<p>Salah satu konglomerat terkaya Asia, pemilik Alibaba, Jack Ma/financeblvd.com</p>
Dunia

Diterjang Krisis Ekonomi, Kekayaan Miliarder China Ambruk Berjemaah

  • Sejumlah insiden seperti bangkrutnya Evergrande, Isolasi COVID-19, hingga perang Rusia - Ukraina sangat berpengaruh pada jumlah harta kekayaan miliarder di China
Dunia
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

BEIJING - Dunia mengalami pertumbuhan miliarder secara pesat pada 2021 lalu. Namun pada tahun ini, jumlahnya menurun drastis. China menjadi negara paling parah dengan jumlah miliarder yang kehilangan jumlah kekayaannya.

Sejumlah insiden di China seperti bangkrutnya Evergrande, Isolasi COVID-19, hingga perang Rusia - Ukraina sangat berpengaruh pada jumlah harta kekayaan mereka.

Mengutip sejumlah sumber, berikut sejumlah milyarder China yang Jatuh Miskin lantaran ketidakpastian pasar.

1. Jack Ma

Miliarder asal China ini sempat menduduki posisi sebagai orang terkaya di dunia. Namun posisi tersebut tak selamanya diambil Jack Ma. Sejumlah kondisi pasar dan resesi yang terjadi di China maupun dunia membuatnya jatuh miskin.

Kejatuhan Jack Ma dimulai ketika China mengeluarkan regulator berupa tindakan keras terhadap perusahaan miliknya. Regulator China pertama kali membatalkan IPO yang direncanakan oleh Ant Group senilai US$35 miliar atau 550 triliun (asumsi kurs Rp15.500 per dolar AS) pada November 2020.

Tak sampai di situ, Pemerintah China rupanya juga  mengincar Alibaba, raksasa e-commerce yang didirikan oleh Ma. Alibaba dikenai denda US$2,8 miliar atau Rp44 triliun pada April lantaran tuduhan melanggar aturan anti-monopoli, dan ini menjadi hukuman antimonopoli tertinggi yang pernah diterapkan di China.

Atas insiden tersebut, Kapitalisasi pasar Alibaba turun lebih dari 46% sepanjang tahun ini, membabat US$37 miliar atau Rp581,6 triliun dari kekayaannya yang turun 37%. Kini harta Ma turun USD21,4 miliar, atau 336,4 triliun dengan kekayaan bersih terkini US$21,7 miliar atau setara Rp341,2 triliun. 

2. Hui Ka Yan 

Pemilik Evergrande, Hui Ka Yan terus alami keterpurukan dalam dua tahun berturut-turut setelah perusahaan real estate yang didirikannya gagal membayar utang kepada investor global untuk pertama kalinya pada Desember.

Hal tersebut membuat nilai saham yang diperdagangkan di Burse Efek Hong Kong merosot dengan nilai yang setara dengan US$0,19 per saham Pada 15 Desember lalu. Meski demikian, Hui terus berjuang menjaga perusahaan tetap hidup dengan menyuntikkan US$1 miliar atau Rp15,7 triliun dari kekayaan pribadinya.

Akibar dari itu, kini dirinya berada di bawah tekanan baru untuk mempercepat restrukturisasi kewajiban Evergrande senilai US$300 miliar, atau Rp4,7 kuadriliun sebab ada kekhawatiran potensi krisis utang yang lebih besar di pasar real estat China.

Menurut data Forbes harta kekayaan Hui turun US$18 miliar atau Rp283 triliun, dengan kekayaan bersih terkini US$9,1 miliar atau Rp143,1 triliun.

3. Colin Huang

Colin Huang merupakan salah satu milyarder yang terkena imbas dari aturan baru Pemerintah China mengenai undang-undang anti monopoli. Pendiri e-commerce China, Pinduoduo ini harus rela kehilangan 64% kekayaannya tahun 2021 karena harga saham Pinduoduo turun drastis.  

Belum lagi pinduduo tersandung kasus akibat penyelidikan antitrust pemerintah China yang mengancam raksasa internet China. Meski telah berumur enam tahun, nyata kerugian terus terjadi, Huang yang kala itu sebagai ketua terpaksa mengundurkan diri.

Imbasnya, saham perusahaan turun 21% setelah meleset dari ekspektasi pendapatan kuartalan per November. Tercatat kekayaan Huang turun US$40,2 miliar atau Rp632,1 triliun, dengan kekayaan bersih terkini US$22,4 miliar. atau Rp352,2 triliun.

4. Lei Jun

Krisis pasokan chip global dan pandemi membuat kekayaan Lei harus mengalami penurunan hingga setengahnya pada tahun lalu ini. Upayanya untuk menghindari pengawasan peraturan nyatanya tak mampu membuat perusahaan merugi.

Tak hanya itu, Xiaomi juga harus bertahan melawan persaingan ketat yang menyusutkan pangsa pasarnya. Dalam laporan keuangan laju pertumbuhan perusahaan menjadi paling lambat sejak awal 2020 dalam pendapatan kuartal ketiga pada November yang diproyeksikan akan berlanjut hingga 2022.

Kini Harta Lei turun US$14 miliar, atau Rp220,2 triliun dengan kekayaan bersih terkini US$16,3 miliar atau 256,4 triliun.

5. Zhang Yong

Pendiri dan orang nomor satu di jaringan restoran Hotpot terbesar di China, Haidilao merupakan salah satu miliarder yang kekayaannya merosot tahun ini.

Sebelum pandemi COVID-19, Zhang berekspansi dengan membuka restorannya di 1.600 tempat. Sayang upaya itu kemudian sia-sia, sebab COVID-19 mulai menyebar di China.

Akibatnya perusahaan merugi dan mengumumkan penangguhan dan menutup 300 toko pada akhir tahun pada November 2020.

Bersamaan dengan hal tersebut, saham perusahaan kemudian turun 71% di tahun 2021. Imbasnya Zhang, hanya memiliki kekayaan US$23 miliar atau Rp361,9 triliun pada April 2021 atau 68% lebih miskin dari sebelumnya.

Seiring dengan bertambahnya waktu dan krisis yang terjadi, harta Zhang makin menurun sebesar US$15,9 miliar (Rp250,1 triliun) dengan menyisakan US$7,6 miliar atau Rp119,5 triliun.

6. Zhang Bangxin

Pendiri sekaligus pimpinan perusahaan layanan pendidikan TAL Education, Zhang Bangxin menjadi target pemerintah meski indistrinya berkembang pesat selama pandemi.

Pemerintah menganggap industri yang berkembang pesat selama pandemi itu telah memberikan terlalu banyak tekanan pada anak-anak dan orang tua.

Saham perusahaan TAL Education anjlok ketika regulator meluncurkan aturan baru yang ketat, termasuk larangan meningkatkan modal dari investor luar negeri.

Selain itu, pemerintah juga mewajibkan TAL Education melalui daftar publik dan persyaratan bagi perusahaan bimbingan belajar yang mengajar mata pelajaran sekolah untuk mendaftar sebagai organisasi nirlaba. Akibatnya kekayaan bersih Zhang turun hingga 90%.

Menurut data dari Forbes, harta Zhang turun US$11,3 miliar, dengan kekayaan bersih terkini US$1,2 miliar.