<p>Rumah subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). / Pu.go.id</p>
Industri

Dihantam Pandemi, Sektor Properti Hanya Bisa Andalkan Segmen Rumah Subsidi

  • JAKARTA – Pendemi COVID-19 telah menghatam sektor properti. Kinerja keuangan terkontraksi sangat dalam. Hanya segmen perumahan yang bisa diandalkan untuk bertahan hadapi krisis yang melanda dunia ini. Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Paulus Totok mengatakan hanya segmen perumahan khususnya rumah subsidi yang masih diminati kosumen. Konsumen dinilai masih antusias membeli rumah terutama yang berada […]

Industri
wahyudatun nisa

wahyudatun nisa

Author

JAKARTA – Pendemi COVID-19 telah menghatam sektor properti. Kinerja keuangan terkontraksi sangat dalam. Hanya segmen perumahan yang bisa diandalkan untuk bertahan hadapi krisis yang melanda dunia ini.

Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Paulus Totok mengatakan hanya segmen perumahan khususnya rumah subsidi yang masih diminati kosumen. Konsumen dinilai masih antusias membeli rumah terutama yang berada di daerah.

Pasalnya, kata Totok, segmen rumah subsidi masih bertahan karena ada anggaran stimulus subsidi selisih bunga (SSB) dan subsidi bantuan uang muka (SBUM) dari pemerintah. Stimulus itu sudah dikucurkan sebesar Rp1,5 triliun.

Kendati demikian, penjualan segmen rumah subsidi juga terbatas. Lantaran, ada pembatasan untuk karyawan kontrak dan nonfix income. Tak hanya itu, terdapat juga kendala teknis layanan perbankan dan terhambatnya proses akad karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB)

Di sisi lain, segmen properti lainnya masih sangat tertekan dalam kondisi ini. Misalnya seperti segmen pusat belanja atau mal. Kinerja segmen ini terus merosot seiring dengan kebijakan PSBB.

“Dalam kondisi sekarang ini, properti itu mal turun 85 persen karena ada perubahan karakter dari pengunjung mal. Datang hanya untuk tujuan tertentu. Tidak ada sightseeing, jadi hanya membeli langsung pulang,” kata Totok, Jumat, 2 Oktober 2020.

Untuk segmen perhotelan, tercatat okupansi hotel jeblok. Totok menyebutkan okupansi hotel melorot hingga 90-100%. Bahkan, tingkat okupansi di Bali sudah anjlok 100% karena tidak ada hunian. Disusul, sektor perkantoran turun hingga 75% dan rumah komersial turun 50-80%.