<p>Nasabah melakukan penarikan uang Rupiah di salah satu telker bank di Jakarta, Kamis, 18 Februari 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Dibayangi Krisis Evergrande, Pasar Keuangan Indonesia Bakal Terguncang?

  • Krisis likuiditas pengembangan properti asal Tiongkok, Evergrande Group menjadi ancaman baru situasi moneter Indonesia.
Pasar Modal
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Krisis likuiditas pengembang properti asal Tiongkok, Evergrande Group, menjadi ancaman baru situasi moneter Indonesia. Risiko gagal bayar Evergrande tersebut diprediksi bakal mendorong volatilitas rupiah hingga situasi mengeruk cadangan devisa di dalam negeri.

Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan volatilitas rupiah itu merupakan imbas dari potensi capital outflow. Menurutnya, krisis ini memantik pelaku pasar untuk keluar dari aset berisiko sehingga bisa menekan nilai tukar rupiah.

“Biasanya kalau kekhawatiran berlanjut di kalangan pelaku pasar global, rupiah bisa ikut terbawa melemah, karena pelaku pasar keluar dari aset berisiko. Rupiah masih rentan dengan isu global,” jelas Ariston saat diwawancarai TrenAsia.com, Selasa, 21 September 2021.

Sebagai informasi, Evergrande diketahui memiliki utang sebesar US$300 miliar atau setara Rp4.260 triliun. Adapun bunga utang yang telah jatuh tempo mencapai US$83,5 juta.

Bila volatilitas rupiah semakin tinggi, Ariston menyebut, Bank Indonesia (BI) tidak punya pilihan untuk mengeluarkan cadangan devisanya. Hal ini menjadi intervensi yang efektif untuk menekan volatilitas rupiah.

“Sebaliknya kalau volatilitas rupiah meninggi dalam waktu singkat, BI mungkin menggunakan cadangan devisa untuk membantu menstabilkan rupiah,” ujar Ariston.

Kendati demikian, cadangan devisa yang tinggi membuat otoritas moneter ini lebih siap menghadapi krisis Evergrande. BI melaporkan nilai cadangan devisa Indonesia Agustus 2021 menembus US$144,8 miliar atau setara Rp2.05 kuadriliun (asumsi kurs Rp14.204,25 per dolar Amerika Serikat).

Cadangan devisa Indonesia mengalami lonjakan sebesar US$7,5 miliar jika dibandingkan dengan posisi Juli 2021 yang sebesar US$137,3 miliar. Di balik raihan rekor cadangan devisa ini, rupanya ada suntikan dari Dana Moneter Internasional atau IMF.

Alokasi yang disuntik IMF tersebut mencapai 4,4 miliar XDR yang setara US$6,31 miliar atau 84,13% dari tambahan cadangan devisa Indonesia pada Agustus 2021.  Untuk diketahui, XDR merupakan instrumen keuangan yang diberikan IMF untuk mendukung stabilitas ekonomi global.

Suntikan ini diberikan IMF sebagai upaya pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Dalam menjaga stabilitas kurs mata uang, IMF menggunakan satuan hitung berupa XDR.