Ditinggal Arsjad Rasjid Kampanye 8 Bulan, Laba Indika Energy Rontok 73,56 Persen
- JAKARTA – Emiten batu bara, PT Indika Energy Tbk (INDY) melaporkan laba bersih senilai US$119,7 juta atau Rp1,9 triliun (asumsi kurs Rp15.909 per dolar Amerika
Korporasi
JAKARTA – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, M. Arsjad Rasjid harus berlapang dada. Sebab, ia harus mengumumkan penurunan laba bersih PT Indika Energy Tbk (INDY) usai ia kembali bertugas di perseroan.
“Perseroan menyampaikan bahwa Bapak M. Arsjad Rasjid P.M., Direktur Utama Perseroan, telah mengakhiri masa cutinya dan kembali efektif bertugas tanggal 25 Maret 2024," ungkap Corporate Secretary Indika Energy Adi Pramono pada Selasa, 26 Maret 2024
Sekadar informasi, Arsjad Rasjid resmi mengajukan cuti selama delapan bulan. Efektif sejak 27 September 2023. Sebab, dia akan fokus sebagai Ketua Tim Pemenangan Bakal Calon Presiden, Ganjar Pranowo.
"Selama cuti, seluruh tugas dan wewenang Direksi akan dijalankan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar perseroan, dengan merujuk pada pembagaian tugas Direksi," ujar Adi, September 2023.
Baca Juga: Saham Indika Energy (INDY) Diparkir Menghijau Usai Ungkap Fakta Ini
Pada 1 April 2024, Indika Energy melaporkan laba bersih senilai US$119,7 juta atau Rp1,9 triliun (asumsi kurs Rp15.909 per dolar Amerika Serikat). Keuntungan INDY rontok 73,56% secara tahunan (year on year) dari US$452,6 juta pada 2022. Berkurangnya laba INDY disebabkan oleh penurunan pendapatan tahun lalu.
Sepanjang 2023, pendapatan Indika Energy drop 30,2% yoy menjadi US$3,02 miliar dibandingkan dengan US$4,33 miliar pada tahun sebelumnya. Arsjad selaku direktur utama mengatakan, penurunan pendapatan INDY utamanya disebabkan oleh menurunnya harga jual batu bara rata-rata Kideco pada 2023 sebesar US$72,9 per ton dibandingkan US$86,6 per ton pada tahun sebelumnya.
Alhasil, laba kotor perseroan menurun 62,0% menjadi US$552,0 juta, dari sebelumnya US$1,45 miliar di tahun 2022. Beban penjualan, umum dan administrasi tercatat turun 0,4% menjadi US$239,8 juta di tahun 2023 dari sebelumnya US$240,7 juta di tahun 2022 yang dikarenakan biaya pemasaran dan biaya domestic market obligation (DMO) yang menurun.
Penurunan tersebut sebagian diimbangi oleh pembayaran Pembayaran Negara Bukan Pajak (PNBP) ke Pemerintah Pusat dan Daerah. Perseroan mencatat beban PNBP sebesar US$27,0 juta pada 2023, yang terkait dengan pembagian keuntungan sebesar 10% dari laba bersih Kideco yang dibayarkan kepada Pemerintah sesuai dengan ketentuan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Kideco.
Baca Juga: Indika Energy (INDY) Terima Kredit Rp4,6 T dari Bank Mandiri dan BNI untuk Bayar Utang
Sementara itu, biaya keuangan menurun 17,4% menjadi US$85,6 juta pada 2023 yang terutama disebabkan oleh penurunan bunga atas pokok obligasi yang lebih rendah akibat pelunasan obligasi lebih awal, amortisasi emisi dan premi obligasi yang lebih rendah yang dihasilkan dari pelunasan lebih awal obligasi sebesar US$5,2 juta. Sebagai hasilnya, Indika Energy membukukan laba bersih sebesar US$ 119,7 juta.
Perseroan juga mencatat laba inti sebesar US$145,8 juta pada 2023. Realisasi belanja modal (capital expenditure/ Capex) selama tahun 2023 adalah US$142,7 juta di mana US$37,4 juta atau 26,2% di antaranya digunakan untuk bisnis eksisting, termasuk untuk Indika Indonesia Resources sebesar US$19,7 juta dan Kideco sebesar US$17,7 juta.
Sementara untuk bisnis non-batubara, Capex terutama digunakan untuk sektor mineral (khususnya untuk proyek Awakmas) yaitu sebesar US$66,2 juta, sektor kendaraan listrik melalui Ilectra Motor Group (IMG) sebesar US$14,5 juta, dan sektor solusi berbasis alam melalui Indika Nature sebesar US$14,6 juta.
Baca Juga: Indika Energy (INDY) Dapatkan Pinjaman Rp4,64 Triliun dari Bank Mandiri dan BNI
Kinerja Entitas Usaha
Sebagaimana disebutkan di atas, penurunan pendapatan INDY berasal dari harga jual batu bara Kideco. Di sisi lain, Kideco juga mencatat penurunan volume penjualan menjadi sebesar 30,5 juta ton atau menurun 12,2% dibandingkan 34,8 juta ton pada tahun sebelumnya.
Bukan cuma Kideco, anak-anak perusahaan Indika Energy seperti Indika Indonesia Resources, dan Tripatra juga mencatat penurunan pendapatan.
Pada 2022, pendapatan Kideco turun 26,1% menjadi US$2,22 miliar. Pada 2023, Kideco menjual 30,5 juta ton batu bara. Lalu, pendapatan Indika Indonesia Resources (IIR) juga mengalami penurunan sebesar 48,2% menjadi US$446,3 juta, dibandingkan US$861,4 juta pada 2022.
Baca Juga: Jauh Panggang dari Api, Batu Bara Masih Sumbang 88 Persen Pendapatan Indika Energy
Sementara itu, pendapatan Tripatra turun 25,3% menjadi US$228,6 juta dari sebelumnya US$306,2 juta yang terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari proyek BP Tangguh. Di sisi lain, Interport mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 230,5% menjadi US$114,6 juta, setelah Interport mengambil alih 56% saham Cotrans (termasuk 45% saham yang dimiliki oleh Tripatra).
Pendapatan Interport pada 2023 terdiri dari Cotrans sebesar US$75,4 juta, terminal penyimpanan bahan bakar Kariangau Gapura Terminal Energi (KGTE) sebesar US$28,0 juta, Interport business park (IBP) sebesar US$7,1 juta, dan ILSS sebesar US$4,1 juta.