menteri ESDM Arifin Tasrif
Energi

Ditinggal AS, Proyek Gasifikasi Batu Bara (DME) Mulai dari Awal Lagi

  • Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan akibat hengkangnya Air Products and Chemicals Inc di dua kerja sama proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) bersama konsorsium PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membuat proyek ini harus dimulai dari awal lagi.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan akibat hengkangnya Air Products and Chemicals Inc di dua kerja sama proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) bersama konsorsium PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membuat proyek ini harus dimulai dari awal lagi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, selepas hengkangnya perusahaan AS tersebut proyek DME di dalam negeri belum mengalami kemajuan atau mandek.

"Jadi ya ini harus kita mulai lagi lah,  mulai dari awal, memang China karena dulu kurang urea, gasnya juga, kan dia impor banyak sama kita karena dipakai gasifikasi itu, jadi diproses batu bara itu ya di combus, bikin gas sintesa untuk proses bikin pupuk," ujarnya di Gedung Kementerian ESDM beberapa waktu lalu.

Padahal kata Arifin, DME ini bisa menjadi hilirisasi batu bara dan dengan DME pemanfaatan batu bara di Indonesia juga dapat menghasilkan gas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pupuk.

Sebelumnya, Arifin Tasrif menargetkan proyek DME bisa beroperasi mulai kuartal IV-2027. Gasifikasi DME ini bisa memproduksi hingga 1,4 juta ton per tahun, dengan inputan batu bara 6 juta ton per tahun. Terdapat beberapa skema bisnis kerja sama pembangunan fasilitas gasifikasi batu bara menjadi DME oleh Pertamina bersama PTBA dan Air Products.

Nantinya PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan menjual batu bara kepada processing company, yakni Air Products. Untuk produk akhir DME-nya nantinya akan diambil oleh PT Pertamina (Persero). Adapun kepemilikan saham di proyek DME ini yaitu Air Products sebesar 60%, PTBA 20% dan Pertamina 20%.

Namun sayangnya, perusahaan asal Amerika Serikat, Air Products and Chemicals, Inc memilih hengkang dalam proyek dimetil eter (DME) atau proyek gratifikasi batu bara di Indonesia. Salah satunya yakni pengembangan bisnis di Amerika lebih menarik ketimbang di Indonesia.

Selain itu, pemerintah Amerika Serikat juga mempunyai penawaran menarik berupa pemberian subsidi. Utamanya untuk pengembangan proyek energi baru dan terbarukan (EBT).