Dipastikan Meninggal, Inilah Sepak Terjang Presiden Iran Ebrahim Raisi
- Sesuai konstitusi, Iran mempunyai solusi yang jelas jika seorang presiden tidak mampu menjalankan tugasnya karena sakit, meninggal, atau dimakzulkan dan diberhentikan oleh parlemen.
Dunia
TEHERAN-Presiden Iran Ebrahim Raisi dipastikan meninggal dalam kecelakaan helikopter yang membawanya jatuh di daerah pegunungan Minggu 19 Mei 2024. Nasib sama dialami Menteri Luar Negeri Hossein Amrabdolliahian yang berada dalam satu pesawat.
“Presiden Raisi, menteri luar negeri, dan semua penumpang di dalam helikopter meninggal dalam kecelakaan itu,” kata seorang pejabat senior Iran kepada Reuters.
Kematian Raisi kemudian dikonfirmasi dalam sebuah pernyataan di media sosial oleh Wakil Presiden Mohsen Mansouri dan di televisi pemerintah.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei juga telah memposting penghormatan kepada Presiden Ebrahim Raisi. Dalam postingan di X, Pemimpin Tertinggi memposting foto dirinya dan Raisi dengan pesan singkat mengacu pada Imam Reza, imam kedelapan Islam Syiah dan tokoh yang dihormati di Iran.
- Starlink Diluncurkan di Bali, Berikut Jejak Elon Musk Merevolusi Internet Langit
- Rekomendasi Film Dokumenter Burning Sun: Investigasi Skandal Seks K-Pop oleh Dua Jurnalis Korea
- Ada 160 Ribu Kematian per Tahun, RI Dorong TBC Resisten Obat Masuk Agenda PBB
Helikopter Raisi ditemukan dalam kondisi hancur dan terbakar di wilayah pegunungan. Penemuan ini tidak lepas dari jasa drone Turki Bayraktar TB2 yang ikut dikerahkan dalam misi pencarian tersebut. TB2 berhasil mendeteksi titik panas yang kemudian menuntun para pencari di darat.
Raisi yang berusia 63 tahun ini merupakan seorang tokoh yang mewakili faksi konservatif dan garis keras dalam politik Iran. Dia menjabat sebagai presiden selama hampir tiga tahun, dan tampaknya akan mencalonkan diri kembali pada pemilu tahun depan.
Sesuai konstitusi, Iran mempunyai solusi yang jelas jika seorang presiden tidak mampu menjalankan tugasnya karena sakit, meninggal, atau dimakzulkan dan diberhentikan oleh parlemen. Wakil presiden dalam hal ini, Mohammad Mokhber akan menjalankan urusan negara. Dia akan bekerja bersama dengan ketua parlemen dan lembaga peradilan mengawasi pemilihan presiden baru dalam waktu maksimal 50 hari. Di Iran, wakil presiden bukanlah jabatan yang dipilih tetapi ditunjuk oleh Presiden.
Raisi pertama kali mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2017 namun gagal. Dia akhirnya terpilih pada tahun 2021.
Awal Karier
Raisi mulai belajar di sekolah keagamaan Qom yang terkenal pada usia 15 tahun. Kemudian melanjutkan belajar di bawah bimbingan beberapa cendekiawan Muslim pada saat itu. Di awal usia 20-an, ia diangkat menjadi jaksa di sejumlah kota hingga ia pergi ke ibu kota Teheran untuk bekerja sebagai wakil jaksa.
- Pertumbuhan Kredit Perbankan Maret Lebih Moncer Dibanding Februari
- Awas Bahaya IndoXXI & LK21, Ini Dia Alternatif 5 Link Film Secara Legal
- Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024 Segera Dibuka, Berikut Link dan Cara Daftarnya
Pada tahun 1983, ia menikah dengan Jamileh Alamolhoda, putri Imam Sholat Jumat Masyhad Ahmad Alamolhoda. Mereka kemudian memiliki dua anak perempuan.
Selama lima bulan pada tahun 1988, ia menjadi bagian dari sebuah komite yang mengawasi serangkaian eksekusi tahanan politik. Sebuah masa lalu yang membuatnya tidak populer di kalangan oposisi Iran dan menyebabkan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadapnya. Pada tahun 1989, dia diangkat menjadi jaksa di Teheran setelah kematian Pemimpin Tertinggi pertama Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Raisi terus naik pangkat di bawah pengganti Khomeini, Ayatollah Khamenei. Pada 7 Maret 2016, dia diangkat menjadi ketua Astan Quds Razavi. Lembaga keagamaan terbesar di Masyhad. Ini mengukuhkan statusnya dalam pemerintahan Iran.
Mencalonkan diri sebagai presiden
Raisi pertama kali mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2017 melawan Hassan Rouhani , yang mencalonkan diri kembali. Rouhani telah mengawasi negosiasi perjanjian nuklir Iran tahun 2015 dengan negara-negara besar. Perjanjian dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) tersebut membatasi program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi.
