<p>Arcandra Tahar</p>
Nasional

Diproyeksi Masih Tinggi, Arcandra Tahar Beberkan Outlook Harga Minyak dan Batu Bara di Tahun Ini

  • Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Arcandra Tahar membeberkan proyeksi nya mengenai outlook perkembangan industri ekonomi di sektor energi khususnya pada harga minyak dan batu bara dunia di tahun 2022.

Nasional

Muhammad Farhan Syah

JAKARTA – Komisaris Utama dari perushaan Subholding Gas Pertamina yakni PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Arcandra Tahar membeberkan proyeksi nya mengenai outlook perkembangan industri ekonomi di sektor energi khususnya pada harga minyak dan batu bara dunia di tahun 2022.

Hal tersebut disampaikan pria yang juga merupakan mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dalam sebuah kesempatan di acara webinar yang diselenggarkaan oleh PGN dengan mengusung tema “PGN Energy Economic Outlook 2022”.

Dalam paparan nya, Arcanda menjelaskan bagaimana proyeksi kemungkinan pergerakan harga pada komoditas minyak dan batu bara dunia serta faktor-faktor yang akan mempengaruhi nya di tahun 2022 ini.

Untuk komoditas minyak, Arcandra menjelaskan bahwa harga minyak dunia akan bergantung pada bagaimana cara dunia mengontrol pengendalian COVID-19 termasuk varian-varian baru nya.

“Apabila itu dapat terkontrol dengan baik, kemungkinan harga akan berada di rentan US$65-70 per barrel, namun demikian jika tidak dapat terkontrol harga bisa turun dibawah US$65 per barrel,” jelas Arcandra dalam paparan nya dikutip Senin, 17 Januari 2022.

Selain itu, berbagai macam aksi korporasi para perusahaan kakap Minyak dan Gas serta kebijakan yang dilakukan oleh OPEC+ (Organization of the Petroleum Exporting Countries) dalam rangka mengontrol sisi suplai juga dinilai akan mempengaruhi pergerakan pada harga minyak dunia di tahun ini.

Pada komoditas batu bara, dirinya tidak menampik kabar bahwa kemungkinan besar harga batu bara masih akan terus mengalami tren kenaikan harga yang bahkan berpotensi lebih tinggi dari harga batu bara pada masa pra-pandemi sebelumnya.

“Ternyata tahun ini, ada kemungkinan kebutuhan nya lebih tinggi daripada pra-pandemi, sehingga harga akan tetap berada diatas US$70 per ton lagi,” ujar Arcandra.

Hal tersebut dipengaruhi oleh tingginya konsumsi China dan India pada batu bara dunia yang mendominasi hingga 65% kebutuhan batu bara dunia, komitmen China untuk tidak berinvestasi lagi pada PLTU (Pembangkit Listirk Tenaga Uap) juga dianggap masih bersebrangan mengingat China masih membutuhkan sumber energi murah agar produk nya bisa bersaing di pasar internasional.

Selain itu, masih merengganya nya hubungan diplomasi dagang antara China-Australia juga disebut masih akan menjadi faktor kuat dari penyebab adanya krisis energi di sejumlah negara eropa, ditambah dengan adanya kebijakan larangan ekspor batu bara di Indonesia yang juga turut membuat harga batu bara kian melonjak hingga diatas US$200 per ton untuk kontrak ICE Newcastle bulan Januari 2022.