Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Tangerang, Kamis 29 Juli 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Ditopang Momentum Indonesia Keluar Dari Resesi, Rights Issue BRI Jawara Se ASEAN

  • BRI berhasil mengumpulkan dana segar Rp93,43 triliun dari aksi korporasi ini atau tertinggi di Asia Tenggara. Pengamat Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo menilai momentum rights issue ini terdorong oleh  lepasnya Indonesia dari resesi ekonomi pada kuartal II-2021.

Korporasi

Muhamad Arfan Septiawan

JAKARTA - Emiten pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sukses melakukan penambahan modal melalui skema rights issue. Sebanyak 27,48 miliar saham baru BRI tercatat dicaplok oleh investor.

Walhasil, BRI berhasil mengumpulkan dana segar Rp93,43 triliun dari aksi korporasi ini atau tertinggi di Asia Tenggara. Pengamat Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo menilai momentum rights issue ini terdorong oleh  lepasnya Indonesia dari resesi ekonomi pada kuartal II-2021. 

“Secara situasi ekonomi, ini sangat menguntungkan BRI karena sedang ada pemulihan yang pesat di kuartal II-2021 kemarin sehingga momentumnya cocok sekali,” ucap Lucky kepada TrenAsia.com, Jumat, 24 September 2021.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II-2021 mencapai 7% year on year (yoy). Perbaikan situasi ekonomi ini, kata Lucky, menimbulkan efek domino terhadap pelaksanaan rights issue. 

Pertama, membaiknya pertumbuhan PDB Indonesia diyakini bakal membuat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bangkit. Segmen ini merupakan pangsa pasar utama dari BRI sehingga pelaku pasar melihat adanya prospek yang cerah.

Kedua, BRI ditantang oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku pemegang saham terbesar untuk meningkatkan rasio kredit UMKM jadi 30% pada 2024. Menurut Lucky, potensi ini bisa tercapai bila BRI menerapkan strategi jitu untuk menjangkau lebih banyak pelaku UMKM.

Ketiga, BRI punya dua entitas usaha baru. Melalui aksi rights issue ini, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM kini terkonsolidasi dengan BRI.

Implikasi besar dari right issue ini diramal semakin membuat harga saham BRI atraktif di bursa. Lucky memprediksi saham BBRI bisa menembus Rp4.400 usai.

 “BBRI ini cenderung mengalami penguatan, setelah rights issue rampung, saya kira BBRI bisa bergerak menguat ke RP4.400,” ucap Lucky.

Strategi BRI Usai Dapat Dana Jumbo

Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto mengatakan aksi korporasi rights issue itu guna mengembangkan ekosistem ultra mikro yang dapat menjadi sumber pertumbuhan baru di tengah pandemi COVID-19.

“Pada tahun pertama, ketiga entitas akan membangun pondasi yang kuat melalui rencana pasca integrasi yang akan dilakukan dengan menerapkan beberapa inisiatif diantaranya co-location,” kata Catur dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu, 19 September 2021.

Pada tahun kedua, lanjut Catur, Pegadaian dan PNM akan memasuki fase penguatan (strengthen) untuk memastikan terwujudnya sinergi.

“Beberapa inisiatif yang direncanakan antara lain mengembangkan digital channel untuk memudahkan nasabah UMi dalam mengakses produk UMi holding,” ujarnya.

Kemudian pada fase ketiga, perseroan akan melakukan peningkatan kapabilitas, demi mencapai tujuan BRI untuk berkontribusi pada aspirasi inklusi keuangan Indonesia.

Beberapa inisiatif yang akan dilakukan diantaranya meluncurkan program pemberdayaan dalam skala penuh, untuk meningkatkan literasi keuangan pertumbuhan bisnis dan penetrasi digital bagi nasabah BRI, Pegadaian, dan PNM.

Lebih lanjut Catur mengungkapkan bahwa segmen ultra mikro masih memiliki potensi pertumbuhan yang besar. Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun 2019, dari 65 juta usaha mikro di Indonesia, 46 juta diantaranya membutuhkan pendanaan.

Dari jumlah tersebut hanya sekitar 20 juta usaha ultra-mikro yang telah memperoleh akses pendanaan dari sumber formal seperti bank, BPR, perusahaan gadai, koperasi maupun lembaga keuangan lainnya.

“Sekitar 12 juta usaha ultra-mikro lainnya mendapatkan akses pendanaan dari sumber informal seperti keluarga, kerabat dan lembaga informal lainnya. Masih terdapat sekitar 14 juta usaha ultra-mikro yang belum memiliki akses pendanaan sama sekali, baik dari sumber formal maupun informal. Inilah yang akan menjadi target pertumbuhan bisnis ultra mikro ke depan,” tutur Catur.

Selain itu, dari sisi bisnis, ekosistem UMi akan memungkinkan ketiga entitas memperkuat proses akuisisi dan penjaminan, dengan memanfaatkan kemampuan integrasi database yang dapat mengintegrasikan lebih dari 20 juta data nasabah pinjaman serta didukung oleh kemampuan digital dan analitik.

Saat ini BRI telah memiliki lebih dari 120 juta nasabah simpanan dan lebih dari 13 juta nasabah pinjaman. BRI merupakan pemimpin pasar bisnis mikro di Indonesia dan menguasai 60% market share yang terdiri dari 12,4 juta nasabah mikro.