<p>PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) / Dok. Perseroan</p>
Korporasi

Disuspensi 2 Tahun, Produsen Kertas KBRI Terancam Ditendang BEI

  • PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) terancam didepak (delisting) dari pasar modal Indonesia. Pasalnya, saham emiten pulp dan kertas ini telah genap dua tahun disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) per 23 April 2021.

Korporasi

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) terancam didepak (delisting) dari pasar modal Indonesia. Pasalnya, saham emiten pulp dan kertas ini telah genap 2 tahun disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) per 23 April 2021.

Kepala Divisi Penilaian Perusahaan 1 BEI Adi Pratomo Aryanto dan Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan Irvan Susandy menjelaskan, pihaknya dapat menghapus saham perusahaan tercatat dengan beberapa alasan berikut.

Pertama, perusahaan tercatat mengalami kondisi yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha baik secara finansial atau secara hukum. Di samping itu, penghapusan saham juga bisa dilakukan apabila perseroan tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.

Kedua, otoritas bursa dapat menghapus pencatatan saham apabila perusahaan tercatat telah disuspensi sekurang-kurangnya selama 24 bulan atau dua tahun terakhir di pasar reguler dan pasar tunai, dan hanya diperdagangkan di pasar negosiasi.

“Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka saham perseroan telah disuspensi selama 24 bulan pada tanggal 23 April 2021,” ujar keduanya melalui keterbukaan informasi BEI, Minggu 25 April 2021.

Sebelumnya, Direktur Kertas Basuki Rachmat Indonesia Hendra Santoso menjelaskan bahwa perseroan telah melakukan komunikasi intensif dengan salah satu investor potensial dari China pada 2019. Ia mengklaim, investor tersebut telah menunjukkan ketertarikan dan keseriusannya kepada perseroan.

Namun, kata Hendra, komunikasi keduanya sempat terhenti ketika pandemi COVID-19 melanda China sejak akhir 2019, dan di Indonesia pada awal 2020. Ketika pandemi mulai mereda pada akhir tahun lalu, investor tersebut kembali menyatakan keseriusannya untuk berinvestasi.

“Hal ini dibuktikan dengan kedatang investor tersebut ke pabrik kami untuk melakukan survei dan pengecekan mesin-mesin pabrik pada akhir tahun 2020 dan saat ini sedang dilakukan due diligence oleh pihak Investor,” ujarnya melalui keterangan resmi yang dirilis melalui laman BEI, 5 Maret 2021.

Hendra menyatakan, saat ini perseroan tengah dalam tahap penyelesaian laporan keuangan audit untuk Tahun Buku 2019 dan Tahun Buku 2020. Selain itu, perseroan mengaku terus membangun komunikasi dengan pemegang saham mayoritas untuk mencari solusi yang terbaik.

“Dalam hal  ini pemegang saham mayoritas mendorong manajemen perseroan agar terus berupaya untuk mendapatkan modal kerja guna mengoperasikan pabrik. Pemegang saham mayoritas juga membantu mencari beberapa potential investor maupun potential strategic partner,” pungkasnya. (SKO)