Dibayangi Kenaikan NPL, BRI Pilih Perkuat Pencadangan Ketimbang Kejar Setoran Profitabilitas
- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) jadi salah satu yang menerapkan strategi tersebut. Non performing loan (NPL) Coverage di bank pelat merah ini pada kuartal III-2021 diketahui telah menyentuh 252,94%.
Industri
JAKARTA - Masa pemulihan ekonomi membuat perbankan memperkuat kesiapsiagaan terhadap potensi pemburukan kualitas aset. Hal ini ditandai dengan strategi pelaku industri perbankan meningkatkan pencadangan.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) jadi salah satu yang menerapkan strategi tersebut. Non performing loan (NPL) Coverage di bank pelat merah ini pada kuartal III-2021 diketahui telah menyentuh 252,94%.
Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso menyebut pencadangan yang kokoh ini besar kemungkinan akan mempengaruhi profitabilitas perseroan. Sunarso bilang tidak akan mengejar target laba bersih secara terlalu agresif pada tahun ini lantaran masih harus menyalurkan dana net interest income (NII) untuk NPL Coverage.
“Pencadangan tersebut mempertimbangkan restrukturisasi. Kita akui kita punya NPL, maka kita tidak foya-foya membukukan income menjadi laba. Maka cadangan kita pertebal, itu artinya BRI tetap tumbuh dengan mengedepankan isu prudential,” jelas Sunarso dalam paparan secara virtual, Rabu, 27 Oktober 2021.
- Target Beroperasi Oktober 2022, Dukuh Atas Dikembangkan jadi Kawasan TOD Pertama di Jakarta
- Mau Ekspansi ke Luar Jawa-Bali, TaniHub Bidik 200.000 Petani Onboarding
- Tekan Beban Bunga, Laba Bersih Bank BJB Melesat 18 Persen Jadi Rp1,41 Triliun
Hingga kuartal III-2021, NPL gross di BRI mencapai 3,28%. Jika ditelisik ke belakang, NPL di BRI rupanya mengalami tren peningkatan. NPL BRI tercatat ada di level 2,24% pada 2017, lalu naik ke 2,28% pada 2018, dan 2,80% pada 2019.
Memasuki era pandemi, BRI harus menggotong restrukturisasi yang tinggi hingga Rp231,5 triliun. Pandemi yang memukul UMKM turut membawa BRI pada kondisi pelemahan kualitas aset.
Pada semester I-2020, NPL BRI berada di level 2,98%. Meski outstanding restrukturisasi terus menyusut, nyatanya NPL BRI masih tidak terjaga dengan mengalami kenaikan ke level 3,13% pada akhir 2020.
Kendati NPL masih di kepala tiga, penyaluran kredit bank BUMN ini hingga kuartal III-2021 ini mengalami peningkatan. Total kredit yang dikucurkan emiten bersandi BBRI ini tumbuh 9,74% year on year (yoy) dari Rp935,35 triliun menjadi Rp1.026,42 triliun.
Penyaluran kredit ini ditopang oleh porsi UMKM yang semakin besar dalam komposisi pendanaan yang dilakukan BRI. Hal ini tercermin dari kredit UMKM yang menguasai 82,67% dari total kredit di BRI.
Lebih rinci, Bank pelat merah ini mengucurkan kredit ke segmen mikro sebesar Rp464,66 triliun atau lebih tinggi dibandingkan kuartal III-2020 yang hanya Rp328,79 triliun.
“Penyaluran di segmen ini terbantu oleh kehadiran Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Ultra mikro. di samping adanya pemulihan ekonomi karena melandainya penyebaran kasus COVID-19,” papar Sunarso.
- Dibayangi Kenaikan NPL, BRI Pilih Perkuat Pencadangan Ketimbang Kejar Setoran Profitabilitas
- Kawan Lama Group Targetkan Mal Living Wolrd Bali Beroperasi Akhir 2022
- Ada Kongkalikong Pinjol Legal dan Ilegal, Akselaran Tegaskan Ogah 'Main Kotor'
Seperti diketahui, BRI kini telah terkonsolidasi dengan dua entitas baru, PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Dua entitas baru milik BBRI ini, kata Sunarso, semakin memperkuat jangkauan penyaluran kredit di segmen mikro.
Selain itu, kredit di segmen kecil dan menengah pada kuartal III-2021 mencapai Rp236,77 triliun. Dengan demikian, kredit BRI kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada kuartal III-2021 mencapai Rp848,60 triliun atau setara 82,67% dari total kredit yang diberikan.
Sementara itu, kredit segmen konsumer dan korporasi pada kuartal III-2021 ini masing-masing sebesar Rp147,16 triliun dan Rp177,83 triliun. Pertumbuhan kredit yang hampir mencapai double digit ini turut mendongkrak Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI menjadi 83,27%. Kendati demikian, Sunarso mengaku LDR saat ini masih kurang optimal.
“LDR di kisaran normal 90%-92%. Ini adalah pekerjaan rumah untuk perbankan untuk meningkatkan kredit lagi. LDR di bawah 90% menurut saya belum optimal, perlu kita dorong terus penyaluran kredit,” tegas Sunarso.
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun BRI pada kuartal III-2021 ini mencapai Rp1.135,31 triliun atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp1.131,93 triliun. Kinerja intermediasi yang meningkat serta adanya entitas bisnis baru mendorong total aset BRI melejit hingga 11,87% yoy menjadi Rp1.619,77 triliun.