Ilustrasi Pergudangan. Foto: pexels.com
Industri

Diserbu E-Commerce dan Logistik, Tingkat Sewa Pergudangan Jabodetabek Capai 91 Persen

  • Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia mencatat sektor pergudangan di Jabodetabek tetap stabil di angka 91% meski ada pertambahan suplai baru sebesar 140.000 meter persegi (m2) pada kuartal II-2021.
Industri
Reza Pahlevi

Reza Pahlevi

Author

JAKARTA – Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia mencatat sektor pergudangan di Jabodetabek tetap stabil di angka 91% meski ada pertambahan suplai baru sebesar 140.000 meter persegi (m2) pada kuartal II-2021.

Pertambahan suplai baru ini berasal dari empat proyek yang baru rampung di Jakarta dan Bekasi. JLL memperkirakan akan ada tambahan sekitar 70.000 meter persegi (m2) dari proyek-proyek tersebut hingga akhir 2021. Adapun, suplai keseluruhan pergudangan Jabodetabek tercatat 2 juta m2.

“Mengingat keterbatasan pasokan di Jabodetabek, penambahan gudang-gudang baru ini direspons cukup baik oleh para tenant, khususnya penyedia jasa logistik dan e-commerce,” ujar Head of Industrial JLL Indonesia Farazia Basarah, dikutip Jumat, 23 Juli 2021.

Hingga kuartal II-2021, tingkat keterisian pergudangan Jabodetabek tercatat 91%, tetap stabil sejak 2020. Penyedia jasa logistik masih menjadi penyewa utama dari pergudangan Jabodetabek. JLL Indonesia mencatat 50% keterisian gudang diisi oleh sektor logistik.

Selain ruang pergudangan, Farazia mengatakan, permintaan data centre atau pusat data juga menjadi daya tarik bagi para investor dan pelaku bisnis baik lokal maupun internasional.

Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim mengatakan sektor pergudangan Jabodetabek ini telah berkembang pesat sejak 2018. Ini terbukti dari lebih besarnya gudang yang dibangun sebelum ada penyewa (speculatively-built) daripada gudang yang menyesuaikan penyewa (built-to-suit).

Pada kuartal II-2021, sebesar 57% suplai gudang yang ada berformat speculatively-built, sisanya 43% dibangun built-to-suit. Ini berbanding terbalik dari 2018 saat 60% gudang yang dibangun berformat built-to-suit, sementara 40% speculatively-built.

“Para pengembang mulai berani membangun gudang-gudang yang memiliki tenant (penyewa) tetapi memang mereka yakin permintaan tetap akan cukup sehat untuk mengisi gudang-gudang mereka,” kata Yunus.

Suplai pergudangan Jabodetabek terkonsentrasi di kawasan Bekasi-Cikarang dan Jakarta. Menurut Yunus, kedekatan dengan gerbang tol dan pengguna akhir (konsumen) menjadi pertimbangan utama para penyewa.

Banyaknya gudang di kawasan Bekasi-Cikarang ini pun membuat kedua daerah ini memiliki tingkat hunian di bawah 90%. Tingkat hunian pergudangan Cikarang tercatat 88% sementara Bekasi tercatat 87%.

Di daerah lain, tingkat hunian tergolong tinggi di atas 95%. Jakarta tercatat terhuni 97%, Karawang 98%, Depok-Bogor 97%, dan Tangerang 100%.

JLL Indonesia memperkirakan harga sewa pergudangan dapat tumbuh secara sehat selanjutnya. Pada kuartal II-2021, rata-rata harga sewa tercatat Rp65.000-85.000 per m2 per bulannya. Lalu, akan ada juga sekitar 500.000 m2 suplai baru hingga 2023.