Dikira Sinyal dari Alien, Ternyata Komputer Rusak
- ada tanggal 29 April 2019, para astronom mendeteksi sinyal yang dipancarkan ke Bumi. Sinyal ini diduga dari Proxima Centauri, sebuah sistem bintang terdekat dengan matahari kita dengan jarak sekitar 4,2 tahun cahaya rumah bagi setidaknya satu planet yang berpotensi layak huni.
Tekno
CALIFORNIA-Pada tanggal 29 April 2019, para astronom mendeteksi sinyal yang dipancarkan ke Bumi. Sinyal ini diduga dari Proxima Centauri, sebuah sistem bintang terdekat dengan tata surya kita dengan jarak sekitar 4,2 tahun cahaya. Proxima Centauri juga diyakini menjadi rumah bagi setidaknya satu planet yang berpotensi layak huni.
Karena sinyal tersebut berada di pita sempit gelombang radio 982 MHz yang jarang dibuat oleh pesawat atau satelit manusia, para peneliti menafsirkannya sebagai kemungkinan tanda teknologi alien.
Namun, sinyal yang berlangsung selama sekitar lima jam tersebut tidak pernah muncul kembali selama pemindaian Proxima Centauri berikutnya. Alasannya, menurut dua studi baru yang diterbitkan 25 Oktober di jurnal Nature Astronomy, kemungkinan karena sinyal itu sama sekali memang tidak datang dari Proxima Centauri.
"Ini adalah interferensi radio buatan manusia dari beberapa teknologi, mungkin di permukaan bumi," kata Sofia Sheikh, seorang astronom di University of California, Berkeley, dan salah satu penulis makalah tersebut kepada Nature.com.
- Pemerintah Sudah Habiskan Rp28,2 Triliun untuk Belanja Vaksin COVID-19
- Mitratel jadi Anak Usaha BUMN dengan Dana IPO Paling Jumbo Selama Dua Dekade
- Tinggal 2 Bulan, Realisasi PEN Baru 58,3 Persen Menjadi Rp433,9 Triliun
Dalam yang pertama dari dua studi baru, Sheikh dan rekan-rekannya menggambarkan secara rinci sinyal yang dijuluki BLC1 . Para astronom menangkap gelombang radio selama lima jam dengan teleskop radio Parkes Murriyang di Australia tenggara selama survei Proxima Centauri selama 26 jam.
Survei tersebut merupakan bagian dari program perburuan alien senilai US$100 juta yang disebut Breakthrough Listen. Perburuan menggunakan teleskop di seluruh dunia untuk mendengarkan kemungkinan transmisi dari luar bumi.
Teleskop merekam lebih dari 4 juta sinyal radio dari sekitar Proxima Centauri selama jendela waktu pengamatan itu, tetapi hanya BLC1 yang menurut para astronom tidak biasa, baik karena durasinya yang panjang maupun panjang gelombangnya yang aneh. Tim dengan cepat mengesampingkan gangguan dari satelit atau pesawat manusia lainnya.
Namun setelah sinyal gagal muncul kembali dalam pengamatan bintang berikutnya, para peneliti melihat lebih dekat pada data awal mereka. Kali ini, mereka menemukan bahwa program penyortiran otomatis mereka sebelumnya mengabaikan beberapa sinyal yang terlihat sangat mirip dengan BLC1 tetapi dipancarkan pada frekuensi yang berbeda.
Di bagian kedua dari dua makalah baru, para peneliti menyimpulkan bahwa BLC1 dan sinyal "mirip" itu adalah komponen dari sumber radio yang sama, dan sumber radio itu kemungkinan adalah sesuatu di permukaan Bumi. Di suatu tempat dalam jarak beberapa ratus mil dari teleskop Parkes Murriyang. “Bahwa sinyal tersebut hanya muncul selama pengamatan lima jam terhadap Proxima Centauri mungkin hanya kebetulan,” kata tim tersebut.
- Simak Savefrom FB Facebook Lite yang Dapat Download Video dan Foto Online Tanpa Aplikasi Android
- Tak Harus Pakai Aplikasi Android, Kini Savefrom FB Facebook Lite Bisa Download Video dan Foto
- Tidak hanya Aplikasi PeduliLindungi, Mulai 26 Oktober Beli Tiket KAI Wajib Pakai NIK
Sheikh kepada Nature mengatakan karena sinyal tidak pernah muncul kembali, mungkin saja itu berasal dari peralatan elektronik atau komputer yang tidak berfungsi baik yang dimatikan atau sedang diperbaiki.
Ini bukan pertama kalinya sepotong kecil teknologi manusia tertangkap menyamar sebagai perangkat keras alien. Satu set sinyal "alien" terkenal yang terdeteksi antara tahun 2011 dan 2014 ternyata adalah para ilmuwan yang sedang memanaskan makan siang mereka dengan microwave.
Namun, BLC1 adalah kandidat sinyal pertama yang terdeteksi melalui program Breakthrough Listen, dan analisis selama hampir satu tahun yang mengikutinya memberi para peneliti pengalaman berharga dalam memecahkan kode emisi "alien".