<p>Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat hadir dalam rapat kerja dengan komisi XI DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 2 Juni 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Dibayangi Tapering The Fed, BI Tahan Suku Bunga Acuan 3,5 Persen

  • Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuan sebesar 3,5%.

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuan sebesar 3,5%. BI juga menahan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing sebesar 2,75% dan 4,25%.

“Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 16-17 Juni 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 3,5 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis 17 Juni 2021.

Keputusan ini konsisten dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah, serta upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak ketidakpastian pasar keuangan global.

Menanggapi isu tapering dari bank sentral Amerika Serikat, The Fed, Perry menyampaikan, pemerintah AS meyakini tekanan inflasi memang akan meningkat dalam jangka pendek. Akan tetapi, The Fed memperkirakan tekanan inflasi tersebut hanya bersifat temporer alias sementara.

“Tekanan inflasi secara fundamental diperkirakan baru akan terjadi pada 2022 dan 2023,” terang dia.

Selain itu, tingkat pengangguran di tingkat global terutama AS masih akan berlangsung lama. Persisnya, tingkat pengangguran di AS saat ini masih di level 4,5%, di atas long term target yakni 3,6%.

Jika dicermati, The Fed masih akan mengambil kebijakan akomodatif dalam sistem moneternya. AS juga memandang saat ini masih terlalu dini untuk mengurangi stimulus moneter yang sudah dilakukan.

“Bahkan, The Fed masih melanjutkan pembelian surat-surat berharga sampai dengan perkembangan yang substansial mengenai inflasi dan tenaga kerja.”

Simpulannya, BI memandang tapering The Fed tidak akan terjadi tahun ini atau paling tidak terjadi pada kuartal I-2022. Namun, ia menegaskan BI akan patuh pada kebijakan moneter global.  (RCS)