Nasional

Diguncang Kerusuhan, Ada Apa Sebenarnya dengan Kazakhstan

  •  JAKARTA-Dewan Keamanan Kolektif dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (Collective Security Treaty Organization/CSTO) memutuskan untuk mengerahkan p
Nasional
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA-Dewan Keamanan Kolektif dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (Collective Security Treaty Organization/CSTO) memutuskan untuk mengerahkan pasukan penjaga perdamaian ke Kazakhstan.

"Berdasarkan permintaan Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev dan mengingat ancaman terhadap keamanan nasional dan kedaulatan Republik Kazakhstan, termasuk intervensi eksternal, Dewan Keamanan Kolektif CSTO, sesuai dengan Perjanjian Keamanan Kolektif pasal 4, memutuskan untuk mengerahkan pasukan penjaga perdamaian kolektif CSTO ke Kazakhstan,"   kata Ketua CSTO sekaligus Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Kamis 6 Januarin 2022 melalui akun Facebook-nya.

"Pasukan tersebut akan dikerahkan untuk jangka waktu terbatas guna menstabilkan situasi di negara tersebut," demikian disampaikan Pashinyan.

Tokayev pada Rabu 5 Januari 2022  mengatakan bahwa dia akan berupaya sekuat tenaga karena situasi di Kazakhstan menjadi sangat genting. Tokayev dalam pidatonya kepada rakyat Kazakhstan menyebutkan bahwa sekitar setengah dari wilayah negara itu dilanda kerusuhan. Dia menambahkan bahwa situasinya sangat genting, khususnya di kota Almaty.

"Saya akan berupaya sekuat mungkin... Bersama-sama kita akan mengatasi periode suram ini dalam sejarah Kazakhstan," katanya.

Sebelumnya pada Rabu  Tokayev menandatangani dekrit presiden untuk menerima pengunduran diri pemerintah negara itu. Berdasarkan dekrit tersebut, anggota pemerintah akan tetap menjalankan tugasnya hingga pemerintahan baru terbentuk.

Apa yang menyebabkan protes?

Kemarahan memuncak ketika pemerintah menaikkan  harga  bahan bakar gas cair  atau LPG.  Bahan bakar rendah karbon yang digunakan banyak orang Kazakhstan untuk mobil mereka. Tetapi New Yorks Times melaporkan protes sebenarnya memiliki akar yang lebih dalam, termasuk kemarahan pada kesenjangan sosial dan ekonomi, diperburuk oleh pandemi yang mengamuk, serta kurangnya demokrasi nyata. Menurut statistik pemerintah, gaji rata-rata di Kazakhstan setara dengan US$570 atau sekitar Rp 8,3 juta per bulan (kurs Rp14.300), meskipun banyak orang berpenghasilan jauh lebih sedikit.

Ketika protes semakin intensif, tuntutan para demonstran meluas dari sekadar menuntut menurunkan harga bahan bakar  menjadi memasukkan agenda liberalisasi politik yang lebih luas. Di antara perubahan yang mereka tuntut adalah pemilihan langsung para pemimpin regional Kazakhstan. Bukan sistem sistem penunjukan presiden seperti sekarang ini.

Singkatnya, mereka menuntut penggulingan kekuatan politik yang telah memerintah negara yang tanpa oposisi substansial sejak mencapai kemerdekaan dari Uni Soviet pada tahun 1991.

Terjepit di antara Rusia dan China, Kazakhstan adalah negara terkurung daratan terbesar di dunia. Negara ini lebih besar dari seluruh Eropa Barat namun hanya memiliki populasi 19 juta.

Demonstrasi terbaru menjadi penting karena negara itu sampai sekarang dianggap sebagai pilar stabilitas politik dan ekonomi di wilayah yang tidak stabil.  Protes juga signifikan karena Kazakhstan telah disejajarkan dengan Rusia . Presiden Vladimir  Putin memandang negara itu  semacam tubuh ganda bagi Rusia dalam hal sistem ekonomi dan politiknya.

