Dikenai Sanksi Dagang dan Pembatasan, Ekspor Minyak Mentah Rusia Lewat Laut Baltik Merosot 20 Persen
- ekspor minyak mentah Ural andalannya yang keluar dari pelabuhan Baltik merosot hingga 20% pada tahun ini
Nasional
MOSKOW - Amerika Serikat dan sekutunya mulai memberlakukan sanksi dagang pada Rusia pada awal bulan ini. Sejak hal tersebut diberlakukan, Rusia dilaporkan mengalihkan arus ekspornya dari Eropa menuju Asia.
Lantaran hal tersebut, ekspor minyak mentah Ural andalannya yang keluar dari pelabuhan Baltik merosot hingga 20% pada tahun ini.
Mengutip Reuters, 24 Desember 2022, sejumlah pedagang di Rusia tengah berjuang untuk menemukan jumlah kapal yang memadai untuk membawa pasokan minyak. Mereka memperkirakan ekspor Ural dari pelabuhan Laut Baltik bisa turun dari 6 juta ton menjadi sekitar 5 juta ton pada bulan Desember.
Ekspor minyak mentah Ural dari daerah tersebut semakin diperparah bulan ini dengan adanya kekurangan tonase non-barat, ekonomi ekspor yang goyah, serta permintaan bahan bakar yang semakin sedikit.
Sebagaimana diketahui, pemberlakuan batas harga 5 Desember sebesar US$60 per barel. Pemberlakuan ini disepakati UE, negara-negara G7, dan Australia untuk menekan pendapatan ekspor Rusia sembari menjaga minyaknya bergerak melalui pasar global.
Pembatasan harga minyak juga dilaporkan mulai berlaku pada saat yang sama dengan embargo minyak mentah lintas laut.
Dengan diberlakukannya batasan tersebut, negara-negara di luar blok dimungkinkan untuk mengimpor minyak mentah Rusia melalui laut. Namun untuk barel yang dijual dengan harga di atas batas tersebut, maka melarang layanan dan asuransi untuk kapal yang menangani minyak.
Menanggapi aksi pembatasan tersebut, pemerintah Moskow mengatakan mereka tidak akan patuh. Bahkan jika itu berarti memangkas produksi minyak.
Alhasil, dinamika tersebut telah meningkatkan ketidakpastian di pasar energi global, karena kemungkinan gangguan pasokan dapat menyebabkan harga minyak mentah berayun.
Wakil perdana menteri Rusia mengatakan pada hari Jumat bahwa Rusia tidak dapat diterima untuk bergantung pada keputusan yang dibuat oleh negara-negara yang tidak bersahabat.
"Kami siap untuk melakukan pengurangan sebagian dalam produksi," Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Rossiya-24 yang dikelola pemerintah.
"Saya menilai risikonya, ketika kita berada di awal tahun depan, kita mungkin mengalami pengurangan antara 500.000 hingga 700.000 barel per hari. Ini sekitar 5-7% untuk kita," tambahnya.