<p>Ilustrasi PT Elnusa Tbk. (ELSA), anak usaha PT Pertamina (Persero) Tbk. / Facebook @PTElnusaTbk.Official</p>
Industri

Digoyang Triple Shock, Elnusa Revisi Capex Jadi Rp800 Miliar

  • Penurunan harga minyak dunia, penurunan konsumsi BBM nasional akibat pandemi COVID-19, serta pelemahan kurs rupiah, memukul perusahaan sektor migas.

Industri
Issa Almawadi

Issa Almawadi

Author

JAKARTA – PT Elnusa Tbk. (Elnusa) melakukan sejumlah penyesuaian untuk bertahan menghadapi triple shock, mulai dari penurunan harga minyak dunia, penurunan konsumsi BBM nasional akibat pandemi COVID-19, serta pelemahan kurs rupiah.

Direktur Utama Elnusa Ali Mundakir mengatakan, triple shock yang ada tengah menekan kinerja banyak perusahaan jasa migas, baik level nasional maupun global. Terutama karena penurunan harga minyak dan pandemi COVID-19, perusahan jasa migas global telah merevisi target kinerjanya.

“Oleh karenanya adalah wajar bila kami juga melakukan penyesuaian target kinerja atau turun sebesar 25% dari target awal tahun,” ungkap Ali melalui keterangan tertulis, Rabu, 22 Juli 2020.

Secara global, kata Ali, banyak perusahan yang hanya mengandalkan jasa hulu migas mengalami dampak penurunan yang sangat signifikan. Bahkan beberapa di antaranya terpaksa mengurangi jumlah karyawan untuk tetap dapat bertahan.

“Kendati demikian, Elnusa yang memiliki pondasi kuat struktur bisnis dan dengan portofolio yang lengkap dari jasa hulu migas hingga jasa hilir migas sangat optimis akan menunjukan kinerja yang positif. Hal ini dikarenakan walau terdapat tekanan pada satu segmen, segmen lainnya akan menopang kinerja konsolidasi Elnusa,” imbuh Ali.

Secara konsolidasi, Elnusa yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero) ini ditopang oleh tiga segmen yaitu jasa hulu migas, jasa distribusi & logistik energi, serta jasa penunjang. Meskipun di sektor hulu terjadi penurunan aktivitas, jasa hulu migas berbasis non-aset (EPC-OM) tetap menunjukkan daya tahannya.

“Pertumbuhan pendapatan yang berasal dari lini jasa ini tetap positif. Begitu pula dengan segmen jasa distribusi dan logistik energi, kinerja pada lini bisnis transportasi BBM maupun pengelolaan depo tetap stabil,” jelas Ali.

Revisi Capex

Sementara itu, perusahaan-perusahaan jasa migas global saat ini, tidak hanya merevisi target kinerja namun juga menurunkan rencana belanja modal. Elnusa pun perlu melakukan penyesuaian biaya investasi di tengah situasi ini. “Kami perlu mengkaji ulang dan menetapkan skala prioritas. Oleh karenanya kami melakukan revisi rencana belanja modal menjadi Rp800 miliar dari rencana awal Rp1,4 triliun,” tambah Ali.

Elnusa akan mengembangkan portofolio bisnis ke depan yang lebih berimbang antara sektor jasa hulu migas dan jasa hilir migas. Investasi jasa hulu migas akan lebih diutamakan pada jasa yang dapat langsung bisa menghasilkan pendapatan usaha seperti jasa hulu migas berbasis non-aset (EPC-OM).

Pada sektor hilir migas, investasi akan difokuskan pada penguatan sarana serta fasilitas depo BBM dalam rangka menunjang Pertamina khususnya untuk penyaluran BBM dan Elpiji di luar Pulau Jawa. “Dengan proporsi yang tepat, kami meyakini Elnusa akan lebih agile dan fleksible ke depannya dalam menghadapi situasi krisis seperti saat ini”, pungkas Ali.

Kinerja Keuangan dan Saham ELSA

Hingga kuartal I-2020, meski Elnusa mencatat kenaikan pendapatan 8,42% dari Rp1,9 triliun menjadi Rp2,06 triliun, namun labanya tertekan beban lain-lain.

Pada periode ini, beban lain-lain Elnusa membengkak775,03% jadi Rp61,69 miliar dari periode sama 2019 Rp7,05 miliar.

Hasilnya, laba bersih perseroan turun 31,75% dari Rp75,86 miliar menjadi Rp51,77 miliar.

Pada perdagangan hari ini, saham Elnusa dengan kode ELSA menguat tipis 0,84% ke level Rp240. Dengan catatan ini, saham ELSA sepanjang tahun 2020 sudah turun 33,33% dari posisi akhir 2019 Rp306.

Meski begitu, catatan saham ELSA saat ini sudah lebih baik. Pasalnya, saham ELSA sempat anjlok hingga Rp129 pada 23 Maret 2020.