Ilustrasi produksi minyak mentah
Dunia

Dipicu Rencana Pembatasan Harga Gas Rusia oleh Eropa, Harga Minyak Dunia Diprediksi Menguat ke US$87 per Barel

  • Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$87 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level $77 per barel.
Dunia
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA -Pada penutupan pekan pagi ini, harga minyak terpantau masih berada dalam tren bullish didukung oleh sentimen dari rencana pertemuan Uni Eropa (UE) untuk membahas pembatasan harga gas Rusia, serta penjatuhan sanksi terbaru AS terhadap Iran. Meski demikian, rencana perilisan minyak serta laporan stok AS membatasi pergerakan harga lebih lanjut.

Research & Development Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Girta Yoga menilai merangkaknya harga minyak dunia lantaran negara-negara UE dijadwalkan akan mengadakan pertemuan darurat pada hari Jumat untuk membahas mengenai usulan pembatasan harga terhadap gas Rusia serta rencana pemangkasan biaya energi UE sebelum memasuki musim dingin. 

“Berita tersebut memicu kekhawatiran akan memaksa Rusia untuk untuk menghentikan pasokan dari pipa gas Nord Stream 1 secara total ke UE, yang sekaligus akan memperparah krisis energi di UE saat musim dingin nanti. Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya telah melontarkan ultimatum untuk menghentikan ekspor minyak dan gas jika batas harga diberlakukan oleh pembeli Eropa,” kata dia kepada TrenAsia, Jumat, 9 September 2022.

Ditambahkan, faktor lain yang mendorong pergerakan harga minyak lebih lanjut adalah AS kemarin menjatuhkan sanksi terbaru pada Iran yang menargetkan empat perusahaan terkait produksi drone dan satu individu dari Iran.

AS menuduh keterlibatan Iran sebagai pemasok drone ke Rusia yang digunakan dalam perang di Ukraina. Penjatuhan sanksi tersebut memicu potensi akan menghambat kemajuan dalam negosiasi nuklir Iran, yang sekaligus mengisyaratkan tertundanya Iran untuk dapat memasok minyak ke pasar global dalam kapasitas penuh.

Sementara itu, Departemen Energi AS mempertimbangkan untuk melakukan perilisan lebih lanjut dari cadangan darurat negara setelah berakhirnya perilisan saat ini sebesar 180 juta barel yang akan berakhir pada bulan Oktober, ungkap Menteri Energi Jennifer Granholm kemarin.

Dari sisi pasokan, persediaan minyak mentah AS dalam sepekan melonjak naik sebesar 8,84 juta barel, di luar dugaan sebelumnya yang memperkirakan stok akan turun sebesar 250 ribu barel, ungkap laporan yang dirilis kemarin malam oleh badan statistik pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA). 

Selain itu, stok bensin juga dilaporkan naik sebesar 333 ribu barel untuk pekan yang berakhir 2 September. Kenaikan stok minyak mentah serta bensin tersebut mengindikasikan permintaan yang sedang lesu di pasar energi AS.

Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$87 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level $77 per barel.