Ratna Sari dan Furqon, pemilik UMKM Bubur Ayam Kampung Nyemplung.
Fintech

Dibanding Bank atau Multifinance, Pinjol Jadi Solusi untuk Kebutuhan Pembiayaan Instan

  • Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memilih platform fintech lending alias pinjaman online (pinjol) untuk kebutuhan pembiayaan instan.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memilih platform fintech lending alias pinjaman online (pinjol) untuk kebutuhan pembiayaan instan. 

Linda Sintiya, pemilik Toko Pondok Grosir, mengakui bahwa usaha grosir sembako miliknya sangat terbantu dengan pendanaan dari platform pinjol, khususnya Pinjam Modal. 

Dalam satu tahun terakhir, Linda merasa puas dengan layanan Pinjam Modal, terutama kemudahan dan kecepatan pencairan dana yang kurang dari 24 jam. Toko Pondok Grosir berhasil mendapatkan pendanaan sebesar Rp 6 miliar dari Pinjam Modal.

Awalnya, Linda hanya menjual minyak curah yang dikemas sendiri di rumah. Namun, berkat Pinjam Modal, usahanya berkembang pesat, dan kini omsetnya mencapai Rp 4-5 juta per hari. 

Linda berencana untuk membuka cabang baru dan berharap agar plafon Pinjam Modal dapat ditambah lagi dengan bunga yang lebih kompetitif.

“Syarat-syaratnya mudah, apalagi sekarang tinggal ajukan di aplikasi, kendala juga tidak pernah ada sama sekali,” katanya saat UMKM Media Tour yang diselenggarakan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Rabu, 24 Januari 2024.

Devina Mulya, Marketing Manager Pinjam Modal, menjelaskan bahwa Pinjam Modal hadir sejak 2017 dengan komitmen untuk menyediakan layanan keuangan yang mudah diakses, terutama bagi UMKM yang membutuhkan pembiayaan di sektor produktif. 

Hingga saat ini, Pinjam Modal telah menyalurkan pendanaan sebesar Rp 6 triliun, dengan lebih dari 95% pendanaan diberikan kepada sektor produktif.

“Pinjam Modal fokus di 3 produk yaitu Pinjam Modal Toko, Pinjam Modal Usaha, dan Pinjam Modal Inventory yang menggambarkan mimpi kami untuk memajukan UMKM. Kami ingin ada seperti Ibu Linda yang lain, dari yang usahanya kecil dengan plafon hanya Rp 300 juta sekarang sudah Rp 750 juta. Bukan tidak mungkin jika sudah besar lagi dan sudah menjadi PT akan mendapatkan plafon sampai Rp 2 miliar. Pinjam Modal ingin membantu pelaku usaha dari yang skalanya kecil, ke menengah, sampai menjadi besar. Jadi kita tumbuh bersama-sama, baik dari sisi ekonomi pelaku usahanya hingga memberikan dampak secara nasional,” ungkap Devina.

Dori, Head Risk and Control PT Jaya Pratama Perkasa (JPP), juga menyampaikan bahwa perusahaannya sangat terbantu oleh pendanaan dari platform KreditPro. 

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penyewaan trucking ke berbagai kota di Indonesia, JPP sangat membutuhkan pinjaman dengan kecepatan dan fleksibilitas tinggi. 

KreditPro memberikan solusi dengan proses pengajuan yang mudah, tanpa agunan, dan pencairan dana yang cepat.

Dori mengungkapkan bahwa pertama kali mengajukan pinjaman ke KreditPro pada Agustus 2023, dan hingga kini telah mengajukan sebanyak 3 kali putaran pinjaman dengan nominal sebesar Rp 300 juta. 

Meskipun baru menggunakan fintech, dampaknya terhadap peningkatan penjualan perusahaan sangat signifikan.

“Perusahaan kami memiliki cash flow yang sangat cepat, sehingga dengan adanya pendanaan dari fintech atau pinjol ini sangat membantu kami dalam mengelola biaya operasional yang sangat besar setiap harinya. Fintech ini merupakan pembiayaan yang fleksibel, bisa tanpa agunan, proses pengajuannya juga mudah,” papar Dori.

Yane Yunita, Credit Risk Manager KreditPro, menjelaskan bahwa KreditPro 100% menyalurkan pembiayaan untuk sektor produktif. 

Sejak berdiri pada tahun 2018, KreditPro sudah menyalurkan pembiayaan mencapai Rp680 miliar kepada lebih dari 3.000 UMKM, terutama yang berfokus pada sektor Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di pulau Jawa.

Pelaku UMKM lain yang merasakan kemudahan pendanaan dari pinjol adalah Furqon, pemilik Bubur Ayam Kampung Nyemplung. 

Furqon mengajukan pinjaman melalui platform Findaya setelah tergabung sebagai mitra di aplikasi GoBiz dari Gojek. Awalnya dengan plafon Rp650 juta, Furqon telah mengajukan pinjaman sebanyak 3 kali dengan total pinjaman sekitar Rp150 juta.

Furqon menggunakan pendanaan dari Findaya untuk ekspansi usahanya dengan menambah 2 unit food truck, yang meningkatkan omzetnya menjadi Rp1 miliar per bulan. 

Timothy Prawiromaruto, Head of Productive Lending Findaya, menjelaskan bahwa Findaya sebagai bagian dari GoTo Finansial berkomitmen untuk menjadi solusi operasional dan finansial yang mudah dan efisien bagi pemilik usaha, terlepas dari skala bisnis mereka.

Gunawan Sutisna, pemilik Toko Ikan Hias Holly Betta Central, juga berbagi pengalaman sukses dengan Fintech P2P Lending, khususnya Fintag. 

Awalnya memulai bisnis ikan cupang aduan dari hobi, Gunawan mengalami kebangkrutan sebelum akhirnya memulai kembali. 

Setelah mendapatkan pendanaan dari Fintag pada tahun 2018, Gunawan berhasil meningkatkan omzetnya menjadi Rp10 juta per bulan dengan menjual 200-300 ekor ikan cupang aduan.

“Suka dukanya saya dulu pernah sampai bangkrut. Akhirnya coba mulai lagi, dan tahun 2018 mulai kenal dengan platform Fintag yang plafonnya awalnya Rp3 juta dan sekarang sudah Rp7,5 juta. Saya gunakan untuk membeli bibit ikan yang bagus, setelah saya rawat 2 minggu lalu dijual,” tutur Gunawan.

Henu Prakarsa, Business Development Manager Fintag, menegaskan bahwa Fintag fokus pada memberikan pendanaan kepada sektor produktif. 

Sejak berdiri pada 2018, Fintag telah menyalurkan pendanaan sebesar Rp 25,6 miliar kepada 5.991 total peminjam. Fintag juga tetap memegang prinsip penagihan yang beretika sesuai dengan Code of Conduct yang telah diatur oleh AFPI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Beliau sudah 5 kali mengajukan dan selalu tepat waktu pembayarannya. Kami juga secara rutin melakukan visit untuk memonitor usahanya agar tahu apa yang bisa kami bantu lagi. Terbukti sampai sekarang usahanya terus berjalan yang berarti prospeknya masih bagus,” kata Henu.