Diguncang Serangkaian Insiden, Laba dan Saham Boeing Turun
- Terjadinya Insiden ledakan penutup pintu pada pesawat Alaska Airlines tanggal 5 Januari 2024 menjadi pemicu utama kerugian ini, yang menyebabkan turunnya margin laba operasional unit pesawat komersial hingga mencapai sekitar -20%.
Transportasi dan Logistik
JAKARTA - Dihajar Serangkaian Insiden Pesawat, Laba dan Saham Boeing TurunJAKARTA - Boeing, raksasa pembuat pesawat asal Amerika Serikat (AS) diproyeksikan akan menghadapi kerugian besar pada kuartal pertama tahun ini akibat serangkaian masalah yang melanda perusahaannya.
Terjadinya Insiden ledakan penutup pintu pada pesawat Alaska Airlines tanggal 5 Januari 2024 menjadi pemicu utama kerugian ini, yang menyebabkan turunnya margin laba operasional unit pesawat komersial hingga mencapai sekitar -20%.
Selain itu, kompensasi kepada maskapai penerbangan pemilik Max 9 dan perlambatan produksi 737 Max juga turut berkontribusi pada kerugian tersebut.
Kerugian yang dialami oleh Boeing tidak hanya disebabkan oleh insiden tunggal, melainkan juga terkait dengan sejumlah faktor yang berbeda.
Meskipun ledakan penutup pintu pada Alaska Airlines 737 Max 9 menjadi sorotan utama dalam peristiwa ini, masalah kualitas pada pesawat 787 Dreamliner juga turut menyumbang bagian dari kerugian tersebut.
Pesawat-pesawat ini adalah dua produk utama Boeing yang telah menjadi fokus utama industri penerbangan.
- Hasil Resmi Pilpres 2024, Prabowo-Gibran Menang Telak
- Menanti Kejelasan THR Driver Ojek Online
- Jokowi Targetkan Smelter Inalum Antam Rampung Juni 2024
Dilansir dari CNN Internasional, Kamis, 21 Maret 2024, hasil audit Federal Aviation Administration (FAA) mengungkapkan masalah pengendalian kualitas di pabrik Boeing turut menambah kerumitan situasi perusahaan.
Temuan-temuan dari audit ini menyoroti kekurangan dalam sistem pengawasan kualitas produksi, yang berpotensi merusak reputasi Boeing di mata regulator dan konsumen.
Ketika masalah ini dikombinasikan dengan dampak langsung dari insiden-insiden konkret seperti ledakan penutup pintu, perusahaan menghadapi tantangan besar dalam menjaga kestabilan operasional dan finansialnya.
Dampak dari berbagai masalah ini langsung terasa, dengan saham Boeing turun sekitar 2%. Proyeksi ke depan juga tidak menggembirakan, dengan margin keuntungan pada unit pesawat komersial diprediksi akan tetap negatif sepanjang sisa tahun ini.
Untuk menangani situasi ini, Boeing telah mengumumkan rencana untuk memperlambat produksi Max menjadi di bawah 38 per bulan, sebuah langkah yang diharapkan dapat membantu mengurangi kerugian dan menstabilkan bisnis perusahaan.
- Hasil Resmi Pilpres 2024, Prabowo-Gibran Menang Telak
- Menanti Kejelasan THR Driver Ojek Online
- Jokowi Targetkan Smelter Inalum Antam Rampung Juni 2024
Meskipun menghadapi tantangan yang besar, Boeing masih yakin bahwa margin akan kembali mencapai tingkat tertinggi pada tahun 2025-2026.
Namun, untuk mencapai hal tersebut, mereka harus menyelesaikan banyak masalah kualitas dan keselamatan.
Selama periode larangan terbang 737 Max yang berlangsung selama 20 bulan sejak 2019, Boeing telah mencatat kerugian operasional sebesar US$31,5 miliar atau sekitar Rp495,02 triliun. Ditambah lagi, dampak pandemi COVID-19 juga menambah beban kerugian bagi Boeing.
Boeing berada di tengah-tengah upaya memperbaiki reputasinya dan kembali ke jalur profitabilitas. Masalah kualitas dan keselamatan menjadi prioritas utama yang harus mereka tangani untuk memulihkan kepercayaan pelanggan dan investor.