Recruitment Pertamina 2022 Resmi Dibuka, Simak Formasi dan Cara Daftar
Industri

Didominasi Bahan Bakar Fosil, Penerapan ESG Penting Untuk Industri Energi

  • Simak berbagai penerapan ESG yang dilakukan industri migas dan energi di Indonesia.

Industri

Justina Nur Landhiani

JAKARTA - Penerapan ESG juga turut dilakukan oleh perusahaan migas dan energi. Seperti yang dilansir Trenasia.com dari laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi pada Selasa, 25 Juli 2023 penerapan ESG untuk perusahaan dapat mendukung tujuan global. 

Bahkan, khusus bagi perusahaan, penerapan ESG mampu memberikan benefit baik untuk internal atau eksternal. Meski saat ini penerapan ESG tidak wajib, akan tetapi badan usaha yang menerapkannya dapat memperoleh dampak yang positif. Termasuk bagi perusahaan migas karena akan membuat perubahan besar untuk mewujudkan Indonesia yang berkelanjutan.

Menurut keterangan dari Koordinator WKU III Kadin Indonesia Shinta Kamdani, sektor migas adalah salah satu sektor industri dengan paparan risiko ESG tertinggi di antara seluruh sektor. “Mengutip S&P Global,  tingginya risiko ESG sektor migas terutama disebabkan oleh risiko lingkungan dan sosial yang selalu ada di atas rata-rata,” ujarnya. 

Dominasi Energi Fosil

Mengutip siaran pers  Environmental Protection Agency (EPA), Shinta menuturkan per November 2021, sepertiga dari pemanasan global saat ini disebabkan oleh emisi metana yang disebabkan oleh manusia. Adapun sumbernya berasal dari industri migas. Studi telah menunjukkan bahwa dua pertiga dari emisi gas rumah kaca global dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.

Sektor energi Indonesia sendiri yang masih didominasi oleh bahan bakar berbasis batu bara telah menyumbang sekitar 15 sampai 20% dari total emisi nasional (sekitar 1,5 hingga 2 metrik ton setara karbon dioksida). “Jika kita tidak segera mengintervensi hal ini, total emisi tersebut diproyeksikan akan meningkat menjadi 30-40% pada tahun 2050,” kata Shinta. 

Shinta Kamdani juga menjelaskan bahwa di bawah tekanan publik dan pemerintah. Beberapa perusahaan minyak dan gas besar di AS secara proaktif mencari upaya untuk melawan perubahan iklim. Termasuk dengan mengurangi emisi karbon dan metana dalam operasional, serta mempromosikan penelitian tentang sumber energi terbarukan. 

Hal ini menyebabkan banyak operator minyak dan gas lainnya juga mengembangkan tujuan dan target jangka pendek dan jangka panjang seputar ESG. 

Membandingkan Dua Raksasa Energi Indonesia

Sementara itu, di Indonesia, dua raksasa migas di Indonesia seperti PT Pertamina (Persero) dan MedcoEnergi telah menjadi contoh dengan menggencarkan implementasi ESG dan menghasilkan sejumlah best practices baik dari segi lingkungan, sosial, maupun tata kelola. 

Dari inisiatif-inisiatif yang telah diimplementasikan, Pertamina mencatat peningkatan pendapatan usaha, bahkan berhasil mereduksi total akumulatif emisi gas rumah kaca sebesar 641,939-ton CO2eq dari operasi perseroan (dibanding baseline 2010). 

Sedangkan MedcoEnergi berhasil menurunkan konsumsi energi sebesar 11% dari tahun 2019-2020 dan intensitas emisi Scope 1 sebesar 15% dari tahun 2018 hingga Semester I-2021 di operasi migas.

Tidak hanya itu, sejumlah investasi untuk program keanekaragaman hayati juga dilaksanakan, dengan lebih dari 172 ha hutan telah ditanami di sekitar wilayah operasi selama periode 2018-2020. Pemberdayaan masyarakat lokal pun telah dilangsungkan dengan beberapa inisiatif seperti penyediaan akses sanitasi, air bersih dan listrik kepada masyarakat di area operasi, dan masih banyak lainnya.

Upaya Pertamina juga sekaligus membuktikan bagaimana implementasi ESG (Environmental, Social and Governance) terus digenjot pemerintah pada sektor minyak dan gas (migas). Ini tentu menjadi sebuah inisiatif yang perlu kita dukung secara proaktif.

“Sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk mendorong transisi energi saat ini ke energi baru dan terbarukan untuk mengurangi emisi CO2 secepatnya,” kata Shinta. 

Ia menambahkan, dalam upaya transisi energi ini, aspek ESG menjadi penting untuk diimplementasikan ke dalam sektor migas sebagai sektor yang masih memiliki peran penting untuk dikembangkan sebelum energi yang lebih bersih tersedia.