<p>Foto: Ismail pohan/TreAsia</p>
Pasar Modal

Dipantik Pelonggaran PPKM, Rupiah Diprediksi Lanjutan Penguatan ke Level Rp14.180

  •  JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi melanjutkan penguatan. Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memprediksi rupiah bi
Pasar Modal
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi melanjutkan penguatan. Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memprediksi rupiah bisa bergerak ke level Rp14.180-Rp14.200 dengan potensi resisten di kisaran Rp14.260 per dolar AS.

Aktivitas ekonomi di Pulau Jawa yang semakin longgar menjadi pemantik utama penguatan rupiah pada hari ini. Pasalnya, Pulau Jawa diketahui sebagai pusat ekonomi dengan sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 58,48%.

“Selain itu membaiknya kondisi COVID-19 dan pelonggaran aktivitas perekonomian di Indonesia juga membantu mengangkat nilai tukar rupiah,” ucap Ariston saat dihubungi TrenAsia.com, Selasa, 7 September 2021.

Sebagai informasi, pemerintah menyatakan jumlah kota/kabupaten di Jawa yang menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 telah berkurang menjadi 11 wilayah.

Selain itu, pemerintah juga telah menambah jumlah wilayah yang menerapkan PPKM Level 2. Berdasarkan keterangan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, sebanyak 43 kota/kabupaten kini mengimplementasikan PPKM level 2.

Selain itu, sentimen dari AS berupa rilis data tenaga kerja yang masih lemah juga disebut Ariston ikut mendorong penguatan rupiah.

“Sentimen potensi penundaan tapering karena data tenaga kerja AS yang belum seperti yang diharapkan, masih menjadi pendorong pelemahan dollar AS,” ujar Ariston.

Mengutip Bloomberg, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan non farm payrolls (NFP) pada Agustus 2021 hanya mencapai 235.000. Angka ini merosot dibandingkan Juli 2021 yang mencapai 1,05 juta.

Meski tingkat pengangguran berkurang ke level 5,2%, namun ekonomi AS dinilai pasar masih perlu disuntik stimulus oleh The Fed. Angka NFP itu berselisih jauh dibandingkan survei Bloomberg yang memprediksi kenaikan NPF mencapai 733.000 pada bulan lalu.

“Rupiah mungkin masih bisa menguat terhadap dolar AS dengan memanfaatkan momentum penguatannya kemarin,” jelas Ariston.