Setelah kekalahannya, Raisi mulai merencanakan kampanye presiden berikutnya. Pada bulan Juni 2021, dia memperoleh 62 persen suara. Namun pemilu tersebut dirusak oleh rendahnya jumlah pemilih yakni hanya 48,8 persen. Rendahnya pemilih ini dikarenakan beberapa tokoh reformis dan moderat dicegah untuk mencalonkan diri.
Pada saat itu, JCPOA berada dalam kondisi kacau setelah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump secara sepihak menarik diri dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran. Ini berdampak buruk terhadap perekonomian Iran. Pandemi COVID-19 memperburuk keadaan, dengan angka kematian melebihi 97.000 pada Agustus 2021.
Koneksi
Raisi memiliki kredibilitas kuat dalam lembaga keagamaan. Dia memiliki hubungan kuat dengan mendiang Khomeini serta dengan Khamenei. Ia juga berhasil menjaga hubungan baik dengan semua cabang pemerintahan, militer dan legislatif serta kelas penguasa yang kuat.
Namun, Raisi memimpin Iran pada saat masyarakat marah atas memburuknya standar hidup. Sebagian karena sanksi dan apa yang oleh para kritikus digambarkan sebagai prioritas pertahanan dibandingkan masalah-masalah dalam negeri.
- Starlink Diluncurkan di Bali, Berikut Jejak Elon Musk Merevolusi Internet Langit
- Rekomendasi Film Dokumenter Burning Sun: Investigasi Skandal Seks K-Pop oleh Dua Jurnalis Korea
- Ada 160 Ribu Kematian per Tahun, RI Dorong TBC Resisten Obat Masuk Agenda PBB
Pada akhir tahun 2022, kemarahan publik meletus atas kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral Iran. Gadis berusia 22 tahun tersebut ditangkap ketika meninggalkan stasiun metro di Teheran bersama anggota keluarganya. Protes mengguncang Iran selama berbulan-bulan.
Unjuk rasa berakhir pada pertengahan tahun 2023 setelah sekitar 500 orang terbunuh ketika pasukan keamanan bergerak membubarkan protes tersebut. Misi pencari fakta PBB pada bulan Maret 2024 ini menyatakan Iran melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam tindakan keras tersebut.
Konfrontasi internasional
Raisi juga tidak menghindar dari konfrontasi internasional. Dia marah dengan Amerika terkait JCPOA dan ketidakmampuan negara-negara penandatangan lainnya untuk menyelamatkan pakta tersebut. Raisi dengan tegas mengumumkan bahwa Iran meningkatkan program nuklirnya, namun tidak tertarik pada bom.
Baru-baru ini, ia memimpin Iran mengatasi perselisihan dengan Israel. Hal ini terjadi ketika kedua negara saling berhadapan mengenai serangan Israel yang tiada henti di Gaza. Iran telah terang-terangan mengutuk serangan brutal Israel terhadap warga sipil Palestina.
Pada awal April, gedung konsulat Iran di Damaskus diserang menewaskan tujuh orang termasuk seorang komandan utama dan wakilnya. Israel dituduh ada di balik serangan tersebut
- Pertumbuhan Kredit Perbankan Maret Lebih Moncer Dibanding Februari
- Awas Bahaya IndoXXI & LK21, Ini Dia Alternatif 5 Link Film Secara Legal
- Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024 Segera Dibuka, Berikut Link dan Cara Daftarnya
Selama hampir dua minggu, setiap ucapan Raisi menjadi sasaran pengawasan ketat seiring dunia menunggu tanggapan Teheran. Pada 15 April, Iran melancarkan serangan yang terekam dengan baik. Iran disebut melibatkan lebih dari 120 rudal balistik, 170 drone, dan lebih dari 30 rudal jelajah untuk menyerang Israel. Sebagian besar rudal dicegat di luar perbatasan Israel. Kerusakan kecil dilaporkan terjadi di beberapa wilayah Israel. Dan serangan tersebut membuahkan tanggapan yang tidak berarti.
Persaingan regional antara Iran dan Israel juga dapat dilihat di Suriah. Di mana Israel telah melancarkan banyak serangan selama bertahun-tahun. Serangan menargetkan kemampuan militer Iran di sana.
Iran telah menjalin hubungan dekat dengan Suriah selama bertahun-tahun dengan mendukung Presiden Bashar al-Assad. Dengan dukungan militer dan taktis, Iran telah memperluas pengaruhnya di Suriah sementara kelompok sekutunya di Lebanon, Hizbullah, juga memperkuat pasukan Assad.
Antara melanjutkan kebijakan luar negeri yang sudah ada dan menghadapi konfrontasi baru di dalam negeri dan internasional, Raisi terbukti sebagai presiden yang kontroversial. Namun, hubungannya yang kuat dengan semua tingkatan pemerintahan di Iran juga membuatnya menjadi kandidat kuat untuk masa jabatan kedua. Dan mungkin untuk jabatan tertinggi di Iran, yaitu Pemimpin Tertinggi. Namun semuanya berakhir dengan kecelakaan mematikan.