Disney Eksplorasi Cari Mitra untuk Lawan Penurunan di Pasar India
- Di India Walt Disney memiliki bisnis digital dan televisi di India seperti streaming Disney+ Hotstar dan Disney Star India.
Hiburan
NEW DELHI - Walt Disney sedang menjajaki opsi untuk menjual atau menemukan mitra joint venture atau usaha patungan untuk bisnis digital dan TV di India.
Di India Walt Disney memiliki bisnis digital dan televisi di India seperti streaming Disney+ Hotstar dan Disney Star India. Dilaporkan Business Today, Disney sedang mempertimbangkan opsi strategis untuk bisnis televisi tersebut, termasuk opsi usaha patungan atau penjualan.
Pembicaraan tersebut masih berada dalam tahap awal sehingga belum jelas opsi mana yang dipilih oleh Disney terkait operasinya di India. Disney Star India sendiri di bawah kepemilikan Disney semenjak 2019 setelah mengakuisisi aset hiburan 21st Century Fox.
Reuter menyebutkan, hingga 12 Juli 2023, belum ada calon pembeli atau mitra yang didekati. The Wall Street Journal pertama kali melaporkan berita pembicaraan Disney dan mengatakan perusahaan telah menghubungi setidaknya satu bank untuk mengidentifikasi peluang pertumbuhan bisnisnya di India sambil berbagi beberapa biaya terkait.
- Jenderal Rusia Kembali Jadi Korban Rudal Storm Shadow
- Cegah Stunting, Banjarmasin Menghindari Penikahan Dini
- Setelah Izinkan Swedia Masuk NATO, AS Siap Lepas F-16 ke Turkiye
Pasar Disney di India semakin melemah karena kedatangan kompetitor baru. JioCinema Reliance Industries, milik oleh orang terkaya di Asia, Mukesh Ambani, menjadi pesaing yang mengancam bisnis Disney karena menawarkan akses gratis ke turnamen kriket Liga Utama India atau Indian Premier League (IPL), yang hak digitalnya sebelumnya dipegang oleh Disney.
DIkutip dari Business Today, terdapat laporan yang mengungkapkan Disney+Hotstar diperkirakan akan kehilangan 8 juta hingga 10 juta pelanggan pada kuartal ketiga 2023.
Mengutip Reuters, Disney dan perusahaan lain yang bergerak dalam industri streaming dan media, telah memotong biaya karena dinilai memberikan dampak merugikan dari faktor ekonomi makro terhadap pendapatan iklan dan pertumbuhan pelanggan. Selain itu, Pada Februari lalu, perusahaan mengumumkan memangkas 7.000 pekerjaan sebagai upaya penghematan biaya sebesar USD 5,5 miliar (Rp82,17 triliun) dalam restrukturisasi besar-besaran perusahaan.