Dipakai Menteri di Akmil, Kenapa Baju Tentara Bermotif Loreng?
- Presiden Prabowo Subianto beserta jajaran menteri anggota Kabinet Merah Putih menginap di kawasan Akademi Militer, Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah untuk mengikuti agenda retreat, Kamis, 24 Oktober 2024 hingga Minggu, 27 Oktober 2024.
Nasional
JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto beserta jajaran menteri anggota Kabinet Merah Putih menginap di kawasan Akademi Militer, Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah untuk mengikuti agenda retreat, Kamis, 24 Oktober 2024 hingga Minggu, 27 Oktober 2024.
Presiden Prabowo menjadi orang pertama yang siap memulai kegiatan retreat atau pembekalan Kabinet Merah Putih di Akmil Magelang. Semua peserta mengenakan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) Komando Cadangan (Komcad).
Prabowo tidak berbeda dari anggota kabinet lainnya, ia mengenakan seragam Komcad lengkap dengan topi. Seragamnya tidak memiliki tanda khusus yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang Presiden pada saat itu.
- Optimisme dan Harapan Industri Kripto pada Pemerintahan Baru
- Sritex (SRIL) Dinyatakan Pailit, Berapa Total Utangnya?
- Partai Buruh Ancam akan Tuntut Sritex Jika Tak Bayar Pesangon
Terkait hal tersebut, mengapa balutan loreng dalam pakaian digunakan di dunia militer?
Kenapa Pakaian Tentara Bermotif Loreng?
Tentara diharuskan mengenakan pakaian bercorak loreng untuk menyamarkan diri dari pengawasan musuh. Kamuflase ini juga berfungsi sebagai bentuk pertahanan diri.
Penggunaan warna dan bahan pada kostum perang serta peralatan militer dirancang untuk membantu pasukan bersembunyi dari musuh. Dengan cara ini, pasukan militer dapat menyatu dengan medan dan mengurangi bahaya dari sasaran tembakan musuh.
Seragam atau pakaian bermotif loreng pertama kali dipakai oleh tentara pada awal tahun 1800-an sebagai upaya untuk melindungi diri dari serangan musuh. Tentara yang pertama kali mengenakan seragam bercorak loreng adalah Resimen Senapan ke-95 dan Resimen Senapan ke-60 pada saat Perang Napoleon pada abad ke-18.
Para tentara mengenakan baju loreng untuk memperkuat garis pertempuran tentara Inggris. Sementara, seragam yang dikenakan resimen lain pada waktu itu berupa jubah berwarna merah tua.
Berbeda dengan tentara asing yang umumnya menggunakan warna cokelat dengan kombinasi putih, Tentara Nasional Indonesia (TNI) memilih seragam bercorak loreng dengan motif hijau.
Pemilihan warna hijau sebagai dasar seragam TNI karena Indonesia didominasi hutan tropis serta pepohonan berwarna hijau, tanah, dan kayu yang berwarna cokelat. Oleh karena itu, TNI lebih memilih pola loreng hijau atau pola M81 Woodland, yang telah populer sejak tahun 1981.
Seragam loreng pertama kali digunakan oleh tentara di Indonesia pada 5 Oktober 1954, dengan motif loreng macan tutul yang dikenakan oleh RPKAD (Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat, sekarang dikenal sebagai Kopassus).
RPKAD mengenakan motif loreng macan tutul dalam defile, dengan desain one piece yang menggabungkan atasan dan bawahan.
Namun, secara resmi, pakaian loreng TNI pertama kali diperkenalkan kepada publik pada 5 Oktober 1964, saat parade Hari Ulang Tahun Angkatan Bersenjata di lapangan parkir Senayan.
Setelah itu, muncul seragam TNI dengan berbagai motif seiring dengan perkembangan zaman. Saat ini, motif loreng militer Indonesia memiliki beberapa pola, namun tetap didominasi oleh warna hijau.
- Deflasi Tak Kunjung Berhenti, Berikut Strategi Agar UMKM Bisa Bertahan
- Indonesia Resmi Nyatakan Ingin Gabung BRICS
- Indef Sarankan 8 Sektor Ini Masuk Daftar Prioritas Hilirisasi
Motif loreng TNI tidak selalu berwarna hijau yang dipadukan dengan cokelat dan hitam. Untuk TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara menggunakan motif loreng berwarna biru. Hal ini dikarenakan aktivitas mereka sehari-hari, serta dalam kondisi pertempuran, berlangsung di area yang didominasi warna biru, seperti lautan dan langit.
Dengan demikian, dalam pertempuran di darat, laut, atau udara, pasukan musuh akan kesulitan untuk melihat keberadaan prajurit TNI dari jarak jauh, karena warna motif loreng pada pakaian mereka dapat menyatu dengan kondisi sekitar.