Bagi Kremlin, peristiwa tersebut merupakan tantangan lain yang mungkin dihadapi oleh kekuatan otokratis di negara tetangganya tersebut. Ini adalah pemberontakan ketiga terhadap negara yang bersekutu dengan Kremlin, menyusul protes pro-demokrasi di Ukraina pada tahun 2014 dan di Belarus pada tahun 2020. 

Kekacauan tersebut mengancam melemahkan kekuasaan Moskow di wilayah tersebut pada saat Rusia mencoba untuk menegaskan kekuatan ekonomin  dan geopolitik di negara-negara seperti Ukraina dan Belarusia.

Negara-negara bekas Uni Soviet juga mengamati protes dengan cermat, dan peristiwa di Kazakhstan dapat membantu memberi energi pada kekuatan oposisi di tempat lain.

Kazakhstan juga penting bagi Amerika Serikat, karena telah menjadi negara yang signifikan bagi masalah energi Paman Sam. Exxon Mobil dan Chevron telah menginvestasikan puluhan miliar dolar di Kazakhstan barat. Wilayah di mana kerusuhan dimulai bulan ini.

Meskipun memiliki hubungan dekat dengan Moskow, pemerintah Kazakh juga mempertahankan hubungan dekat dengan Amerika Serikat, dengan investasi minyak dipandang sebagai penyeimbang bagi Rusia di

Pemerintah Amerika Serikat telah lama kurang kritis terhadap sistem politik pasca-Soviet di Kazakhstan yang banyak pihak menyebut otoritarianisme. Berbeda dengan pandangannya pada Rusia dan Belarus.

Pemerintah telah mencoba untuk memadamkan demonstrasi dengan memberlakukan keadaan darurat dan memblokir situs jejaring sosial  termasuk Facebook, WhatsApp, Telegram dan WeChat. Protes publik tanpa izin sudah ilegal. Pemerintah juga telah memenuhi beberapa tuntutan demonstran, membubarkan kabinet dan mengumumkan kemungkinan pembubaran Parlemen yang akan mengarah pada pemilu baru. Namun langkahnya sejauh ini gagal menjinakkan ketidakpuasan massa.

Siapa pemain politik utama di negara ini?

Kurang dari tiga tahun lalu, presiden Kazakhstan yang sudah tua, Nursultan Nazarbayev dan  sekarang berusia 81 tahun, mengundurkan diri. Bekas pekerja baja dan pemimpin Partai Komunis dan naik ke tampuk kekuasaan di Kazakhstan pada tahun 1989, ketika masih menjadi bagian dari Uni Soviet. 

Selama pemerintahannya ia menarik investasi besar dari perusahaan energi asing untuk mengembangkan cadangan minyak negara yang diperkirakan mencapai 30 miliar barel. Ini termasuk yang terbesar dari semua bekas republik Soviet.

Selama tiga dekade kekuasaannya yang panjang, Nazarbayev memenangkan pemilihan berulang kali dengan hampir 100 persen suara. Dia juga dikenal sering memenjarakan lawan politik atau jurnalis yang mengkritiknya. 

Dia menyerahkan kekuasaan pada 2019 kepada Tokayev yang saat itu menjadi ketua majelis tinggi Parlemen dan mantan perdana menteri dan menteri luar negeri. Tokayev terpilih melalui pemilu Juni 2019, tetapi dengan pemungutan suara yang dikontrol ketat dirusak oleh ratusan penahanan demonstran. Pemilihan itu dikecam sebagai tidak adil oleh pengamat dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa.

Tokayev secara luas dianggap sebagai penerus Nazarbayev  yang hingga saat ini dianggap memiliki kekuasaan yang cukup besar dan  memegang gelar "Pemimpin Bangsa". Dia juga menjabat sebagai ketua Dewan Keamanan negara itu. Tapi aksi demonstrasi kali ini bisa menjadi waktu yang menentukan dengan kekuasaannya.