Dijadikan untuk Menyatukan Elit Politik oleh Bung Karno, Begini Sejarah Halalbihalal
- Sering dihelat dalam suasana lebaran sebenarnya apa itu halalbihalal dan bagaimana sejarahnya?
Gaya Hidup
JAKARTA - Halalbihalal sangat erat kaitannya dengan momen Lebaran. Acara halalbihalal kerap diadakan oleh institusi, perkumpulan, hingga keluarga setelah Hari Raya Idulfitri, di mana masih dalam suasana Lebaran.
Susunan acara halalbihalal biasanya terdiri dari sambutan, pembacaan ikrar halalbihalal, ceramah agama, lalu ditutup dengan pembacaan doa. Sering dihelat dalam suasana Lebaran, sebenarnya apa itu halalbihalal dan bagaimana sejarahnya?
Dalam KBBI, halalbihalal berarti hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang. Halalbihalal juga diartikan sebagai bentuk silaturahmi.
- Mau Kirim 'THR' Lebaran Tanpa Ribet? Fitur BagiBagi BCA Bisa Jadi Pilihan
- INFO BMKG: Prakiraan Cuaca Hari Ini 25 April 2023 dan Besok untuk Wilayah DKI Jakarta
- Jokowi Minta Pemudik Tunda Balik dari Kampung Halaman
Meski menggunakan bahasa Arab, nyatanya tradisi halalbihalal tidak ada di negara-negara Islam termasuk Arab. Tradisi halalbihalal adalah tradisi asli dari Indonesia.
Melansir dari berbagai sumber, halalbihalal pertama kali ada pada masa awal kemerdekaan di mana Bung Karno meminta saran dari seorang ulama yang juga pendiri Nahdatul Ulama, KH Abdul Wahab Hasbullah pada tahun 1948.
Kala itu, Bung Karno menyadari bahwa banyak elit politik yang sedang berkonflik dan enggan duduk dalam satu forum sementara pemberontakan seperti DI/TII dan PKI Madiun tengah terjadi. Akhirnya, Kyai Wahab menyarankan kepada Bung Karno untuk membuat acara silaturahmi untuk saling memaafkan bernama halalbihalal.
Sejak saat itulah, instansi-instansi pemerintah menyelenggarakan Halal bi Halal yang kemudian diikuti juga oleh warga masyarakat secara luas terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama.
Sumber lain mengatakan bahwa halalbihalal sudah ada sejak masa Mangkunegara I atau dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa. Saat itu, untuk menghemat waktu, tenaga, pikiran dan biaya, setelah salat Idulfitri, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana.
Pada pertemuan ini diadakanlah tradisi sungkem atau saling memaafkan. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam, dengan istilah halal bihalal.