<p>Karyawan melintas di depan layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin, 21 Juni 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Didukung Tiga Katalis Positif, Mirae Prediksi IHSG Dekati Level 6.400 pada Agustus 2021

  • PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menguat hingga level 6.394 pada periode Agustus 2021.
Pasar Modal
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menguat hingga level 6.394 pada periode Agustus 2021. Setidaknya, terdapat tiga faktor yang mendorong penguatan ini.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan ketiga faktor itu adalah jumlah infeksi baru kasus harian COVID-19 yang mulai mereda, gencarnya program vaksinasi, serta rilis kinerja emiten yang mulai membaik.

“Memasuki bulan Agustus, kami optimistis IHSG mampu menguat mendekati 6.400, tepatnya ke level 6.394 secara teknikal,” ujarnya dalam webinar Mirae Asset Day, Kamis, 5 Agustus 2021.

Ia juga merekomendasikan sektor infrastruktur, kesehatan, dan keuangan sebagai pilihan investasi bagi para investor. Untuk sektor infrastruktur, saham yang menjadi pilihan adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Indosat Tbk (ISAT).

Sedangkan, pada sektor kesehatan ia merekomendasikan saham PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), dan PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA). Untuk sektor perbankan, terdapat saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), serta PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).

“Saham-saham lain yang layak dipertimbangkan sebagai pilihan secara selektif adalah EMTK, SCMA, ERAA, dan INDF,” tambah Martha.

Ia bilang, prediksi dan rekomendasi tersebut didasari oleh penguatan IHSG sebesar 1,4% menjadi 6.070 dan didukung aksi beli investor asing Rp17 triliun sepanjang Juli 2021. Padahal, pada bulan lalu terdapat beberapa faktor yang membuat pelaku pasar khawatir, seperti peningkatan kasus COVID-19, adanya PPKM Darurat, dan pelemahan rupiah.

Kinerja Emiten dan Sentimen Pasar

Saat ini, lanjut Martha, sekitar 30% emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan kinerja keuangan untuk semester I-2021. Secara tahunan, mayoritas perusahaan mencatatkan hasil yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

Emiten di sektor perbankan, semen, dan ritel membukukan kinerja yang sesuai ekspektasi. Sementara, emiten di industri kesehatan, terutama rumah sakit dan lab, mencatatkan hasil yang lebih baik dari ekspektasi. 

Sebaliknya, beberapa perusahaan di sektor barang konsumsi noncyclical, seperti UNVR, GGRM, HMSP, dan JPFA membukukan kinerja di bawah konsensus pelaku pasar. Hal ini kemudian membuat sahamnya dilanda aksi jual dan menjadi pemberat indeks.

Analis Senior Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji menyebut prediksi itu didasari kondisi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 negara-negara ekonomi maju secara umum. Dari dalam negeri, kinerja inflasi Indonesia masih cukup terkendali. 

Beberapa indikatornya adalah indeks keyakinan konsumen (IKK) yang masih terus pulih, penjualan ritel masih positif, neraca perdagangan selama 14 bulan mencetak surplus berturut-turut, posisi cadangan devisa yang masih baik, yang juga didukung stabilitas nilai tukar rupiah. 

“Kepercayaan investor terhadap pemulihan ekonomi juga masih positif, yang ditandai oleh angka pertumbuhan FDI sangat positif pada kuartal II-2021,” tutur dia.

Baginya, hal ini membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di jalur yang tepat dengan membentuk kurva v-shape atau berbalik dari penurunan menjadi menguat dengan cepat untuk proyeksi ekonomi kuartal II-2021. 

“Jadi saya kira potensi Indonesia untuk meninggalkan periode resesi sangat lah besar ya,” tutup Nafan.