<p>Karyawan memberikan salam kepada nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia (BRIS) Jakarta Hasanudin, Jakarta, Rabu, 17 Februari 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Diminati Banyak Negara Nonmuslim, RI Kian Berpeluang Jadi Raja Sistem Syariah

  • Justru banyak negara non muslim yang telah mempraktikkan sistem keuangan syariah

Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyebut banyak negara non muslim yang kepincut dengan sistem ekonomi dan keuangan syariah. Ketertarikan negara non muslim didasarkan atas prinsip keteradilan yang dijunjung sistem ekonomi dan keuangan syariah.

“Justru banyak negara non muslim yang telah mempraktikkan sistem keuangan syariah,” kata Destry dalam Seminar Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah, Rabu 21 April 2021.

Selain itu, inklusivitas yang ada dalam sistem ekonomi dan keuangan syariah semakin menambah ketertarikan negara non muslim, terutama di kawasan Eropa.

Destry mencontohkan adanya praktik sistem keuangan syariah telah dijalankan Inggris. Bahkan, negara tersebut telah menjadi pusat bisnis dan keuangan syariah di kawasan Eropa.

“Lebih lanjut awal tahun ini Bank of England juga telah meluncurkan instrumen likuiditas khusus berbasis syariah alternatif. Sehingga perbankan dan institusi keuangan syariah di Inggris bisa mendapatkan akses sesuai prinsip syariah dari bank sentral,” jelas Destry.

Menurut Destry, sistem ekonomi dan keuangan syariah tidak sepenuhnya berdasarkan agama dan kepercayaan saja. Dirinya pun menilai, praktik ini tidak memiliki batasan terhadap agama dan kepercayaan nasabah.

Secara beriringan, nilai aset dari sistem keuangan syariah pun semakin merangkak naik. Menurut data Refinitiv dan ICD, nilai aset keuangan syariah di dunia diproyeksikan bakal terus naik dari US$2,88 triliun pada 2019 menjadi US$,3,69 triliun pada 2024.

Kenaikan nilai aset secara signifikan ini juga terjadi di Indonesia. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan aset keuangan syariah di dalam negeri sangat pesat hingga double digit.

Aset keuangan syariah melesat 14,15% year on year (yoy) sepanjang 2018. Realisasi tersebut kemudian turun tipis menjadi 13,84% pada 2019 dan kembali melesat 22,79% pada 2020. Data terakhir menunjukan aset keuangan syariah tumbuh 24,54% yoy pada Januari 2021.

Aset keuangan dalam hal ini tidak termasuk saham syariah. Nilai aset keuangan syariah tersebut mencapai Rp1.823,13 triliun.

Target Besar Maruf Amin

Melihat perkembangan yang pesat dari industri keuangan syariah, Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengatakan Indonesia punya peluang besar merajai ekonomi dan keuangan syariah.

“Kebijakan pro ekonomi syariah terus dikembangkan pemerintah dengan target Indonesia akan menjadi negara terbesar di sektor ekonomi dan keuangan syariah,” papar Wapres Ma’ruf dalam webinar beberapa waktu lalu.

Sementara itu, menengok laporan The State of The Global Islamic Economy Report 2020, Indonesia berada di posisi ke empat sebagai negara dengan ekonomi syariah terbesar di dunia. 

Posisi Indonesia ini terus merangkak, dari posisi ke 10 pada 2018, menuju posisi 5 pada 2019 dan berhasil masuk ke jajaran 4 besar ekonomi syariah terbesar di tahun lalu.

Pangsa pasar industri halal yang prospektif menjadi alasan di balik gencarnya Indonesia menggenjot ekonomi syariah.  Sebagai informasi, masyarakat muslim dunia pada 2019 lalu jumlahnya mencapai 2,9 miliar jiwa.  

Dari jumlah tersebut, total belanja masyarakat muslim pada 2019 menyentuh angka US$2,02 triliun. Tingkat pengeluaran tersebut tumbuh 3,2% secara year on year (yoy) dibandingkan tahun 2018. Diperkirakan, pengeluaran tahunan masyarakat muslim bakal menyentuh US$2,3 triliun pada 2024 mendatang.