Dishub Bali: Bakal Ada LRT, Pariwisata Bali di Posisi Next Level
- Dinas Perhubungan Bali IGW Samsi Gunarta menyebut keberadaan Light Rail Transit (LRT) akan menjadikan pariwisata di Bali berada di posisi next level. Hal ini karena diusulkannya LRT menjadi bagian dari perluasan layanan bandara, sehingga memberikan alternatif lebih efisien bagi pengguna bandara serta membantu memecah kemacetan sekitarnya.
Nasional
JAKARTA - Dinas Perhubungan Bali IGW Samsi Gunarta menyebut keberadaan Light Rail Transit (LRT) akan menjadikan pariwisata di Bali berada di posisi next level.
Hal ini karena diusulkannya LRT menjadi bagian dari perluasan layanan bandara, sehingga memberikan alternatif lebih efisien bagi pengguna bandara serta membantu memecah kemacetan sekitarnya.
Sehingga nantinya wisatawan yang ingin mengakses di Bandara I Gusti Ngurah Rai akan mendapat pelayanan ekstra yaitu menjadi penumpang LRT yang bisa melakukan check in di luar bandara.
Sehingga mereka dipastikan dapat masuk ke area bandara tanpa takut terjebak macet. Selama jeda menunggu pesawat lepas landas, wisatawan juga memungkinkan untuk menikmati waktu dengan menikmati Bali.
- Tingkatkan Kunjungan Wisatawan China, Arab Saudi Gandeng Huawei
- Bukan Media Sosial, Ternyata Inilah Medium Penjualan Favorit Pelaku Usaha Online
- Resmi! Mentan Ajukan Pengunduran Diri ke Jokowi
“Yang terpenting dari skema ini adalah menangani kemacetan, serta memastikan pariwisata Bali itu berada di posisi next level layanan yang ada saat ini. Pariwisata kita bagus, tapi kita perlu pembenahan melalui dukungan infrastruktur khususnya moda transportasi yang memadai. Ini akan memastikan daya saing Bali meningkat pesat dibandingkan destinasi-destinasi wisata lainnya di dunia,” ujarnya dikutip Jumat, 6 Oktober 2023.
Di hadapan Menteri PPN, Samsi juga memaparkan rencana rute yang akan dibangun yaitu pada fase awal dari lintasan Bandara I Gusti Ngurah Rai hingga Mengwi dan ke depan direncanakan mencakup seluruh wilayah Bali.
Lintasan ini pun dibagi ke dalam tiga tahapan yakni fase 1 yaitu Bandara I Gusti Ngurah Rai ke Seminyak melalui Central Parkir, Fase 2 dari Seminyak ke Canggu, dan Fase 3 dari Canggu ke Mengwi.
Yang menjadi prioritas Pemprov Bali saat ini adalah Fase 1 Bandara-Seminyak, karena jalur ini sudah mengalami tingkat kemacetan yang parah. Kemudian Fase 1 dibagi dalam bagian yaitu Fase 1A Bandara-Central Parkir, dan Fase 1B Central Parkir-Seminyak.
“Sebagian besar akan menggunakan jalur bawah tanah, tapi di tempat-tempat yang memungkinkan memakai jalur menyentuh tanah maka kita akan gunakan metode itu,” tutup Samsi.
Untuk diketahui, proses pembangunan LRT di Bali diperkirakan akan dimulai pada awal tahun 2024. Samsi menyebut pihaknya sudah diminta untuk menyiapkan timeline dan menghitung mundur dari saat groundbreaking yang direncanakan di awal atau periode semester I tahun 2024 mendatang.
Biaya 3 kali lipat
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Ervan Maksum mengatakan ada banyak aturan pembangunan di Pulau Dewata. Oleh karena itu, alternatif pembangunan LRT adalah underground.
Alasannya, semua bangunan di Bali tidak boleh dibangun lebih tinggi dari pohon kelapa. Sehingga, LRT underground menjadi satu-satunya pilihan.
"Tidak boleh ke atas. Dan kalau mau pelebaran jalan, di sana banyak Pura. Bagaimana? Harus ke bawah (underground) satu-satunya cara," ucap Ervan dalam Seminar Nasional Strategi Green Financing Sektor Transportasi untuk Daya Saing Perkeretaapian Berkeadilan yang disiarkan secara daring, Rabu (20/9).
Untuk tahap awal proyek ini akan dibangun sepanjang 5,3 kilometer (km). Lintasan sepanjang itu akan menghubungkan Beranda I Gusti Ngurah Rai dengan Extended Terminal dan area parkir di Kuta Central Park.
Ervan menyebut biaya pembangunan LRT di bawah tanah tiga kali lipat dari pembangunan normal. Adapun biaya investasi yang dibutuhkan yakni mencapai US$596,28 juta atau setara Rp9,17 triliun (asumsi kurs Rp15.388 per dolar AS).
Dengan biaya sebesar itu, anggaran untuk membangun LRT tidak bisa mengandalkan hanya dari PT Kereta Api Indonesia (Persero). Tetapi, pemerintah daerah harus membuat Special Purpose Vehicle (SPV) antara PT Angkasa Pura I dan BUMD sebagai implementing agency.
Selain itu, pembangunan LRT juga bisa memanfaatkan pinjaman lunak kepada pemerintah daerah. Pemerintah juga berencana membuat regulasi passanger service charge (PSC) penumpang pesawat untuk pembiayaan LRT.
"Kita punya potensi besar namanya tourism, sehari datangnya 58 ribu orang, saya diskusi dengan Menhub bagaimana kalau kita aplikasikan PSC pak?" kata Ervan.
Tak hanya itu, pemerintah juga bakal menerapkan Transit Oriented Development (TOD) (sewa, parkir, dan iklan) dari bandara.