F-15eX-lagi.jpg
Tekno

Diincar Indonesia, USAF Justru Direkomendasikan Membunuh F-15EX

  • F-15EX yang meskipun diperbarui dengan kontrol penerbangan dan peperangan elektronik baru, tetap menjadi pesawat non-siluman.

Tekno

Amirudin Zuhri

WASHINGTON-Rencana pesawat tempur ‘4+1’ Angkatan Udara untuk tahun 2020-an yang diluncurkan dalam beberapa bulan terakhir disebut  akan meninggalkan matra tersebut dengan armada yang terlalu kecil dan tidak dikonfigurasi dengan benar untuk menghadapi ancaman. 

Penilaian tersebut disampaikan dalam analisis baru dari Mitchell Institute for Aerospace Studies AFA. Lembaga thing tank ini  merilis sebuah makalah pada 25 Oktober 2021 yang menawarkan peta jalan tempur alternatif dan mengatakan rencana Angkatan Udara sekarang ini lebih didorong oleh anggaran, bukan strategi.

Yang dibutuhkan adalah rencana yang menekankan pada pesawat siluman, dengan cepat mempensiunkan pesawat tua yang tidak siluman dan mahal perawatannya, dan tidak menciptakan kesenjangan dalam kemampuan USAF untuk mengendalikan udara dalam konflik.

Heather Penney, peneliti senior Mitchell dan penulis studi tersebut mengatakan ketika melihat di mana Amerika berada hari ini dan rencana USAF tentang kekuatan tempur tahun 2030-an maka akan ada kesenjangan yang signifikan dan penurunan kapasitas dalam beberapa kasus kemampuan.

Rencana Mitchell menawarkan jalan alternatif untuk kekuatan tempur yang dicari USAF.  Mitchell merekomendasikan Angkatan Udara Amerika melakukan apa yang diperlukan untuk membawa setidaknya 200 pesawat tempur baru per tahun untuk sekadar menjaga kekuatan pada tingkat numerik yang diperlukan. Angka yang ada saat ini jauh dari level tersebut.

Rencana “4+1” yang dijabarkan dalam beberapa bulan terakhir menyerukan F-22 diikuti oleh pesawat tempur Next-Generation Air Dominance sebagai satu kaki,  F-35 sebagai landasan armada, sementara F-15E dan EX sebagai pelengkap untuk membawa senjata besar sebagai yang kaki ketiga. Kaki keempat diisi F-16 untuk memelihara kapaistas kekuatan dan A-10 digambarkan sebagai "plus satu" untuk kebutuhan dukungan udara jarak dekat. Baik F-22 dan A-10 akan dipensiun pada 2030.

Mitchell melihat kesalahan dalam strategi USAF adalah tidak cukup cepat membeli F-35, ia menghentikan F-22 sebelum penggantinya ada, dan menghabiskan uang untuk F-15EX yang tidak siluman dan semakin tidak relevan untuk pertempuran masa depan. “Uang untuk pengadaan F-15 seharusnya digunakan untuk jet baru yang lebih mampu bertahan alias siluman,” kata Penney yang juga eks pilot F-16 tersebut.

Pensiunan Letnan Jenderal David A. Deptula sekaligus  Dekan Mitchell mengatakan Angkatan Udara Amerika juga harus merencanakan kerugian tempur tidak seperti yang dialaminya dalam 20 tahun terakhir. “Hal ini karena kemampuan musuh seperti China yang semakin cepat,” katanya.

Lembaga ini melihat Angkatan Udara harus meninjau kembali keputusannya memperlambat tingkat produksi F-35. Jumlahnya harus ditingkatkan sehingga pesawat lama yang tidak lagi siap bertarung dapat dipensiunkan  dengan komposisi satu lawan satu dengan jet baru.

Sementara itu berinvestasi di F-15EX buatan Boeing meskipun diperbarui dengan kontrol penerbangan dan peperangan elektronik baru, tetap menjadi pesawat non-siluman. Program ini harus ditinggalkan untuk program cepat memperkenalkan kekuatan baru yang lebih siluman dan lebih murah yakni NGAD. 

F-15EX adalah varian terbaru dari F-15 Eagle yang sangat fenomenal. Jet tempur ini juga menjadi salah satu pesawat yang dikabarkan diincar oleh Indonesia. Pesawat dilengkapi dengan sistem radar dan senjata paling canggih yang dimiliki Amerika saat ini. Namun demikian pesawat belum memiliki sifat siluman yang menjadi persyaratan penting dalam kekuatan militer saat ini.

