
Dipimpin Malaysia, ASEAN Siap Manuver Lawan Tarif Impor AS
- Malaysia sebagai Ketua ASEAN 2025 mendapat mandat penting, menjembatani komunikasi dengan Amerika Serikat. Negara jiran ini diharapkan memimpin diplomasi tingkat tinggi guna menenangkan ketegangan dan menjaga kepentingan kolektif kawasan.
Nasional
JAKARTA - Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump kembali mengguncang panggung perdagangan global. Per 9 April 2025, Negeri Paman Sam resmi memberlakukan tarif resiprokal terhadap Indonesia sebesar 32%, naik tajam dari basis tarif 10% yang dikenakan secara umum kepada seluruh negara mitra.
Walapun akhirnya tarif tersebut ditunda untuk diterapkan selama 90 hari ke depan, pengumuman Trump segera memicu gejolak global. Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi Trump untuk menyeimbangkan arus perdagangan global dengan cara mengenakan bea masuk tambahan (ad valorem) terhadap barang impor berdasarkan negara asal.
Lebih dari 50 negara, termasuk Indonesia, kini tengah menjalin komunikasi intensif dengan Washington untuk menegosiasikan pencabutan atau penyesuaian tarif tersebut.
Dalam situasi yang sarat tekanan, Indonesia mengambil langkah taktis dengan menggagas pertemuan darurat para menteri ekonomi ASEAN pada hari kamis kemarin, 10 April 2025.
Langkah ini bukan hanya sinyal kekhawatiran, tetapi juga bentuk manuver kolektif ASEAN untuk memastikan bahwa kawasan ini tidak menjadi korban samping dalam benturan dua kekuatan ekonomi dunia.
Pertemuan Negara ASEAN
Pertemuan khusus ASEAN Economic Ministers (AEM Special Meeting) yang digelar secara virtual menjadi panggung awal bagi ASEAN untuk mengonsolidasikan posisi.
Dipimpin oleh Menteri Perdagangan Indonesia, Budi Santoso, dan didampingi oleh pejabat tinggi dari Kementerian Koordinator Perekonomian dan Kementerian Luar Negeri, forum ini menyatukan suara sepuluh negara ASEAN untuk satu tujuan, mempertahankan stabilitas ekonomi kawasan di tengah turbulensi global.
“Pertemuan khusus ini bertujuan membahas isu terkait tarif timbal-balik Amerika Serikat yang diumumkan pada 2 April 2025, terutama dampaknya terhadap negara-negara anggota ASEAN, serta strategi dan respons kolektif ASEAN ke depan,” jelas Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam keterangannya kepada awak media di Jakarta, Jumat, 11 April 2025.
Tujuan dari pertemuan ini merumuskan respons bersama terhadap kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat kepada negara ASEAN pada khususnya, dan ke seluruh dunia pada umumnya.
Lima Langkah Manuver ASEAN
Alih-alih mengikuti jejak China dalam menerapkan tarif tandingan, ASEAN memilih strategi yang lebih diplomatis. Dalam pertemuan tersebut, seluruh anggota sepakat untuk tidak melakukan retaliasi.
Sebaliknya, ASEAN akan menjaga hubungan baik dengan Washington melalui pendekatan dialog dan kerja sama strategis. Keputusan ini mencerminkan pendekatan khas ASEAN yang lebih mengedepankan stabilitas regional ketimbang konfrontasi.
Menurut ASEAN ingin menghindari benturan langsung dan memaksimalkan jalur komunikasi yang sudah dibangun. Nantinya ASEAN-US TIFA (Trade and Investment Framework Arrangement) dan kemitraan strategis ASEAN-AS menjadi platform utama untuk menyampaikan kekhawatiran dan aspirasi kolektif kawasan.
Sebagai bagian dari manuver yang lebih besar, ASEAN merancang lima langkah strategis untuk menghadapi potensi gejolak perdagangan global:
Pertama memaksimalkan forum kerja sama ASEAN-AS, termasuk TIFA dan dialog tingkat tinggi, untuk memperkuat posisi tawar. Kedua menegakkan integrasi kawasan melalui perjanjian perdagangan intra-ASEAN seperti ATIGA (ASEAN Trade in Goods Agreement) dan DEFA (Digital Economy Framework Agreement).
Ketiga menjajaki mitra dagang baru sambil memperkuat relasi yang sudah ada guna mengurangi ketergantungan pada pasar AS. Keempat mengeksplorasi ekspansi RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) sebagai jalur diversifikasi perdagangan. Kelima mendorong keterlibatan berkelanjutan AS di ASEAN, terutama dalam sektor digital, energi hijau, dan infrastruktur.
Langkah-langkah ini bukan hanya respons jangka pendek, tapi bagian dari upaya menyusun ulang peta hubungan dagang ASEAN dengan dunia, terutama di tengah ketidakpastian geopolitik.
Malaysia Sebagai Ketua ASEAN 2025
Dalam momen krusial ini, Malaysia sebagai Ketua ASEAN 2025 mendapat mandat penting, menjembatani komunikasi dengan Amerika Serikat. Negara jiran ini diharapkan memimpin diplomasi tingkat tinggi guna menenangkan ketegangan dan menjaga kepentingan kolektif kawasan.
Malaysia juga didorong untuk memperkuat peran ASEAN dalam percakapan global seputar perdagangan yang adil dan berkelanjutan, seraya mengusulkan pembentukan ASEAN Geoeconomics Task Force sebagai think tank regional yang mampu merespons cepat dinamika global.
"ASEAN Economic Ministers Special Meeting juga membahas tentang pembentukan Satuan Tugas Geoekonomi (Geoeconomics Task Force) ASEAN, dan rencananya akan diadakan ASEAN Virtual Summit untuk menindaklanjuti AEM Special Meeting ini," jelas Susiwijono.
Sebagai tindak lanjut konkret dari pertemuan ini, ASEAN tengah mempersiapkan ASEAN Virtual Summit yang akan digelar dalam waktu dekat. Summit ini akan menjadi ajang untuk menyampaikan posisi kolektif ASEAN kepada mitra global, sekaligus memperkuat diplomasi ekonomi yang berbasis kerja sama, bukan kompetisi.
Meski narasi manuver ini tampak menjanjikan, pertanyaannya tetap sama, mampukah ASEAN mempertahankan kesatuan langkah di tengah tarik-ulur kepentingan nasional masing-masing anggota? Di sinilah ujian sesungguhnya bagi blok regional ini.
Dengan pendekatan diplomatik yang cermat, strategi diversifikasi pasar, dan penguatan ekonomi internal kawasan, ASEAN berpotensi menjadi kekuatan penyeimbang baru dalam tatanan ekonomi dunia yang tengah berubah.