Dipatok Rp318 per Lembar, MNC Bank Berpotensi Raih Rp4,53 Triliun dari Rights Issue
- Bank milik taipan Hary Tanoesoedibjo ini bakal menerbitkan paling banyak 14,23 miliar lembar saham baru.
Korporasi
JAKARTA – PT MNC Bank Internasional Tbk (BABP) memproyeksikan bisa meraup Rp4,53 dari aksi korporasi rights issue. Adapun harga pelaksanaan rights issue yang dipatok bank digital ini sebesar Rp318 per lembar saham.
Bank milik taipan Hary Tanoesoedibjo ini bakal menerbitkan paling banyak 14,23 miliar lembar saham baru. Nominal pelaksanaan tersebut berada dalam rentang harga saham BABP yang bergerak dari Rp50 pada Januari hingga mencapai Rp444 pada Agustus 2021.
PT MNC Kapital Tbk (BCAP) sebagai pemegang saham mayoritas BABP bakal turut berpartisipasi dengan mencaplok 628,93 juta lembar atau senilai Rp200 miliar. Berdasarkan prospektus BABP, kepemilikan saham BCAP masih tetap terdilusi.
Kepemilikan saham seri A BCAP di BABP terdilusi dari 32,70% menjadi 25,20% setelah rights issue rampung. BCAP juga mengalami dilusi pada kepemilikan saham seri B nya menjadi 11,08% dari sebelumnya 12,17%.
- Usai Terkoreksi 2 Bulan, PMI Manufaktur Indonesia Agustus 2021 Naik 43,7
- Rampungkan 2 Tol, Waskita Ajukan PMN Tahun Depan Rp3 Triliun
- IHSG Uji Level Support, Rekomendasi Saham Mirae Asset: ARTO, BBYB, dan BGTG
Meski begitu, BABP masih belum memiliki stand by buyer dalam gelaran rights issue ini. Setelah dikurangi biaya emisi, BABP mengungkapkan bakal menggunakan dana ini untuk memperkokoh modal inti atau tier 1 dan ekspansi bisnis perseroan.
“Sekitar 62% akan digunakan sebagai modal untuk mendukung ekspansi kredit/aktiva produktif perseroan secara digital dan konvensional dengan porsi mayoritas digital sebesar 78% dan konvensional sebesar 22%,” ujar Manajemen dalam prospektus, Kamis, 2 September 2021.
Lalu, sebanyak 5% dana rights issue dialokasikan untuk pengembangan aplikasi MotionBanking. Dana ini menjadi suntikan perseroan untuk mengembankan credit scoring berbasis kecerdasan buatan (artifical intellegence/AI).
“Sekitar 5% akan digunakan untuk biaya operasional yang dikapitalisasi seperti rekrutmen, pengembangan sumber daya manusia dan promosi untuk memperoleh pengguna baru MotionBanking dan sisanya sebesar 28% akan digunakan untuk memperkuat CAR (Capital Adequacy Ratio) untuk cadangan aset produktif ke depannya,” jelas manajemen.
Dengan mengandalkan ekosistem digital MNC Group, BABP optimistis bisa meraup lebih banyak pegguna baru aplikasi MotionBanking. Pasalnya, seluruh jaringan ekosistem digital MNC Group memiliki basis pengguna hingga 390 juta akun.
Penurunan Kinerja
Kendati demikian, dari segi kinerja, BABP mengalami penurunan. BABP mengalami penurunan laba bersih 6,7% year on year (yoy) dari Rp5,13 miliar pada semester I-2020 menjadi Rp4,78 miliar pada semester I-2021.
Penurunan kinerja ini dipantik oleh merosotnya pendapatan bunga BABP hingga 6,8% yoy. Jumlah pendapatan bunga BABP menukik dari Rp500,04 miliar pada semester I-2020 menjadi Rp465,86 miliar pada semester I-2021.
Dari segi intermediasi bank, BABP tercatat menyalurkan kredit sebesar Rp7,69 triliun atau naik 8,10% dibandingkan posisi akhir 2020 yang sebesar Rp7,12 triliun. Dari jumlah tersebut, rasio kredit bermasalah (Non performing loan/NPL) gross BABP parkir di level 4,48%.
- Tujuh Bank Setuju Restrukturisasi Kredit Waskita Karya Rp21,9 Triliun
- Hary Tanoe Ancang-Ancang Luncurkan Produk P2P Lending Baru, MotionKredit
- Pengendali Ultra Voucher Jual 20 Juta Saham UVCR ke Grup Investor Asing
NPL gross BABP diketahui telah menurun dibandingkan semester I-2020 yang sempat menyentuh 5,53%. Meski begitu, capaian NPL Gross BABP masih bertengger di atas rata-rata industri yang sebesar 3,24%.
Kondisi ini diperburuk dengan Net Interest Margin (NIM) BABP yang merosot menjadi 3,74% dari posisi sebelumnya di semester I-2020 sebesar 4,79%. Sementara itu, Return on Asset (ROA) BABP juga semakin turun dari 0,13% pada semester I-2020 menjadi 0,11% pada semester I-2021.
Adapun penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BABP pada paruh pertama tahun ini mencapai Rp9,93 triliun Capaian itu telah mengalami kenaikan sebesar Rp728 miliar dibandingkan posisi akhir 2020 yang sebesar Rp9,20 triliun.
Secara keseluruhan, BABP memiliki aset sebesar Rp12,15 triliun atau naik dibandingkan akhir 2020 yang sebesar Rp11,65 triliun. Di sisi lain, akumulasi liabilitas BABP merangkak naik dari Rp10,10 triliun pada akhir 2020 menjadi Ro10,61 triliun pada semester I-2021.