Di Tengah Situasi Sulit, OCBC NISP Masih Catat Laba Bersih Rp2,1 Triliun
JAKARTA – PT Bank OCBC NISP Tbk melaporkan laba bersih senilai Rp2,1 triliun sepanjang 2020. Laba tersebut terkontraksi 27,58% year on year (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai Rp2,9 triliun. Penurunan laba disumbang naiknya provisi pada 2020 sebesar 233,8%, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 226,3%. Di samping itu, pendapatan bunga bersih tercatat masih tumbuh 6% […]
Industri
JAKARTA – PT Bank OCBC NISP Tbk melaporkan laba bersih senilai Rp2,1 triliun sepanjang 2020. Laba tersebut terkontraksi 27,58% year on year (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai Rp2,9 triliun.
Penurunan laba disumbang naiknya provisi pada 2020 sebesar 233,8%, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 226,3%.
Di samping itu, pendapatan bunga bersih tercatat masih tumbuh 6% yoy senilai Rp 6,83 triliun. Akan tetapi, rasio kecukupan modal berada di level 22%.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Sedangkan, laba operasional sebelum beban cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) mencapai Rp 5,24 triliun, tumbuh 14% yoy. Pertumbuhan laba operasional tersebut didukung pertumbuhan pendapatan operasional yang naik 9% yoy.
“COVID-19 banyak memberikan pelajaran bagi perseroan, mulai dari keterbatasan mobilitas yang mendorong akselerasi digital hingga perubahan perilaku nasabah yang semakin sadar akan pengelolaan keuangan dan investasi,” kata Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja dalam keterangan resmi, Rabu, 10 Februari 2021.
OCBC NISP juga mencatat penyaluran kredit kredit mencapai Rp 114,9 triliun per Desember 2020, turun 3% yoy. Meski begitu, rasio rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) net masih di posisi 0,8% dan NPL bruto sebesar 1,9 %.
Dengan, baki kredit perseroan per akhir tahun lalu tercatat Rp114,9 triliun, turun 3,44 % yoy dari Rp119 triliun.
Adapun, total aset perseroan tumbuh 14% yoy menjadi Rp 206,30 triliun. Kenaikan aset terdorong oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) 26% yoy. Di dalamnya, dana murah atau CASA berkontribusi sebesar 42%.