Dirut Garuda Yakin Jokowi Tak Ingin Perusahaan Bangkrut.jpg
Industri

Dirut Garuda Optimistis Presiden Jokowi Tak Ingin Perusahaan Bangkrut

  • Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra optimistis bahwa Presiden Joko Widodo tidak menginginkan maskapai penerbangan nasional ini bangkrut (pailit).

Industri

Daniel Deha

JAKARTA - Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra optimistis bahwa Presiden Joko Widodo tidak menginginkan maskapai penerbangan nasional (flag carrier) tersebut bangkrut (pailit).

Menurut dia, hal itu terlihat dari sikap politik Jokowi yang memilih pulang bersama pesawat Garuda Indonesia ketika selesai melakukan kunjungan di Uni Emirat Arab (UEA) pada 5 November lalu.

Saat itu, Jokowi dan rombongan bertolak Bandara Internasional Al Maktoum, Dubai, dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia GIA-1, dan kemudian mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Menurut Irfan, pilihan tersebut merepresentasikan bahwa Kepala Negara tidak menginginkan Garuda Indonesia bangkrut sebagaimana wacana yang berkembang belakangan ini.

"Lihat dong gestur Pak Presiden Jokowi kemarin waktu naik Garuda. Dalam kondisi gini malah beliau naik Garuda. Beliau kan orang Jawa, Solo. Nggak semua yang dia mau dia ungkapkan," ujar Irfan dalam bincang-bincang dengan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga di YouTube Kementerian BUMN, dilihat Rabu, 17 November 2021.

Irfan percaya bahwa masyarakat Indonesia dan seluruh komponen yang berkepentingan dengan Garuda Indonesia tidak menginginkan agar perseroan dibubarkan. Garuda Indonesia, kata dia, telah menjadi brand maskapai nasional sekaligus identitas bangsa.

Untuk itu, sulit menggantikan posisi atau brand Garuda Indonesia, termasuk salah satunya dengan PT Pelita Air Services yang juga beredar kencang akhir-akhir ini.

"Satu yang tidak bisa kalahkan kita adalah brand kita, gila. Saya nggak lihat satu tetes pun niatan untuk ini di-pailit-kan," ungkapnya.

Sebagai pimpinan perusahaan, Irfan menegaskan bahwa pihaknya saat ini fokus pada upaya restrukturisasi utang yang telah menjadi opsi utama untuk mengurai masalah yang mendera perusahaan.

Proses negosiasi tengah berlangsung dan ada kedipan "lampu kuning" bahwa para lessor berniat baik untuk menyelamatkan Garuda Indonesia dari beban utang yang membengkak. Karena itu, Irfan berharap dukungan semua pihak, terutama pemilik saham mayoritas (pemerintah) agar proses restrukturisasi bisa berjalan baik.

"Probability-nya restrukturisasi gagal di bawah 10 persen, ini musti punya percaya diri. Yang paling berat lessor-nya. Kita komunikasi terus," papar Irfan.

 Irfan yakin bahwa Garuda Indonesia bisa bangkit di tengah tekanan utang dan kinerja operasional perusahaan yang belum membaik. Hingga kuartal III-2021, Garuda Indonesia tercatat mengalami kerugiaan bruto hingga Rp10,3 triliun.

Satu hal yang menumbuhkan optimisme tersebut adalah kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka travelling, melakukan kegiatan sosial atau reuni, leisure (berlibur) dan juga aktivitas lainnya. Perilaku konsumen Indonesia inilah yang mengubah fokus bisnis perusahaan untuk melayani pasar domestik.

"Saya percaya sekali bisa bangkit karena pergerakan masyarakat," katanya.*