Ditopang GIIAS, Clipan Finance Bidik Kredit Kendaraan Baru Tembus Rp1 Triliun dalam Dua Bulan
- Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 membawa berkah bagi emiten multifinance termasuk PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN), untuk menggenjot penyaluran kredit kendaraan bermotor (KKB).
Industri
JAKARTA - Pameran otomotif kelas dunia, Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 membawa berkah bagi emiten multifinance termasuk PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN), untuk menggenjot penyaluran kredit kendaraan bermotor (KKB). Hal ini juga berbarengan dengan perbaikan kondisi pemulihan ekonomi yang semakin terasa pada kuartal IV-2021 ini.
Clipan Finance membidik penyaluran pembiayaan baru pada November-Desember 2021 bisa menembus Rp1 triliun. Lebih rinci, kredit baru yang bersumber dari gelaran GIIAS diperkirakan menembus Rp250 miliar atau 25% dari keseluruhan target pada periode tersebut.
Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo mengatakan momentum perbaikan bisnis pada akhir tahun ini sangat menjanjikan. Dalam memaksimalkan gelaran GIIAS hingga 21 November 2021, CFIN pun melakukan strategi penetapan suku bunga miring 2,2% untuk tenor tiga tahun.
“GIIAS 2021 cukup baik dengan antusiasnya masyarakat menghadiri acara tersebut, dan menjadi stimulus bagi perkembangan bisnis otomotif dan pembiayaan. Selain suku bunga, strategi yang kami jalankan adalah bekerja sama dengan carsome selama periode GIIAS untuk Trade In kendaraan,” jelas Harjanto saat diwawancara TrenAsia.com, Kamis, 18 November 2021.
- Tanpa Rogoh Dana, BPKH Bisa Kuasai 77 Persen Saham Bank Muamalat
- IHSG Bergerak Fluktuatif, Phintraco Sediakan 6 Saham Potensial Hari Ini
- Kurs Dolar Hari Ini: Kekhawatiran Inflasi Bikin Rupiah Loyo ke Rp14.280
Selain itu, CFIN juga menggiring antusiasme pengunjung GIIAS untuk turut datang ke Panin Expo. Hal ini, kata Harjanto, dapat menjadi kesempatan untuk memaksimalkan kunjungan pecinta otomotif selama periode GIIAS.
“Event Panin Expo di Upper West BSD City berlangsung sejak 12 November hingga 21 November 2021. Lokasinya 5 menit dari GIIAS,” paparnya.
Bauran kebijakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Ditanggung Pemerintah (DTP) disebut Harjanto membuat geliat pembiayaan semakin di atas angin. Efek kebijakan tersebut menjadi salah satu pendongkrak utama pemulihan penyaluran pembiayaan perseroan pada tahun ini.
Momentum lain yang mendorong perbaikan permintaan adalah sejumlah proyek jalan tol yang mulai beroperasi pada tahun ini. Berdasarkan catatan TrenAsia.com, setidaknya terdapat 19 ruas tol yang diproyeksikan mulai beroperasi pada tahun ini.
Terlebih, lima di antaranya berada di wilayah Jabodetabek. Ruas tol tersebut antara lain Tol Cibitung-Cilincing seksi 1-4 (34,77 km), Cimanggis-Cibitung seksi 2 Jatikarya-Cibitung (23 km), Bekasi-Cawang-Kampung Melayu seksi 2A (4,9 km), 6 ruas Tol DKI Seksi A Kelapa Gading-Pulo Gebang (9,3 km), dan Serpong-Balaraja Seksi 1 A (5,5 km).
“Sudah terealisasinya beberapa akses jalan tol baru dapat menjadi alternatif masyarakat untuk rekreasi maupun perjalanan bisnis dengan kendaraan pribadi, ini berefek positif terhadap kinerja perseroan,” tegas Harjanto.
- Inflasi di AS Melejit, Bank Indonesia Bakal Kerek Suku Bunga Acuan?
- Gerhana Bulan Sebagian Akan Terjadi dalam Waktu Dekat, Catat Tanggalnya!
- Gandeng Cisco, FiberStar Hadirkan Layanan SD-WAN untuk Tingkatkan Konektivitas Perusahaan di Indonesia
Adapun hingga kuartal III-2021, CFIN sudah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp7 triliun. Pembiayaan mobil baru dan mobil bekas masih menjadi andalan utama di CFIN.
Kualitas pembiayaan terjaga, sebagaimana tercermin dari Non Performing Financing (NPF) 0,99%. Kinerja pembiayaan yang melaju kencang ini mendorong laba bersih perseroan dari Rp61,75 miliar pada kuartal III-2020 menjadi Rp74,55 miliar pada kuartal III-2021.
Praktis, Earnings per Share (EPS) CFIN terdorong naik dari Rp15,50 pada kuartal III-2020 menjadi Rp18,71 pada kuartal III-2021. Di sisi lain, total liabilitas perseroan susut sebesar 51,64% year-to-date (ytd)
Liabilitas CFIN menukik dari Rp6,17 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp2,98 triliun pada kuartal III-2021. Harjanto menjelaskan hal ini merupakan efek dari pelunasan surat berharga total Rp2 triliun pada Maret 2021 serta percepatan pembayaran angsuran kepada debitur bank.