Angkatan Udara Amerika menyebut pesawat ini sebagai pesawat generasi “4.5 plus atau 5.0 minus”. Pesawat ini secara kasar dapat dianalogikan dengan F-16 sebagai pesawat tempur “low-end” dengan “high-end” F-15 pada tahun 1980-an.

8 Rekomendasi

Sementara itu rencana USAF menghentikan F-22 sebelum kekuatan penuh NGAD ada digambarkan Mitchell sebagai “gapping the force” yang akan memungkinkan China mencapai apa yang dicarinya dalam potensi konflik seperti dengan Taiwan.  Hal ini karena Angkatan Udara Amerika tidak akan dapat dipercaya untuk menantangnya.

Secara lebih rinci berikut delapan rekomendasi Mitchell kepada Angkatan Udara Amerika.

Yang pertama adalah mengembangkan “perencanaan kekuatan” yang benar-benar memenuhi persyaratan Strategi Pertahanan Nasional guna mencegah musuh setar dan tetap memiliki cukup cadangan untuk menghadapi kemungkinan konflik kedua.  Ini akan sangat membantu dalam memberitahu publik Amerika dan Kongres  dalam memahami persyaratan struktur pasukan tempur Angkatan Udara Amerika serta menjelaskan risiko yang ada jika tidak membangun kekuatan yang diperlukan.

Rekomendasi kedua adalah memperpanjang masa operasi F-16 lama  dan mulai mempensiun F-15C/D, A-10C, dan F-15E saat produksi F-35 meningkat.  F-16 dinilai masih dapat berfungsi di “lingkungan yang permisif dan mampu menyediakan kapasitas multiperan dalam waktu dekat. Sementara pesawat lain harus sepenuhnya didivestasikan dengan tingkat satu-untuk-satu dengan F-35. Uang yang dihemat akan digunakan untuk membeli F-35 dan pengadaan NGAD.

Rekomendasi ketiga adalah menghentikan program F-15EX dan menggunakan dana yang ada untuk meluncurkan desain pesawat tempur siluman serba guna baru yang secara tentatif dijuluki MR-X oleh USAF. Angkatan Udara disebut menerima F-15EX bukan karena pesawat itu relevan dengan peperangan di masa depan tetapi karena keinginan untuk mempertahankan jalur produksi pesawat. MR-X akan terjangkau dan relevan dengan ancaman masa depan sedangkan F-15EX, karena tidak siluman, harus terbang jauh dari wilayah musuh sehingga akan meniadakan nilai senjata serangan yang dibawanya. 

Keempat USAF harus meningkatkan pembelian F-35 dan mengimbanginya dengan  penghentian F-15C/D, A-10C, dan F-15E.  Angkatan Udara Amerika mengatakan mereka lebih suka menunggu versi Blok 4 dari F-35, tetapi Michell menyebut pesawat-pesawat yang sekarang dalam produksi memiliki dasar untuk Blok 4 dan dapat diperbarui nanti. Meningkatkan produksi F-35 juga memberikan jaring pengaman jika NGAD tertunda. 

Rekomendasi kelima menutup Kantor Program Gabungan F-35 yang dinilai membuat keputusan bergerak terlalu lambat. Sedang rekomendasi keenam adalah mempertahankan dan meningkatkan F-22. Jet tempur ini diyakini memberikan kemampuan yang berarti baik untuk teater Eropa atau Pasifik. USAF tidak boleh melepaskan F-22 sampai NGAD diterjunkan dan beroperasi. Misi superioritas udara “tidak boleh digagalkan.”

Rekomendasi ketujuh dan kdepalan adalah memperteguh pada program NGAD dan menghapus hambatan dalam penganggaran. USAF juga harus diberi kekuasaan lebih luas untuk menggunakan anggarannya.

Mitchell kembali mengingatkan memperlambat F-35 dan membeli F-15EX yang desainnya sudah berusia 50 tahun adalah bukan cara yang baik untuk membangun kekuatan tempur yang dibutuhkan Amerika. Meskipun berniat baik dan berusaha untuk hidup dalam realitas politik, rencana 4+1 Angkatan Udara hanya memperlebar kesenjangan dalam kemampuan dasar pada saat dunia menjadi semakin kompleks dan berbahaya.  “Rekapitalisasi jet tempur tidak dapat ditunda lagi,” tegas menurut Mitchell.