<p>Karyawan menunjukkan uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu Bank BUMN di Jakarta, Selasa 2 Juni 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Finansial

Terdampak Sentimen The Fed dan Regulasi Invetasi China, Rupiah Ditutup Stagnan

  • Menurut data perdagangan Bloomberg, Senin, 24 Juli 2023, nilai kurs rupiah ditutup stagnan di posisi Rp15.027 per-dolar AS.

Finansial

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Nilai kurs rupiah ditutup stagnan pada perdagangan hari ini, Senin, 24 Juli 2023, dengan dilatarbelakangi oleh sentimen dari bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed) dan regulasi investasi di China.

Menurut data perdagangan Bloomberg, Senin, 24 Juli 2023, nilai kurs rupiah ditutup stagnan di posisi Rp15.027 per-dolar AS.

Pada perdagangan sebelumnya, Jumat, 21 Juli 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 41 poin di level Rp15.027 per-dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, sinyal mengenai kebijakan investasi di China yang dijanjikan oleh pemerintah setempat tidak banyak membantu rupiah untuk menguat hari ini.

"Sebuah pemberitahuan yang dirilis pada hari Senin, 24 Juli 2023, mengatakan pemerintah China berencana untuk mengizinkan perusahaan swasta masuk ke sektor-sektor transportasi, air, dan infrastruktur lainnya dan juga akan mengeluarkan kebijakan untuk mempermudah investasi di negara tersebut," ujar Ibrahim kepada wartawan, Senin, 24 Juli 2023.

Rencana tersebut diumumkan bersamaan dengan janji dari pemerintah China untuk meningkatkan langkah-langkah likuiditas setelah pertumbuhan ekonomi melambat tajam pada kuartal II-2023.

Upaya pemerintah China sebenarnya dapat menjadi faktor yang membantu penguatan rupiah pada perdagangan hari ini karena Indonesia sebagai mitra utama dagang negeri Tirai Bambu.

Akan tetapi, sikap pelaku pasar saat ini masih dipengaruhi oleh sentimen dari penantian kebijakan suku bunga dari The Fed yang akan mengumumkan hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 27 Juli 2023.

Bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin ke level 5,25%-5,75% sementara bank sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) diperkriakan akan mempertahankan kebijakan ultradovish-nya.

Walaupun inflasi AS sudah mendekati kisaran 2%, namun akhir dari siklus kenaikan suku bunga The Fed belum bisa dikatakan mencapai puncaknya karena data ekonomi yang mendukung arah pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut.

Tenaga kerja AS yang masih cukup kuat pun menjadi tolak ukur yang menaikkan ekspektasi bahwa daya beli masyarakat di negeri adidaya tersebut masih cukup tinggi dan berpotensi menaikkan inflasi.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran turun 9.000 menjadi 228.000 untuk pekan yang berakhir pada 15 Juli 2023.

Dengan demikian, pelaku pasar saat ini memandang bahwa The Fed masih memiliki ruang untuk mengetatkan kebijakan moneternya setelah suku bunga dikerek pada FOMC Juli 2023.

Menurut Ibrahim, untuk perdagangan besok, Selasa, 25 Juli 2023, nilai kurs rupiah berpotensi melemah di rentang Rp15.050-Rp15.080 per-dolar AS.