Dinilai Lambat, Petani Sawit Minta Pengusaha Percepat Ekspor Sawit
- Aktivitas ekspor harus segera dilakukan pengusaha agar tangki persediaan CPO bisa dikosongkan lalu diisi kembali
Nasional
JAKARTA - Penghapusan sementara tarif pungutan ekspor minyak sawit mentah atau CPO dan produk turunannya hingga akhir Agustus 2022 diharapkan mampu menjadi momen bagi eksportir untuk menyerap seluruh stok sawit dari petani.
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung mengatakan aktivitas ekspor harus segera dilakukan pengusaha agar tangki persediaan CPO bisa dikosongkan lalu diisi kembali.
"Persetujuan ekspor (PE) sudah banyak dikeluarkan Kementerian Perdagangan namun pengusaha ini yang harus gerak cepat melakukan ekspor," kata Gulat saat dihubungi oleh TrenAsia.com pada Selasa,19 Juli 2022.
- Tantangan Apple ke para Hacker: Silakan Bobol Sistem Keamanan Terbaru Jika Ingin Rp30 Miliar!
- 5 Alasan Mengapa Anda Perlu Punya Pekerjaan Sampingan Meskipun Dianggap Melelahkan
- Waspada! Inflasi Dapat Mengancam Tabungan Anda, Ini Penjelasannya
Menurut Gulat hal ini aneh, lantaran eksportir cenderung menahan pengiriman ekspor CPO. Alhasil, lambatnya pengiriman bisa membuat stok CPO tak kunjung kosong sehingga pengisian tidak segera teralisasi.
Gulat menambahkan jika PE yang dikeluarkan pemerintah hingga sekarang sudah mencapai 60.000 ton seharusnya segera bisa melakukan kegiatan pengiriman tersebut.
Di samping itu, ia mengaku optimisme dengan keputusan pengratisan pungutan ekspor yang tidak permanen ini. Para petani sawit menilai langkah Menteri Keuangan Sri Mulyani tepat dan bisa saja diperpanjang saat kondisi ekspor CPO belum juga membaik.
“Petani sawit terus menyambut upaya yang dilakukan pemerintah untuk menstabilkan harga sawit dan ekpor CPO.”
Juga, para petani sawit menyambut baik keputusan Presiden Joko Widodo untuk menyetujui usulan pembangunan pabrik Crude Palm Oil (CPO) mini berbasis koperasi dan Read Palm Oil (RPO) atau bisa disebut dengan minyak makan merah.