jdam.jpg
Tekno

Dikirim ke Ukraina, Apa Sebenarnya Joint Direct Attack Munition?

  • Dalam paket bantuan terakhir senilai kurang lebih US$1,8 miliar, selain sistem rudal pertahanan udara Patriot, Amerika juga memasukan Joint Direct Attack Munition atau JDAM dalam daftar senjata yang dikirim.

Tekno

Amirudin Zuhri

WASHINGTON-Amerika terus memasok Ukraina dengan berbagai senjata. Dalam paket bantuan terakhir senilai kurang lebih US$1,8 miliar, selain sistem rudal pertahanan udara Patriot, Amerika juga memasukan Joint Direct Attack Munition atau JDAM dalam daftar senjata yang dikirim.

Lalu apa sebenarnya Joint Direct Attack Munition? JDAM sebenarnya adalah kit atau alat yang digunakan untuk memodifikasi bom biasa yang jatuh bebas menjadi senjata presisi. JDAM menggunakan data navigasi dari satelit GPS untuk menghantam target dalam jarak 15 kaki dari titik bidik. Senjata digunakan sejak akhir 1990-an

Militer Amerika  termasuk Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Marinir  secara tradisional mengandalkan bom MK.-82 seberat 500 pon, bom MK.-83 seberat 1.000 pon, dan bom MK.-84 seberat 2.000 pon. Bom ini murah tetapi tidak terarah. Dan  meskipun kuat, dapat dengan mudah meleset dari sasarannya. Di sinilah JDAM hadir mengubahnya menjadi senjata yang jauh lebih akurat.

Berdasarkan data yang dirilis Angkatan Udara Amerika, JDAM memiliki jangkauan hingga 15 mil atau sekitar 24 km, dan bisa terbang pada ketinggian sekitar 13.000 meter. Sedangkan harganya berdasarkan data tahun 2007 sekitar US$22.000 per unit. Jika menggunakan kurs saat ini kira-kira sekitar Rp342 juta (kurs Rp15.600).

Amerika diproyeksikan memiliki 217.746 kit JDAM. Dari jumlah  149.237 milik Angkatan Udara, sementara  68.509 di gudang Angkatan Laut Amerika.

Kit JDAM termasuk pencari GPS, sistem navigasi inersia, dan satu set sirip ekor yang diikat. Kit ini dapat dengan mudah dipasang pada ketiga jenis bom dalam hitungan menit. Secara  radikal kit itu mengubah bom dari yang tidak memiliki kemampuan panduan atau sering disebut sebagai bom bodoh menjadi senjata yang mampu akurat dalam jarak 15 kaki.

JDAM mengubah cara penggunaan amunisi berpemandu presisi. Senjata dipandu laser yang pertama kali muncul menjelang akhir Perang Vietnam,  memiliki akurasi yang nyaris tepat. Tetapi  dia memiliki satu kekurangan. Bom tersebut membutuhkan laser yang terus mengarah ke sasaran selama dia terbang. Ini  berarti  pesawat yang menjatuhkan bom dan dipersenjatai dengan penunjuk laser harus terus terbang kurang lebih menuju sasaran sampai bom menghantam. Seorang pilot tidak dapat melakukan putaran cepat 180 derajat untuk menghindari tembakan pertahanan udara.

Namun, JDAM memungkinkan itu. Seorang pilot memprogram koordinat GPS target ke dalam bom dan melepaskannya. Setelah itu pesawat bisa berbelok dengan cepat dari target. Bom itu terbang di udara, menggunakan sirip ekornya untuk menyesuaikan jalurnya, sambil mengambil isyarat navigasinya dari konstelasi satelit GPS. Bom terus melakukan ini hingga mengenai target di darat.

JDAM juga memungkinkan awak udara untuk menyerang beberapa target dalam satu kali pengeboman. Sebuah pesawat hanya dilengkapi dengan satu laser yang hanya bisa menyoroti  satu target dalam satu waktu. Artinya  banyak target akan membutuhkan banyak proses.

Sebuah pesawat yang dipersenjatai dengan banyak JDAM dapat meluncurkan semuanya sekaligus. Masing -masing ditugaskan untuk menyerang target yang berbeda. Sebagai contoh pada tahun 2011, tiga pembom siluman B-2 sarat dengan JDAM menyerang 45 sasaran di lapangan terbang militer di Libya. Setiap B-2 menyerang 15 hanggar pesawat dan target lainnya dalam sekali jalan. Setiap  JDAM menyerang targetnya dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Mulai ditinggalkan Amerika

Selama lebih dari 20 tahun terakhir, JDAM telah digunakan di Afghanistan, Irak, Libya, dan zona konflik lainnya. Namun waktu mereka sebagai senjata andalan di gudang senjata Amerika sepertinya akan segera berakhir.

JDAM memiliki jangkauan terbatas yakni maksimal 15 mil. Ini  menempatkan pesawat peluncur dalam jangkauan pertahanan udara modern yang dikerahkan oleh negara-negara seperti Rusia dan China .

Senjata jarak jauh yang lebih baru seperti Joint Air-to-Surface Standoff Missile dapat menyerang dengan tingkat akurasi yang sama dari jarak ratusan mil. Ada juga bom  dipandu Stormbreaker yang merupakan keturunan langsung dari JDAM. Bo mini  menggabungkan sirip pop-out untuk memungkinkan bom meluncur hingga 46 mil sebelum mencapai targetnya. 

Meski JDAM akan tetap menjadi alternatif yang murah untuk menjatuhkan amunisi pada musuh tanpa pertahanan udara yang kredibel,  Amerika sepertinya mengurangi partisipasinya dalam konflik semacam itu. Ini   membuat JDAM kurang diperlukan.

Amerika dan sekutunya biasanya menggunakan JDAM pada pesawat tempur dan pesawat serang buatan Amerika. Ukraina di sisi lain, menerbangkan pesawat tempur superioritas udara Su-27 Flanker  yang lebih tua. Selain itu juga menggunakan  pesawat tempur multi-peran MiG-29 "Fulcrum", dan pesawat serang Su-25 "Frogfoot". Mereka membawa rel persenjataan yang dirancang untuk membawa persenjataan rancangan Soviet. 

Namun, Su-27 dan MiG-29 dalam jumlah yang tidak diketahui telah dimodifikasi dengan rel persenjataan LAU-118 Amerika  yang melekat pada rak bom BRU-32. Rak ini dapat menampung JDAM.

Metode lain untuk mengirimkan JDAM adalah Small Diamter Bomb  yang diluncurkan dari darat atau  GLSDB. Tetapi senjata ini  baru dikembangkan. GLSDB adalah bom bisu seberat 250 pon yang dilengkapi dengan paket panduan JDAM dan sirip pop-out. 

Diluncurkan melalui roket dari kendaraan M142 HIMARS atau M270 MLSR,  GLSDB mirip dengan paket JDAM konvensional. Tetapi  memiliki jangkauan sekitar 100 mil. Kontraktor pertahanan Boeing mengusulkan sistem untuk Ukraina yang sudah mengoperasikan M142 dan M270.  Amerika sendiri  tidak menggunakan GLSDB.

JDAM akan memungkinkan Ukraina untuk menghancurkan target di garis depan, sehingga membutuhkan lebih sedikit amunisi berpemandu presisi lainnya seperti peluru artileri Excalibur yang dipandu GPS. Tapi karenea diluncurkan dari udara, itu  akan membuat jet tempur Ukraina akan masuk ke jangkauan  pertahanan udara jarak menengah dan jauh Rusia.