-2022 akan mencapai US$83,88 miliar (Rp1,25 kuadriliun) atau turun 22,6% dibanding kuartal sebelumnya.

Dua hal yang menjadi variabel dalam perumusan prediksi tersebut adalah melemahnya kinerja portofolio modal ventura pascapandemi COVID-19 dan juga meningkatnya suku bunga acuan di sejumlah negara di dunia.