Direktur BNI Sebut Higher for Longer Diprediksi Berakhir pada Kuartal II-2024
- Tren kenaikan suku bunga tinggi, yang dikenal dengan istilah "higher for longer" baru akan mencapai titik puncak pada kuartal II-2024 mendatang.
Perbankan
JAKARTA – Tren kenaikan suku bunga tinggi, yang dikenal dengan istilah "higher for longer" diperkirakan akan berlanjut dalam jangka waktu yang lebih lama dan diprediksi baru akan mencapai titik puncak pada kuartal II-2024 mendatang.
Prediksi puncak suku bunga tersebut dikatakan oleh Direktur Institutional Banking PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Muhammad Iqbal dalam acara CEO Networking 2023 bertajuk Achieving Sustainable Growth through Cohesive Collaboration di Jakarta, pada Selasa, 07 November 2023.
Iqbal sapaan akrabnya menjelaskan bahwa tren kenaikan suka tinggi ini disebabkan oleh masih tingginya tensi geopolitik di tingkat global, salah satu penyebab utama adalah konflik yang sedang terjadi di Timur Tengah.
- Lebih Tinggi dari Banyak Negara, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,94 Persen
- Seminggu, Pertamina Small Medium Enterprise Expo Cetak Transaksi Miliaran Rupiah
- Perdagangan Sulsel Surplus Rp12,63 Triliun
"Dengan perkembangan tensi geopolitik yang tinggi, sepertinya trennya akan berlangsung lebih panjang dan kami melihat bahwa kebijakan suku bunga tinggi ini masih akan terus tinggi dan baru akan turun di kuartal II 2024," ujar Iqbal dalam keterangan tertulisnya.
Oleh sebab itu, mengacy pada konteks kemungkinan situasi tersebut, ia mengingatkan bahwa likuiditas yang memadai adalah syarat utama yang harus dimiliki seluruh perbankan di Indonesia. “Dan konsekuensinya mungkin akan terjadi peningkatan cost of fund yang sangat signifikan," paparnya.
Selain mempertahankan tingkat likuiditas yang mencukupi, lanjutnya, sektor perbankan juga perlu memantau portofolio kredit modal untuk menjamin kelangsungan bisnis dalam jangka panjang.
"Kami di BNI juga menjaga portofolio kredit permodalan guna memastikan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang," terang Iqbal.
Dalam kesempatan ini, Iqbal menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan di tingkat 5% dapat menjadi landasan yang kokoh untuk menciptakan iklim investasi yang positif di masa depan.
Selain itu, dengan target pemerintah untuk meningkatkan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) Indonesia menjadi 14.000 dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2045, potensi untuk mengubah ekonomi domestik dari yang berfokus pada konsumsi menjadi investasi semakin terbuka.
Sementara itu, suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) saat ini tetap tinggi, berkisar antara 5,25 persen hingga 5,50 persen. Sejak Maret 2022 hingga Juli 2023, The Fed telah melakukan peningkatan suku bunga secara agresif sebanyak 525 basis poin (bps).
Lalu, di dalam negeri, suku bunga Bank Indonesia (BI) 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) juga bertahan di tingkat yang tinggi, yaitu 6,00 persen, setelah mengalami kenaikan sebesar 25 bps pada pertemuan terakhir.